Banyak orang yang berkunjung ke Aceh pastinya pernah mendengar minimal salah satu dari 5 hoax mengenai Aceh, informasi bohong, tentang wilayah paling barat di Indonesia ini.
Hoax soal Aceh ini bahkan ada yang diyakini secara ‘internasional’. Dan ada yang sudah bertahan selama puluhan tahun. Dan menjadi hal yang dianggap benar oleh banyak orang.
Apa saja 5 hoax mengenai Aceh?
- Aceh dan Ganja
Aceh memang memiliki alam yang subur. Sehingga seperti lagunya Koes Ploes, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Entah benar atau hanya mitos, ada seorang teman Coffee Roaster dari Belgia mengatakan kualitas ganja Aceh adalah salah satu yang terbaik di dunia. Itu katanya ya.
Dan memang ganja dulunya adalah salah satu tanaman biasa dalam kehidupan masyarakat Aceh. Dikenal dengan istilah Linto Camplie/Lakoe Camplie, yang secara harafiah bisa diterjemahkan sebagai ‘suami/pasangannya cabai’. Alasannya sederhana, kebun cabai yang ditanami beberapa batang ganja memiliki hasil panen yang lebih bagus. Buahnya lebih besar dan secara alami bebas gangguan hama. Ganja juga dulunya adalah herba alami yang dipergunakan sebagai obat-obatan dan bumbu masakan. Hal yang sebenarnya normal di banyak peradaban di masa lalu. Hingga kemudian ganja disalah gunakan dan dikategorikan sebagai narkotika.
Tapi tidak seperti yang disangka orang, ganja tidak semudah itu ditemukan. Tidak ada ganja yang dijual bebas. Dan sama seperti di tempat lain, menanyakan, menjual atau menyatakan membeli ganja, akan berurusan dengan polisi.
- Mie Aceh
Sebenarnya baru beberapa tahun terakhir ini ada yang menjual mie Aceh. Saya masih ingat beberapa tahun lalu, dengan kebingungan seorang turis di salah satu warung kopi. Yang dengan pasrah akhirnya bertanya. “Maaf mas, dimana ya ada yang jual mie Aceh? Saya sudah cari-cari tapi tidak ada satu kedai pun yang menjual mie Aceh.”
Ya jelas tidak ada. Karena istilah mie aceh, hanya dikenal di luar Aceh. Di Aceh sendiri, semuanya hanya tahu mi/mie. Jangan harap akan ada warung yang bertuliskan ‘mie aceh krueng raya’ misalnya. Semua warung mi itu dikenal dengan nama atau panggilan pemiliknya; Mi Cek Baka, Mie Razali, Mie Pak Uus, Mie Ayah, Mie Bang Nasir. Atau nama tempat; Mie Simpang Lima, Mie Beureneun, Mie Indrapuri, Mie Simpang Jantho. Atau merk dagang seperti Mie Andista, Mie Turis.
- Aceh itu Daerah Perang.
Bicara Aceh. Tidak akan lepas dengan sejarah pahit. Sejak dari sebelum menjadi bagian dari Indonesia, Aceh sebagai kesultanan, adalah salah satu wilayah yang paling sering menghadapi peperangan. Karena posisinya, Aceh termasuk penjaga wilayah selat malaka, dalam menghadapi invasi asing.
Setelah kemerdekaan, sejarah mencatat, penghianatan dan ingkar janjinya pemimpin negara, yang melebur Aceh dengan Sumatera Utara menjadi Sumatera Timur, adalah titik awal sejarah perang dan konflik berdarah di Aceh. Sampai dengan tahun 2005. Dimana perjanjian damai disepakati.
Sekarang Aceh sudah sangat damai. Kehidupan dan kenyamanan berkembang. Di malam hari, beragam tempat wisata kuliner ramai dikunjungi. Pusat perbelanjaan yang terang benderang dan ramai. Wisata alam seperti di Sabang dan banyak tempat lainnya di Aceh. Hotel yang ramai dan ramah. Pantai dan gunung. Wisata alam dan kuliner, sejarah dan budaya.
