Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dien di Lampisang

Ada banyak keunggulan wisata di Aceh, bahkan di antaranya telah dikenal seantero dunia. Sebut saja, keindahan alam di pulau Sabang dan tari Saman yang telah diakui sebagai warisan dunia dari UNESCO. Namun, bukan hanya itu saja. Sejarah panjang yang dilalui Aceh dengan beragam lintas zaman, telah menorehkan begitu banyak sejarah. Sebagian sejarah itu masih bisa dilihat melalui peninggalan-peninggalan yang terjaga baik hingga sekarang. Maka, tak salah, jika berkunjung ke Aceh rasakan juga sensasi wisata sejarah, salah satunya rumah Cut Nyak Dien.

Tampak depan rumah Cut Nyak Dien yang masih kokoh hingga kini

Itulah yang saya rasakan Minggu kemarin. Dengan sepeda motor, saya melaju pelan ke arah barat Banda Aceh, tepatnya di lintasan menuju Lhoknga, Aceh Besar. Jalanan lumayan padat pagi itu. Kendaraan umum dan pribadi melaju cepat di jalan mulus. Jujur, mengendarai sepeda motor di sepanjang jalan Lhoknga adalah hal menarik bagi saya. Sebab, selain lintasan jalannya sangat mulus, pemandangan sepanjang jalan sungguh menawan. Persawahan hijau terbentang luas dengan latar barisan bukit-bukit kecil. Siapa saja yang melintasi, pasti akan terkesan dengan suasana alam yang begitu tenang ini. Seakan-seakan seluruh yang pemandangan yang terhampar menjadi objek wisata Aceh yang patut dinikmati.

Salah satu bagian rumah Cut Nyak Dien

Namun, perjalanan saya kali ini bukan menuju ke pantai Lhoknga atau pantai Lampuuk yang terkenal dengan pasir putihnya. Perjalanan saya kali ini, ingin mengunjungi salah satu rumah bersejarah pejuang wanita Aceh yang paling berani, yaitu rumah Cut Nyak Dien.

Siapa yang tidak kenal Cut Nyak Dien. Pejuang Aceh yang menaklukkan penjajah Belanda dalam merebut kemerdekaan. Sosoknya begitu berani dan tangguh. Bahkan, kehebatannya diulas di banyak buku, film, hingga terpatri dalam uang bilangan Rp10.000. Sosoknya begitu dekat dan familiar bagi masyarakat Indonesia, maka tak salah, jika berkunjung ke Aceh sempatkan untuk berkunjung ke rumah Cut Nyak Dien yang memiliki keunikan dan arsitektur yang kuat.

Rumah Cut Nyak Dien terletak di Desa Lampisang, Aceh Besar. Lokasinya mudah dijangkau sebab berada di pinggir jalan raya. Rumah Cut Nyak Dien ini menjadi salah satu wisata sejarah unggulan di Aceh yang harus dikunjungi. Selain memiliki sejarah panjang, arsitektur bangunannya pun sungguh menarik. Rumah ini berbentuk rumah panggung dengan puluhan tiang kokoh sebagai penyangga. Dindingnya tersusun dari bilahan papan berwarna gelap. Semakin menarik, sebab di sudut-sudut rumah terukir ornamen khas Aceh yang dicat berwarna terang. Agar terasa lebih sejuk, atap rumah disusun dari pelepah daun-daun kelapa tua.

Jangan lupa dibaca juga cerita makam Syahid Lapak di Bireuen

Sumur yang dulunya menjadi sasaran penjajah Belanda

Saya memarkirkan motor tepat di pintu utama. Pijakan tangga menghantarkan saya ke Seuramoe Likeu (serambi depan) yang menyerupai teras. Ruangnya terbilang luas. Di beberapa sisi ruangan terdapat pintu yang menghubungkan ke ruang-ruang berbeda. Tepat di salah satu bagian dinding, terpatri silsilah yang menjelaskan keturunan Cut Nyak Dien.

