Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Pepatah ini kiranya dapat mewakilkan tentang hal-hal yang harus ketehui dan dilakoni setiap traveler jika ingin mengunjungi suatu tempat atau daerah. Cari tahu dulu tentang daerah tersebut, seperti tempat wisatanya, adat-istiadatnya, keunikan daerah, juga tentang kewajiban serta pantangan yang berlaku di sana sebelum bertandang ke sana.
Pun demikian ketika kita hendak berkunjung ke Aceh Barat Daya (Abdya). Mencari tahu lebih dulu tentang kabupaten ini tentu akan membuat kita semakin enjoy saat berkunjung kesana. Sedikitnya ada 7 hal tentang Aceh Barat Daya yang harus ketahui tentang wilayah ini.
7 Hal tentang Aceh Barat Daya? Pasti penasaran kan apa saja ketujuh hal tersebut. Berikut saya coba paparkan apa saja keunikan yang ada di kabupaten hasil pemekaran dari Aceh Selatan ini berdasarkan pengalaman saya sebelum merantau ke sana.
- Blangpidie nama ibukotanya7 hal tentang Aceh Barat Daya yang harus kita ketahui pertama sekali adalah ibukota Blangpidie, ketika pertama sekali mendengar nama ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya, langsung terbayang dipikiran saya kalau di daerah ini pasti terdapat banyak sawah dan orang Pidie.Ya, Blangpidie sendiri secara harfiahnya berarti persawahan milik orang Pidie (kabupaten yang juga terdapat di Provinsi Aceh.
Ketika tiba disana, ternyata prediksi saya tidak salah. Di wilayah ini memang terdapat banyak persawahan dan perkebunan. Kota Blangpidie memang dibentuk oleh aktivitas pertanian padi karena adanya migrasi orang-orang Pidie pada masa lampau. Sampai sekarang, jejak peninggalan dan situs sejarah serta budaya Pidie masih dapat dijumpai di kota Blangpidie. Di antaranya adalah peninggalan berupa pertanian tradisional dan pemukiman yang sekaligus berfungsi sebagai benteng (kuta).
- Disebut juga Bumi Breuh (beras) Sigupai
„Kalau ke Abdya jangan lupa bawa pulang beras Sigupai, ya!“ pinta seorang tetangga ketika mengetahui saya akan bekerja di sana. Beras Sigupai? Awalnya nama ini sangat asing bagi saya. Namun, ketika sampai ke sana dan bertanya langsung kepada masyarakat lokal, ternyata beras sigupai beras asli kabupaten ini dan menjadi ikon Kabupaten Aceh Barat Daya. Tidak mengherankan jika kabupaten ini disebut dengan Bumi Sigupai atau Bumi Breuh Sigupai.
Rasa beras ini sangat pulen, nikmat, dan wangi. Wajar saja, beras sigupai ini adalah sejenis padi gogo yang ditanam di pegunungan. Karena tanah pegunungan sangat subur dengan beragam unsur haranya, maka tidak perlu pupuk untuk menyuburkan padi sigupai ini.
„Saat masih berbunga saja, padi Sigupai ini sudah wangi,“ begitu jelas Nek Zuchairat tetangga saya di Abdya. Konon lagi ketika menjadi padi dan beras, bisa dibayangkan bagaimana kelezatannya.
Ada harga, ada barang, karena keunggulannya, Sigupai dijual lebih mahal dari beras biasa. Jika beras biasa yang dihasilkan di Abdya harganya sekitar Rp 160.000 per 15kg maka Sigupai berharga sekitar Rp 250.000. Tetapi tidak masalah kalau sekali-sekali kita menyantap beras yang menjadi ikonnya Abdya.
- Beragam Etnis Tinggal di Abdya
Tahukah ezytravellers, 7 hal tentang Aceh bagian barat daya yang lain yang perlu kita ketahui bahwa Abdya ini dihuni oleh multietnis. Ada etnis atau suku Aneuk Jamee yang berarti tamu atau pendatang. Ada juga suku Aceh. Ada juga suku Batak. Dan terakhir etnis Tionghoa. Konon, kalau kita melihat kembali sejarang Kabupaten Aceh Barat Daya, memang asal muasal penduduk daerah ini adalah orang Minangkabau dan orang Aceh. Namun, ternyata sebelum orang Minang dan Aceh datang, di Abdya telah bermukim suku Batak. Buku “Negeri Dan Rakyat Aceh Barat Daya Dalam Lintasan Sejarah” menyebutkan bahwa keberadaan suku Batak di Abdya erat kaitannya dengan adanya sebuah gua di pedalaman Blangpidie yaitu Guha Batak.