Aceh bukan lagi wilayah perang.
- Orang Aceh Itu Rasis dan Kasar.
Ini hoax yang paling menyebalkan. Dan itu semakin menguat ketika ada beberapa pernyataan di media sosial yang mengatakan seolah semua orang yang ke Aceh, apalagi menetap di Aceh harus bisa bahasa Aceh.
Ada satu dua memang yang kesukuannya terlalu tinggi berlebihan, tapi jujur saja itu terjadi di semua tempat di dunia.
Faktanya, di Aceh ini ada bebrapa suku selain suku Aceh. Dan di wilayah suku-suku tersebut tentuunya bahasa yang digunakan adalah bahasa suku dominan, seperti bahasa Gayo di dataran tinggi Gayo, atau bahasa khas Singkil di Singkil. Seperti juga bahasa Aceh di wilayah yang penghuninya dominan suku Aceh.
Ini kan sama dengan mendengar percakapan dalam bahasa jawa di Jawa, atau mendengar orang berbahasa inggris di London.
Kasar? Orang Aceh itu memang keras. Kadang candaannya juga keras. Tapi bukan berarti kasar tanpa tata krama. Bahkan di Aceh, tidak pernah terdengar kejadian ada pencopet dibakar hidup-hidup, atau dipukuli sampai cedera parah.
Kenyataannya orang Aceh sangat ramah kepada pengunjung. Bahkan dalam adat Aceh ada istilah pemulia jame, memuliakan tamu. Bila kita bertamu, dan menginap, jamuan makan untuk kita pastilah lebih dari pada kebiasaan makan sehari-hari. Bahkan dengan berat hati, terpaksa saya akui, kadang kala malah lebih memuliakan tamu dibanding keluarga sendiri hehehe
- Warung Kopi dan Pemalasnya Orang Aceh.
Beberapa tahun lalu, ada seorang teman dari luar Aceh datang berkunjung. Dan mengatakan bahwa ternyata benar orang Aceh pemalas. Pasalnya sederhana, ia melihat warung kopi yang penuh dan ramainya orang duduk sampai berjam-jam.
Sekedar info nih. Salah kalau menganggap begitu.
Jauh sebelum seorang motivator bisnis di Amerika memperkenalkan konsep power lunch yang memberdayakan waktu makan siang untuk membahas kesepakatan bisnis, warung kopi di Aceh sudah menggunakan konsep sejenis sejak lama.
Ngopi, adalah salah satu waktu membahas bisnis yang lazim bagi orang Aceh. Bukan hal aneh di Aceh proyek dan perencanaan umumnya, dibahas sambil ngopi. Bahkan ada warung kopi yang menyediakan materai sampai formulir ‘kontrak’ sederhana. Bukan hanya itu. Keude kupi (warung kopi) juga sentra informasi untuk berbagai macam bisnis. Dari motor dijual sampai tanah dan rumah dijual. Dan melengkapi fungsi keude kupi adalah fakta bahwa disinilah berbagai informasi beredar dengan cepat, sehingga para aktivis sampai anggota dewan selalu menyempatkan untuk ngopi sebagai tempat mencari kabar. Hal-hal yang tidak akan dibahas di koran atau media formal lainnya.
'5 Hoax Aceh Yang Anda Wajib Tahu' have 5 comments
August 21, 2024 @ 7:46 pm Yudi Randa
Sundul gan!!! Up up up up
August 23, 2024 @ 12:01 am Dian
Mantap
August 24, 2024 @ 4:56 pm khairiah
Up…up
October 29, 2024 @ 8:29 am Maulana
Berehhhh… mantapp dan tepat sasaran..
October 30, 2024 @ 10:36 am Habibi
Mantap……