Menurut sejarah, Cut Nyak Dien lahir tahun 1848. Ia merupakan keturunan dari Makoedum Sati yang merupakan keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia dan Ibunya seorang putri bangsawan Lampageu. Di usia 12 tahun, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim Lamnga, seorang putra Uleebalang Lamnga. Namun, pernikahan ini hanya sebentar, sebab Teuku Ibrahim Lamnga gugur dalam medan perang melawan Belanda. Hingga akhirnya, di tahun 1880, Cut Nyak Dien dipersunting Teuku Umar. Cut Nyak Dien juga memimpin pasukan melawan Belanda hingga pedalaman hutan Meulaboh.

Di rumah ini, saya juga mendapati beberapa foto semasa peperangan Aceh yang dipajang di sebuah ruangan di sisi kanan pintu utama. Di dinding kayu tersangkut beberapa foto yang dibingkai, tulisan singkat di bawahnya menjelaskan tentang peristiwa itu. Jujur, saya sedikit bingung ketika mengintari rumah ini. Sebab, ada begitu banyak pintu yang saling terhubung yang menghantarkan saya ke ruangan berbeda. Konon, ini cara untuk mengelabui para penjajah jika mereka datang tiba-tiba menyergap di dalam rumah.

Saya melangkah ke ruang tengah yang lebih luas. Di sana terdapat beberapa kursi Jepara dan pajangan beberapa alat perang tradisional seperti parang dan rencong. Di ujung ruangan terdapat pintu. Awalnya, saya mengira pintu ini mengarah ke balkon rumah. Ternyata, pintu mengarah ke sumur yang lumayan dalam. Sumur ini berada sejajar dengan ketinggian rumah, ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan agar air sumur tidak di racun.

Di ruang berbeda, terdapat beberapa kamar yang didesain menyerupai kamar Cut Nyak Dien dan para dayang. Kamar-kamar ini umumnya dilapisi tirai-tirai berwarna kuning, hijau, dan merah yang merupakan warna khas Aceh.

Salah satu bagian di rumah Cut Nyak Dien

Namun, siapa sangka, rumah yang berdiri kokoh ini adalah replika dari rumah aslinya. Sebab, di tahun 1896, rumah Cut Nyak Dien dibakar oleh penjajah Belanda. Kebakaran ini mengakibatkan rumah hancur rata dan hanya menyisakan sumur serta pondasi rumah. Hingga akhirnya di tahun 1981-1982, Pemerintah Indonesia membangun kembali rumah dengan bentuk yang sama.

Selesai berputar-putar, saya menemui seorang penjaga rumah yang selalu stand by di depan pintu utama. Dia menjelaskan jika pengunjung membludak di hari libur, tapi mirisnya didominasi wisatawan Malaysia.
“Sedikit sekali wisatawan lokal yang berkunjung kemari,” sahutnya. Padahal, untuk berkunjung ke rumah ini, pengunjung tidak dipungut biaya.

Mau jalan-jalan ke Rumah Cut Nyak Dien? Persiapkan kebutuhan traveling Kalian di sini: Tiket Pesawat Jakarta Aceh, Booking Hotel Murah dan Paket Wisata Indonesia

Rumah Cut Nyak Dien termasuk salah satu dari wisata unggulan di Aceh. Selain kaya akan budaya dan keindahan alam, objek sejarah juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Aceh. Selain rumah Cut Nyak Dien, terdapat juga beberapa objek wisata sejarah yang menjadi andalan, seperti Gunongan, Rumah Cut Meutia, Monumen Pesawat RRI 01, Kuburan Belanda Kherkhof, dan Museum Aceh. Tempat wisata di Aceh ini termasuk dalam daftar lokasi yang wajib dikunjungi.

Terlebih lagi berkunjung ke rumah Cut Nyak Dien terbilang gampang. Selain jalan mulus, jarak dari pusat kota juga tidak terlalu jauh. Hanya berkisar 45 menit perjalanan. Lokasi ini juga menjadi pusat jajanan kuliner khas Aceh, seperti kue bhoi, dodol Aceh, meuseukat, kue karah, bakpia Sabang, hingga kopi Aceh. Jadi, sekali berkunjung, dua kesempatan bisa dirasakan sekaligus di lokasi pariwisata Aceh ini.



About

Hobi menulis. Tukang koleksi buku. Penulis serial “Teller Sampai Teler” (Elexmedia 2014). Follow twitter @ferhatmuchtar
email; [email protected]
Baca tulisan lainnya di www.ferhatt.com (kunjungi yaa)


'Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dien di Lampisang' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool