Kekinian, saat ini menjadi sebuah trendmark bahasa yang menjadikan pemiliknya lebih terlihat eksis dan populer dalam kancah pergaulan anak muda di zamannya. Namun apa jadinya jika terdapat kamus kekinian juga berjamur di sebuah daerah yang tanpa disadari menjadi kekhasan bahasa di daerah tersebut? Simak 20 kata kamus kekinian yang hanya akan kamu dengar selama kamu di Banda Aceh. Saya yakin, anak Aceh pasti tidak akan asing mendengar istilah-istilah berikut ini:
1. Ké
Ké menjadi sebutan kata pengganti “kamu” yang sangat populer diucapkan oleh masyarakat Aceh. Walaupun terdengar agak kasar, nyatanya anak muda Banda Aceh akan lebih nyaman menyapa temannya dengan sebutan Ké. Ya, layaknya sebutan “elo” yang lebih nyaman diucapkan oleh anak muda Jakarta, dibandingkan harus memanggil teman dengan sebutan “kamu”. Bahkan tidak hanya di kalangan anak-anak, pengucapan kata Ké ini menjadi populer diucapkan oleh golongan yang menyebut diri mereka “dewasa dan tua” pada beberapa tahun belakangan ini. Pengucapan kata Ké sama seperti membunyikan huruf “e” pada kata “merah”, dan tidak menjadi predisposisi seperti pada EYD.
2. Galon
Galon menjadi ungkapan populer yang sering diucapkan oleh masyarakat Banda Aceh untuk menyebut pom bensin. Entah sejak kapan kata galon di Aceh memiliki ambigual makna selain sebagai galon air. Mungkin karena fungsinya yang dijadikan sebagai penampung, maka disamakanlah arti setiap tempat penampungan minyak sebagai galon. Padahal, sangat terlihat jelas bahwa pom bensin yang ada di Aceh sudah berupa bangunan yang terkadang juga sudah dilengkapi dengan mushola, toilet dan supermarket. Bukan sebagai tempat penampung minyak saja.
3.Kereta
Nah, kata kereta ini juga menjadi ungkapan paling populer yang diucapkan oleh masyarakat Aceh untuk menyebut sepeda motor. Jika di pulau Jawa kata kereta lebih identik dengan kereta api, maka jangan sampai pemaknaan itu menjadikanmu gagal paham selama di Banda Aceh. Kamu tidak akan menemukan kereta api manapun selama di sini, kecuali kamu berhasil melangkahkan kakimu sampai ke Bireun, satu-satunya daerah di Aceh yang sudah memiliki stasiun kereta api.
4. Teh Dingin
Suatu hari, saya pernah makan malam di sebuah warung ayam penyet di salah satu kawasan di Jakarta. Saat itu, saya memesan teh dingin kepada pelayannya. Disertai dengan raut wajah kebingungan dari si pelayan, dia kemudian mengkonfirmasi ulang kepada saya perihal pesanan tadi,”Mbak, teh dingin itu bagaimana? Es teh manis maksudnya?” Saya langsung tersadar akan kebiasaan di Aceh yang saya bawa hingga ke Jakarta. Di Aceh, orang akan memesan es teh manis dengan sebutan Teh Dingin. Teh dingin yang dipesan pun sudah pasti manis, kecuali kita sendiri yang memesan untuk tidak dicampurkan gula di dalamnya.
Kata kerja fenomenal di kalangan anak muda Banda Aceh yang mempunyai arti sama dengan meminta traktiran. Entah dari mana asal muasal kata kerja ini sehingga begitu cepat dan populer diucapkan.
6. Palak
Kata palak di Aceh, lebih dimaknai sebagai ekspresi kesal dan gusar. Jadi jangan heran jika ada orang Aceh yang mengatakan palak, itu bukan berarti ia sedang ingin memalak atau memeras, namun berhati-hatilah karena mereka sedang kesal.
7. Keudeé
Berasal dari kata kedai,
keudeé lebih sering diucapkan oleh masyarakat Aceh untuk menyebut warung kecil atau toko kelontong.
8. Keumaröuk
Jika saat ini istilah narsis lebih dikenal dengan kata alay dan norak, maka istilah narsis di Aceh lebih dikenal dengan nama Keumaröuk.
