Aceh Sangat Mencintai Indonesia

Bagi siapapun yang bertanah air Indonesia, tentunya memiliki rasa cinta terhadap Indonesia. Kecintaan itu bisa diwujudkan dalam bentuk menjaga keamanan, mematuhi undang-undang yang berlaku, mewujudkan ketentraman bagi warga dan membela negara dari terjadinya kerusakan, baik itu jajahan luar maupun pergolakan dari dalam.

Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa Aceh pernah dikenal sebagai provinsi yang melakukan perlawanan, guna meminta pembebasan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendeklarasian Gerakan Aceh Merdeka oleh Teungku Muhammad Hasan Di Tiro (Hasan Tiro) pada tahun 1976 membawa Aceh pada kondisi genting. Negara Indonesia menyadarinya sebagai sebuah ancaman, hingga memberlakukan Darurat Operasi Militer (DOM) di Aceh. Ini adalah masa paling sulit bagi rakyat Aceh pada waktu itu. Kebijakan tak bijak. Bagaimana tidak, saat terjebak konflik Aceh – Indonesia, banyak sekali warga sipil yang menjadi korban. Sehingga bertambah subur semangat rasisme di tubuh rakyat Aceh.

Potret suram, kenangan buruk masa konflik Aceh.

Sejatinya, tujuan awal dari menuntut pembebasan karena melihat ketimpangan, bahwa Aceh yang telah diberi janji keistimewaan saat pertama sekali diajak bergabung dengan Indonesia, justru merasa seperti ditelantarkan, dianaktirikan. Aceh adalah sepetak tanah surga yang kaya sumber daya alam, tapi rakyatnya tumbuh di bawah garis kemiskinan, kala itu. Merasa adanya ketidakadilan, Teungku Hasan Di Tiro membangun kembali ingatan akan masa lalu. Memperkenalkan Aceh dari sudut pandang sejarah, bahwa Aceh merupakan bangsa kuat, bermartabat. Aceh telah menoreh peradaban gemilang yang mulia, yakni pada masa Kerajaan Nanggro Aceh Darussalam. Melalui bukunya “Aceh Bak Mata Donya” (Aceh di mata dunia) beliau menyebarkan semangat mencintai Aceh guna mewujudkan kemerdekaan. Rakyat Aceh terpanggil hatinya untuk menyelamatkan marwah (kehormatan) bangsa. Bak kata Tan Malaka; “Tuan rumah tidak akan berunding dengan pencuri yang menjarah rumahnya.”

Sebuah buku fenomenal, karya Teungku Hasan Di Tiro

Perlawanan berlangsung lama, hingga penghujung tahun 2004, tepatnya tanggal 26 Desember, terjadi musibah besar yang melanda Aceh, yakni gempa berkekuatan 9,8 SR yang mengakibatkan gelombang tinggi menyapu sebagian besar wilayah Aceh. Ya, siapa yang tak mengingat musibah Tsunami itu. Manusia berbuat makar, Allah pun memperlihatkan makarnya. Bencana besar yang merenggut ratusan ribu jiwa rakyat Aceh telah mengundang perhatian dunia. Banyak bantuan berdatangan: sandang, pangan, papan dan bahkan perhatian dunia untuk mendamaikan seteru antara Aceh dengan Indonesia.

Ketika itu, rakyat Aceh larut dalam gelimang duka. Tak siapa pun peduli pada kata merdeka. Mereka sudah tidak antusias dengan perang. Musibah Tsunami telah memporandakan Aceh, mengakibatkan kehilangan keluarga dan harta benda. Mungkin inilah hikmah dibalik musibah. Bahwa Allah hendak membuka jalan penyelesaian perang ini dengan cara-Nya. Akhirnya, pada 15 Agustus 2005, di Helsinki - Finlandia terwujudlah nota kesepahaman antara pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Penandatanganan MoU Helsinki telah membuktikan bahwa Aceh merindukan kedamaian, bahwa perang dan pertumpahan darah tidak akan menyelesaikan masalah. Indonesia menyepakati beberapa point keinginan rakyat Aceh. Aceh juga menyepakati untuk tetap berada dalam bingkai NKRI.

Sejak hari itu, hingga saat ini, kedua belah pihak selalu menjaga dan merawat kesepakatan bersama. Tidak ada lagi kontak senjata, tak ada selongsong peluru yang harus disapu. Aceh telah kembali menjadi daerah yang berwajah ramah. Kehidupan berjalan kondusif. Anak-anak terlihat tawa riangnya, tidak ada lagi deru senjata, tak ada aroma mesiu. Aceh menjadi destinasi wisata paling menarik, baik dari pesona baharinya, khazanan adat dan budayanya, dan yang paling utama adalah penerapan syariat islam yang mengundang perhatian dunia. Saat ini, Aceh tengah menggagas wisata halal Aceh. Wisata yang tetap mengindahkan nilai-nilai dan norma agama.

Karnaval perayaan 17-an, tepatnya 18 Agustus 2016 di Banda Aceh. Foto: Isni

Kita kembali ke tema. Kenapa saya berani mengatakan bahwa Aceh mencintai Indonesia. Barang kali Anda akan tercengang bila hari ini berada di Aceh. Dalam rangka merayakan kemerdekaan Indonesia, sebagai bentuk nasionalisme, di seluruh wilayah Aceh: di kota maupun desa, semua rumah, ruko, kantor swasta, sekolah dan instansi pemerintahan menggibarkan bendera merah putih sejak 1 Agustus hingga hari 20 Agustus mendatang. Tidak cukup sekedar itu, setelah upacara bendera pada 17 Agustus, diadakan lagi perlombaan rakyat. Karnaval kemerdekaan. Anak-anak bersuka cita mengikuti aneka kegiatan memeriahkan HUT RI. Semua sekolah di Kabupaten maupun Kota Madya ikut mengadakan kegiatan.

Wajah seantusias ini kita lihat dari anak-anak yang disusu ibunya sambil mencemaskan baku tembak. Anak-anak yang lahir bersama keluarnya peluru dari moncong senjata. Senyum meriah dari wanita janda korban perang, menunjukkan bahwa bangsa Aceh telah memaafkan apa-apa yang telah terjadi di masa lalu. Aceh yang damai. Aceh yang mencintai Indonesia.

Antusias lomba tarik tambang, Siswa SMA di Lembah Seulawah. Foto: Fadhal

Foto: Fadhal

Bukti lainnya bahwa Aceh dan Indonesia telah saling mencinta adalah keberadaan pelajar Aceh sebagai pembawa baki bendera pusaka, pada upacara penurunan bendera di Jakarta. Cut Aura Maghfirah Putri mewakili Aceh menghadiahkan senyum perdamaian. Tidak hanya Cut, bahkan beberapa siswa lainnya telah melakukan hal yang sama sebelumnya. Menjadi Paskibraka. Ini menunjukkan bahwa hati kita padu, kita adalah Indonesia. Terbukti, baik sekali kan bangsa Aceh ini?

Mau liburan ke Aceh? Cari di sini: tiket pesawat dan hotel


About

Muslimah. Gemar membaca dan menulis. Pegiat di Forum Lingkar Pena dan Gaminong Blogger. Kontributor beberapa media. Berkicau di @ainiazizbm, IG @ainiazizbeumeutuwah. Kunjungi saya di https://www.ainiaziz.com/


'Aceh Sangat Mencintai Indonesia' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool