Suara azan menggema dari corong toa Masjid Al Furqan Kota Kuala Simpang. Pertanda waktu shalat Zhuhur telah tiba. Di tengah rutinitas Kota Kuala Simpang yang sibuk, suara azan yang dikumandangkan muazin dari Masjid Tertua Aceh Tamiang tersebut seolah memberi jeda.
Pedagang kaki lima berhenti sejenak meneriakkan dagangannya. Penjual kaset/CD mengecilkan suara volume VCD-nya. Begitu pula pemilik warung kopi, yang mengecilkan volume televisinya. Semuanya demi menghormati suara azan tersebut. Satu persatu masyarakat muslim yang merasa terpanggil imannya, melangkahkan kaki mereka untuk menunaikan kewajibannya ke Masjid Tertua Aceh Tamiang ini.
Hal semacam ini, adalah pemandangan biasa bagi masyarakat Kota Kuala Simpang. Inilah rutinitas mereka. Di tengah kesibukkan mereka mencari rizki, serta kepenatan kota Kuala Simpang yang terus berdenyut. Maka Masjid Al Furqan ini hadir bak oase di Gurun Sahara. Masjid Tertua Aceh Tamiang ini berdiri untuk menyegarkan kembali ruh sipirtualitas mereka.
Maka bagi masyarakat Kota Kuala Simpang, Masjid Al Furqan lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid Tertua Aceh Tamiang ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Bahkan suara muazin yang selalu berkumandang saat waktu shalat tiba, adalah suara yang telah familiar di telinga masyarakat yang didominasi suku Tamiang ini.
Masjid Al Furqan adalah saksi bisu dari perjalanan panjang kota Kuala Simpang. Dari zaman penjajah sampai zaman kemerdekaan. Karena Masjid Tertua Aceh Tamiang ini telah berdiri jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tahun 1930 M. Selama itulah masjid ini menyaksikan bagaimana Kota Kuala Simpang mempertegas identitasnya.
Masjid Al Furqan juga merupakan saksi bisu bagaimana semangat toleransi terawat baik dan telah menjadi karakater masyarakat Aceh Tamiang. Bayangkan, beragam suku seperti Tamiang, Jawa, Batak, Aceh bahkan etnis Tionghoa hidup rukun bertahun-tahun di Aceh Tamiang. Tak pernah sekali pun terdengar kabar konflik di antara mereka. Bahkan saat Aceh dilanda konflik bersenjata, Aceh Tamiang merupakan salah satu daerah yang situasi keamanannya tergolong kondusif.
Fakta ini masih terus berlangsung hingga sekarang. Kalau kalian mengunjungi Masjid Al Furqan, kalian bisa menyaksikan sendiri bagaimana letak Masjid Tertua Aceh Tamiang ini berada di antara pertokoan etnis Tionghoa. Puluhan tahun mereka hidup di sana. Selama itu pula tak pernah terdengar keluhan atau masalah yang berarti. Kerukunan beragama benar-benar terawat baik di kota ini.
Masjid Tertua Aceh Tamiang ini berdiri di atas tanah wakaf milik H. Machmud. Dengan luas lahan 1.011 m2. Posisinya memang sangat strategis yaitu berada di tengah-tengah kota Kuala Simpang. Tepatnya di Jalan Suprapto Kota Kuala Simpang, Aceh Tamiang. Masjid ini pun telah menjadi simbol kebesaran masjid di Aceh Tamiang.
Buruan langsung terbang ke Aceh! Pesan hotel murah & Tiket pesawat murah. Wow! Ada Paket perjalanan wisata murah juga untuk Ezytravelers.
Karena letaknya pula, maka Masjid Al Furqan secara tak langsung bukan hanya milik masyarakat Aceh Tamiang, tapi juga para pengendara motor yang melintas di jalan Banda Aceh – Medan. Seperti saya, yang rumahnya berada 3 KM dari masjid ini. Tapi jika sekali waktu berbelanja ke Kota Kuala Simpang dan waktu shalat tiba. Maka Saya pun menyempatkan diri untuk shalat di Masjid Tertua Aceh Tamiang ini.
Saat ini Masjid Al Furqan sedang dalam tahap renovasi. Kabar yang saya dengar, pihak panitia membutuhkan dana sekitar Rp. 5 Milyar untuk membangun masjid kebanggan masyarakat Aceh Tamiang ini.
“Saat ini usia masjid Al Furqan sudah 87 tahun. Dan ini usia yang pantas untuk sebuah bangunan disegarkan,” ujar salah seorang warga setempat.
Ya, memang sudah sepantasnya Masjid Al furqan diperindah sedemikian rupa. Bangunannya diperluas. Pengelolaan masjidnya dikerjakan lebih professional. Apalagi jika kita lihat dari letaknya yang cukup strategis, maka Masjid Tertua di Aceh Tamiang ini sebenarnya cukup potensial jika dikembangkan sebagai lokasi wisata religi di Aceh Tamiang.
Pemerintah memang harus memberikan perhatian khusus kepada Masjid Al Furqan ini. Karena masjid ini, sekali lagi, adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Aceh Tamiang. Masjid ini adalah tempat ibadah. Saksi bisu sejarah panjang kota ini dan semangat toleransi masyarakat Tamiang yang terawat baik hingga sekarang. Semua ini adalah asset penting untuk kelanjutan masyarakat Tamiang.
Ya, 1000 kenangan tersimpan dari Masjid Tertua Aceh Tamiang ini. Kenangan tentang semangat spiritualitas yang tak hanya terasa di dalam masjid, tapi juga dalam keseharian masyarakat Aceh Tamiang.
'1000 kenangan di Al Furqan, Masjid Tertua Aceh Tamiang' have no comments
Be the first to comment this post!