Bagi saya menjadi Orang Aceh adalah sebuah kebanggaan. Kemanapun saya pergi lalu ketika memperkenalkan diri bahwa saya berasal dari Aceh, maka akan ada perubahan sikap dari orang yang saya temui? Meskipun demikian, menjadi Orang Aceh ternyata ada plus minusnya juga. Pada saat-saat tertentu kondisinya malah bisa menjadi dilema.
Nah, berikut tujuh konsekuensi jadi Orang Aceh yang terkadang bikin kita dilema.
Pertama, Pintar bahasa Aceh
Menjadi Orang Aceh memang sudah semestinya pintar bahasa Aceh. Hanya saja, banyak orang yang sepertinya kurang memahami bahwa bahasa daerah Aceh itu banyak. Seperti Gayo, Alas, Jamee, Tamiang ataupun Haloban tergantung di daerah mana kita tinggal.
Seperti saya yang terbiasa bertutur dengan bahasa Tamiang, itu sama maknanya saya berbicara dengan bahasa Aceh. Namun, karena orang yang mendengarnya masih menganggap bahwa bahasa Aceh ya hanya satu. Maka Keacehan saya dipertanyakan. Hiks…
Kedua, Harus Bisa Jadi Imam Shalat
Ya, sebagai seorang muslim apalagi dia lelaki memang sudah sepantasnya bisa menjadi imam shalat. Namun kalau kamu adalah Orang Aceh, maka siap-siaplah jika pergi ke luar lalu diminta memimpin shalat. Alasannya, karena masyarakat di luar sana mengenal bahwa Aceh merupakan daerah yang kuat syariat islam. Maka, Orang Aceh dirasa layak jika ditunjuk menjadi imam.
Cerita seperti ini telah sering kali saya dengar. Malah teman saya pernah lebih ekstrem lagi, ketika ia pergi jalan-jalan ke negeri Thailand. Lalu masyarakat setempat tahu bahwa ia berasal dari Aceh, pemuka agama di sana malah memintanya menjadi khatib saat shalat Idul Fitri.
Nah, kalau ilmu agama kita masih “memperihatinkan” dan tak pernah tampil menjadi imam, terus tiba-tiba ditunjuk untuk memimpin shalat. Repot kan? *pura-pura mati sajalah haha
Ketiga, Tiket Pesawat yang Lebih Murah Ke Luar Negeri Dibanding Domestik
Karena Aceh merupakan daerah paling barat Indonesia, maka harga tiket pesawat domestik ke tempat ini bisa dibilang lumayan mahal. Tapi menariknya, harga tiket penerbangan international dari Aceh lebih murah. Maka tak usah aneh, kalau Orang Aceh lebih sering berpelesir ke Malaysia/Singapura dibandingkan ke Jakarta.
Untuk saat-saat tertentu, kondisi seperti ini tentu saja bikin dilema. Misalnya, kita ingin mengeksplore Indonesia tapi harga tiketnya lebih mahal dari keliling Asia Tenggara. Galaukan? Bisa-bisa dinilai enggak nasionalis hahah
Keempat, Sering diminta Oleh-Oleh Ganja
“Nanti kalau balik dari Aceh bawa ganja ya,” ucap teman saya.
Seolah ganja di Aceh tinggal petik begitu saja dan semua Orang Aceh adalah pengedar. Huff… Meskipun kalimat tersebut niatnya cuma bercanda tapi kadang bikin risih juga. Saya kira pertanyaan seperti ini cuma saya saja yang mengalaminya. Ternyata, beberapa teman lain juga sering dilontarkan pertanyaan demikian. Dan seperti yang saya rasakan, mereka juga terkadang kesal.
Memang telah menjadi rahasia umum, kalau Aceh adalah daerah penghasil ganja. TAPI, TIDAK SEMUA ORANG ACEH PENGEDAR GANJAKAN? *ini kenapa keyboard-nya bisa caps lock begini
Kelimat, Dianggap Anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka)
Ingat saat Persiraja Banda Aceh bertanding ke stadion Mandala, Jayapura. Saat itu ada suporter Persipura yang berteriak “Hidup GAM…! Hidup GAM…!” Sepintas memang cukup lucu, mungkin mereka kira semua Orang Aceh adalah GAM haha…
Tapi penilaian seperti ini, sebenarnya bisa berakibat fatal juga. Bayangkan, kalau Orang Aceh pergi keluar lalu ada petugas yang paranoid. Ia masih mengira kita adalah pemberontak. Kacaukan!
Keenam, Enggak Humoris
Benarkah Orang Aceh itu tidak humoris? Entah dari mana anggapan keliru ini muncul. Tapi anggapan seperti ini banyak dialami Orang Aceh. Mungkin karena di luar sana banyak yang menilai, kalau wajah Orang Aceh tampak begitu serius haha… Anggap horor kalau diajak ngomong, padahal kalau sudah mengobrol, Orang Aceh justru bisa menjadi paling ramah.
Nah, anggapan seperti ini bisa bikin masalah kalau saat pedekatan pertama kan?
“Serius kalilah Abang ini,” uhuk…
Ketujuh, Gengsi yang Tinggi
Sudah menjadi rahasia umum kalau Orang Aceh gengsinya itu lumayan tinggi. Dalam masyarakat Aceh sering diungkapkan dengan kalimat bannsa paleng jroh ateuh ureng donya (bangsa paling baik di atas dunia), atau bansa teulebeh dari bansa laen (bangsa yang lebih dari bangsa lain).
Seolah telah menjadi sifat, bahwa Orang Aceh adalah bangsa yang tak mau takluk pada siapapun dan selalu ingin unggul. Sejarah juga telah membuktikan, betapa penjajah Belanda susah sekali menaklukan Orang Aceh.
Karakter seperti ini tentu saja sangat positif. Tapi di sisi lain, sikap keras kepala Orang Aceh serta gengsi yang tinggi ini bisa cukup berpotensi menimbulkan masalah ketika dalam pergaulan. Banyangkan, kalau kamu berteman dengan orang Aceh yang tak mau mengalah? Yah, sabar-sabar aja haha
'7 Hal yang Sering Bikin Dilema Jadi Orang Aceh' have no comments
Be the first to comment this post!