Teungku Peukan adalah salah satu pahlawan dari Abdya
Keberadaan suku Minang di Abdya juga tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Aceh dan penjajahan Belanda. Saat itu, salah satu kerajaan di Sumatera Barat yaitu Kerajaan Pagaruyung tunduk pada Kerajaan Aceh. Namun, ketika Belanda dan serikat dagangnya (VOC) yang mengontrol perdagangan lada menyebabkan Kerajaan Aceh dan Pagarayung tidak mau tunduk kepada penjajah tersebut. Akhirnya orang-orang Minang itu merantau ke pantai Barat Daya Aceh. Kebanyakan mereka membangun koloni di Kecamatan Susoh.
Seiring dengan tibanya orang Minang ke Abdya, datang juga orang Aceh Besar dan Pidie ke sana. Mereka bermaksud membuka perkebunan lada di Abdya karena memang pada saat itu lada menjadi komoditi ekspor yang sangat penting di Aceh. Menurut buku tersebut, sempat terjadi peperangan antara suku Aceh dan Minang pada saat itu tetapi tidak jelas dimana dan apa pencetusnya. Namun sekarang, kedua suku ini hidup berdampingan dengan harmonis di Aceh Barat Daya.
- Ada bahasa Aceh, Minang, Batak, Cina, dan Indonesia
Ketika baru tiba di Abdya, saya sempat kaget saat mendengar masyarakat di sana berkomunikasi dengan bahasa baiko alias bahasa Minang. Ini kan masih Aceh, tapi kok serasa di Sumatera Barat saja? Ternyata itu adalah bahasa Aneuk Jamee atau Jamu. Pun demikian ketika berbelanja ke pasar tradisional yang terletak di Blangpidie, ada 4 bahasa yang menjadi alat komunikasi masyarakat Abdya: Aceh, Aneuk Jamee, Batak, dan Bahasa Indonesia.
Kenapa bisa demikian? Kembali lagi ke sejarah asal muasal Aceh Barat Daya yang awalnya memang dihuni oleh suku Batak dan baru kemudian dating suku Minang dan Aceh ke wilayah ini. Tentunya, sebagai pemersatu semua Bahasa tersebut, bahasa nasional kita, Bahasa Indonesia menjadi andalannya. Kalau kalian tidak bisa berbahasa Minang, Aceh, atau Batak, maka cukup berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
- Mi Kocok disebut Mi Putih
“Salah satu kuliner di Abdya itu Mi Putih!” ucap seorang teman saat saya menanyakan kuliner khas Abdya. Saya mengangguk-angguk saja saat ia mengatakan mi putih, belum ada bayangan bagaimana rupa dan rasanya. Baru ketika sampai di Abdya saya mengetahui kalau mi putih itu adalah mi kocok.
Mi Putih alias Mi Kocok
Mi putih itu sebenarnya adalah mi tiaw atau kuetiaw yang terbuat dari tepung kanji atau tapioca dan berwarna putih. Kalau kuetiaw biasanya disajikan setelah digoreng, maka mi putih ini disantap dengan kuah kaldu dan sedikit campuran ayam yang telah dicincang.
- Korek api disebut Cantik
“Ada cantik? Pinjam sebentar.” tanya seorang laki-laki paro baya saat berkunjung ke tempat tinggal saya di Abdya. Saya langsung mengernyitkan dahi, tidak mengerti. Waktu itu, bapak tersebut sedang memegang sebatang rokok. Apa hubungannya rokok dan kecantikan? Lalu si cantic kok dipinjam? Langsung saja saya menggeleng dan menjawab tidak. Ketika menceritakan hal ini kepada teman yang merupakan warga asli Abdya, barulah saya tahu kalau cantik itu adalah korek api.
Jadi, jangan sampai salah paham kalau ada orang Abdya yang meminta si cantik kepada kalian, ya! Si cantik itu bukan wanita yang rupawan melainkan korek yang bisa membakar.
- Bisa Wisata Alam dan pantai sekaligus
Letak Aceh Barat Daya yang sangat strategis yaitu diantara pegunungan dan lautan membuat daerah ini memilki banyak objek wisata yang sayang untuk dilewatkan. Mau ke pantai atau sungai bukanlah sesuatu yang sulit karena letak keduanya saling berdekatan. Dalam waktu sehari, kamu bisa mengunjungi Pantai Jilbab atau Pantai Bali di Susoh, juga jalan-jalan ke sungai Putroe Aloh di Alur Sungai Pinang atau ke Irigasi Ie Dikila di Blangpidie.
'7 Hal yang Harus Kamu Tahu Sebelum Berkunjung ke Aceh Barat Daya' have no comments
Be the first to comment this post!