Mentel adalah suatu ungkapan untuk menggambarkan sikap seseorang yang centil dan sedikit genit.
Awas, jangan sampai gagal paham. Ini bukan labi-labi yang merupakan salah satu nama serangga. Labi-labi di Aceh merupakan angkutan umum kota beroda empat. Karena dahulu angkutan umum di daerah ini didominasi oleh labi-labi, maka tak heran jika labi-labi saat ini dijadikan sebagai kata yang mewakili nama angkutan umum ibukota. Di seputaran Langsa dan Aceh Timur, labi-labi pun sering disebut sebagai Sudek.
Istilah jampok dalam bahasa Aceh berarti “burung hantu”. Namun saat ini, istilah tersebut mengalami pergeseran makna. Jampok yang sering disebut sebagai salah satu kata di kamus kekinian anak muda Aceh adalah suatu sikap yang terlalu membanggakan diri sendiri.
12. Jeh….
Awalan “Jeh…” menjadi awalan kalimat paling populer yang diucapkan anak muda Aceh saat memulai sebuah percakapan. Kedudukan “Jeh...” di mata anak muda Aceh, sama dengan kedudukan “Ya elaah..” di mata anak gaul Jakarta.
Sebuah ungkapan untuk mendeskripsikan sesuatu tindakan ataupun perkataan yang sudah “kelewatan“
Orang Aceh paling sering menyebutkan “Kek” saat hendak menanyakan sesuatu hal. “Kek mana jadi?” yang berarti “Bagaimana ini?“. Orang Aceh lebih sering menyebut Kek bukan sebagai sapaan untuk Kakek. Kata Kek juga merupakan plesetan kata yang berasal dari kata “kayak“, yang bermakna seperti dan bagaimana.
Suatu hari, saya memesan minuman di Bandara Soekarno Hatta saat hendak menunggu keberangkatan ke Aceh. Saat Mbak Kasir telah memberikan minuman, saya kembali mencari sesuatu yang seharusnya sudah diberikan Mbak Kasir kepada saya. Lantas, saya berujar,”Mbak, ada pipet?”. Spontan si Mbak Kasir kebingungan dan bertanya pipet itu apa. Ya salam, lagi-lagi kebiasaan pengucapan di Aceh terbawa hingga ke luar Aceh. Kemudian saya menjelaskan bahwa pipet yang saya maksudkan tadi adalah sedotan untuk minuman. Di Aceh, orang akan lebih sering menyebut pipet daripada sedotan.
Cengkonek adalah bahasa gaul anak Banda Aceh yang digunakan untuk menyebutkan tingkah seseorang yang berulah, atau “banyak tingkah”. Biasanya mereka sering menyebutnya dengan “Banyak kali cengkonek anak ini“.
Rol di Aceh merupakan sinonim dari kata penggaris. Maka jangan sampai kamu gagal paham saat mendengar orang Aceh akan membeli rol, yang ia maksud adalah membeli penggaris, dan bukan membeli rol kabel.
Seperti halnya di Medan, orang Aceh masih banyak yang menyebut pasar dengan sebutan pajak. Semoga siapapun nanti yang datang ke Aceh tidak gagal paham, saat mendengar banyak orang Aceh yang pergi ke pajak setiap pagi, namun bukan untuk membayar pajak, melainkan ke pasar untuk membeli sesuatu.
Kata “siap” lebih digunakan sebagai ungkapan untuk menyatakan sebuah tindakan yang telah dilakukan dengan tuntas ataupun selesai, dan bukan bermakna “bersiap”. Misalnya pada kalimat,“Tugasmu bagaimana, udah siap?” Kalimat tersebut sebenarnya mengartikan”Tugasmu bagaimana, sudah selesaikah?“
20. Ceumeukam
Siapa yang tidak mengenal istilah penyakit fenomenal yang paling sering menyerang ibu-ibu rumah tangga di Aceh ini? Paling dihindari karena baunya yang busuk. Ceumeukam menjadi salah satu penyakit jamur di kuku yang paling banyak terjadi di Aceh. Sebagian besar warga tidak akan mengenal istilah medis, mereka hanya menyebut penyakit ini dengan Ceumeukam.
Sebenarnya masih sangat banyak kata kekinian Aceh lainnya yang menjamur di kehidupan masyarakat Aceh. Semoga dengan adanya 20 kata kamus ini sedikit tidaknya sudah mewakili dan mampu menjadikan siapapun terhindar dari sindrom gagal paham saat mereka berada di Aceh.
'20 Kata Kamus Kekinian yang Hanya Kamu Dapatkan selama di Aceh' have 14 comments
July 28, 2024 @ 6:12 pm depz
sebagian kayak bahasa medan yah.
bole juga nih diapalin
biar agak kekinian 😀
July 28, 2024 @ 8:14 pm Ismi Laila Wisudana
Iya bang, karena masih serumpun Melayu. Minimal pasti kalo hafal kata2 ini udah kece banget lah di banda aceh. Hahaha
July 28, 2024 @ 8:18 pm Yudi Randa
bereh tat dek ismi saboh nyoe.. yang “kaplat” nggak masuk dek? :))
July 28, 2024 @ 8:21 pm Ismi Laila Wisudana
Hahaha.. Itulah bang, seharusnya banyak lagi yang bisa dimasukkan ke dalam kamus kekinian Aceh, namun setelah menimbang memikirkan dan akhirnya memutuskan maka 20 kata ini sajalah yg dipilih. Sebab yang lain seperti kaplat dan paleh takut terkesan lebih kasar nanti.
July 28, 2024 @ 8:44 pm Ibnu Syahri Ramadhan
hahah Qe enak ganteng, awak apalah :))
Eh, 😀
July 29, 2024 @ 2:54 pm Ismi Laila Wisudana
omeeeenn… abang nie enak, populer. hwhahaha
July 28, 2024 @ 9:47 pm cut anda
Cuma di banda aceh kah?di kampung kami iya juga kek gitu bahasanya..jangan S lah dek mimi,hehehe…
July 29, 2024 @ 2:57 pm Ismi Laila Wisudana
Bukan S Cut Anda, Mi ga boleh nulis sesuatu padahal keseluruhan daerah mungkin juga nggak seperti itu. Kayak kata labi-labi, di Meulaboh mana ada kan labi-labi, kalo diucapkan ke orang Langsa pun mereka nggak tau, tau nya sudek. Di Meulaboh mungkin kita masih mengenal Ke, tapi di Langsa, orang juga nggak akan tau “ke” itu apa. Makanya Mi tulis apa yang sebagian besar ada di tempat tinggal Mi aja dulu. Nggak berani memasuki wilayah lain, takut salah. Soalnya Aceh juga punya Takengon, Sabang, Tapaktuan, dsb.
July 30, 2024 @ 2:53 am Ryga
Di Langsa juga pakai “Qe” kok mbak, tetapi banyak juga yang pakai Ko atau Kau (saya pakai Ko untuk temen dekat aja) hehe
Kalo soal Sudek sih bener, di Langsa nyebutnya sudaco/sudek.
August 2, 2024 @ 11:27 am Ismi Laila Wisudana
setelah Tsunami awal tahun 2005, saya sempat bersekolah di Langsa, agak terkejut saat tahu teman-teman kelas lebih menyukai memanggil siapapun dengan kau atau Ko. Kemudian saat saya memanggil dengan Ke, mereka keheranan dan mengatakan bahwa itu terdengar aneh. Mungkin saja saat ini panggilan Ke sudah mengalami perluasan di sana, sehingga semakin sering diucapkan 🙂
November 5, 2024 @ 11:00 pm Amsal
Byk persamaan dgn bhs gaul di medan tu dek
August 24, 2024 @ 10:19 am Ismi Laila Wisudana
Mungkin karena masih satu rumpun melayu kak
January 13, 2025 @ 12:33 am Lim spy
Luar biasa
January 18, 2025 @ 1:30 am Agung opyx
Halloo.. saya opyx dari denpasar, bali. Wah sama dong ya. Anak muda dps biasanya nyebut kamu juga dgn kata kè. Kata itu bahkan udah turun temurun dari jaman dedengkot dulu.