Debur Ombak Danau di Pantai Menye

Berdiri di tepian pantai, membiarkan deburan ombak membasuh kaki, dalam lengkungan pantai yang luas. Hembusan angin pegunungan dataran tinggi yang sejuk, dan puncak gunung yang melingkari. Banyak yang mengunjungi salah satu tempat Wisata Aceh Pantai Menye, untuk sesat lupa, mereka berada di puncak pegunungan. Bukan tepian samudera.

Mungkin ketika Anda merencanakan perjalanan liburan akhir tahun, lalu memutuskan Wisata Aceh sebagai pilihan, yang Anda bayangkan adalah wilayah pesisir laut. Pantai eksotis nan indah, dengan debur ombak, dan semburat jingga matahari senja. Menikmati secangkir kopi, arabica Gayo atau robusta kopi Aceh, sepiring mie Aceh dan pulasan aroma garam dalam hembusan angin dari laut.

Dan ternyata ketika sampai di Aceh, Anda mendapat tawaran dari teman. Menikamati Wisata Aceh Pantai Menye. Lalu teman itu memfasilitasi Anda menuju ke sebuah kota di puncak pegunungan, kota Takengon. Teman itu juga memberikan dua pilihan. Delapan jam perjalanan darat di siang hari dari kota Banda Aceh, melintasi empat kabupaten, jalan mulus dan pemandangan menawan. Atau perjalanan malam, Anda menikmati tidur nyaman dalam mobil lalu terbangun dini hari ketika memasuki Kota Takengon.

Disambut barisan lampu dengan cahaya kuning, udara segar pegunungan, dan ketenangan yang jauh dari hiruk pikuk metropolitan. Jujur saja, bagian disambut barisan lampu kuning, dan aroma segar yang menyusup ketika membuka jendela, serta ketenangannya, adalah bagian kesukaan saya, setiap kali sampai ke Takengon.

Nah, baris-baris dua paragraf di atas, kita memang sedang berandai-andai. Tapi itu hal menyenangkan yang mungkin saja terjadi ketika Anda memutuskan Wisata Aceh sebagai pilihan liburan Anda.

Pemandangan khas pegunungan yang terhampar mengelililingi Pantai Menye

Sedangkan bagian Wisata Aceh Pantai Menye, itu bukan berandai-andai. Pantai Menye terletak di Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah. Kota Takengon adalah ibukotanya, kota yang tumbuh berkembang di sisi danau Lut Tawar. Bila berdiri dari kota Takengon, lokasi pantai ini tepat di seberang atau sisi lain danau. Tepatnya di sisi timur danau Lut Tawar, danau luas dengan bertabur tempat indah di tepiannya.

Memiliki hamparan pantai nan luas, dengan area pandang yang juga sangat luas, serta deburan ombak, membuat banyak orang yang berkunjung ke pantai menye sering lupa bahwa mereka sedang berada di tepian danau, bukan laut. Meskipun nama Danau Lut Tawar memang berarti Laut Yang Tawar. Ombak itu sendiri merupakan hal unik yang tidak banyak ditemukan di danau secara umum, mungkin karena pengaruh luasnya, atau bisa juga karena kondisi geogarfisnya yang berada di celah puncak pegunungan tinggi.

Di sekitar pantai banyak terdapat hamparan bunga liar.

Bukan hanya bunga yang tumbuh liar, batang-batang mawar juga tumbuh subur.

Tidak ada yang tahu pasti mengenai asal-usul nama Menye yang disematkan kepada pantai bersuasana romantis ini. Dalam bahasa Gayo, suku utama yang mendiami wilayah pegunungan tinggi ini, kata Menye memiliki arti manja. Dari bahasa, maka nama pantai ini bisa diartikan Pantai Tempat Bermanja, atau Pantai Yang Manja (nah ini terjemahanan yang agak lucu). Apapun itu, yang jelas banyak orang meyakini nama Pantai Menye ini adalah tersebab suasananya. Pantai tempat bersantai, bermanja bersama keluarga dan mereka yang terkasih.

Pacuan kuda tradisional di Danau Lut Tawar.

Bila menyebut pacuan kuda di pantai, umumnya memang wisatawan dan para traveler lebih mengenal pacuan kuda pantai di Desa Matawai Atu, kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur. Kegiatan yang telah berlangsung lama disaat air laut mengalami pasang surut. Tapi banyak yang tidak mengetahui bahwa pacuan kuda di pantai juga dilakukan di Aceh Tengah. Salah satunya di objek Wisata Aceh Pantai Menye.

Monumen Pacuan Kuda Tradisional di Pantai Menye.

Sejak masa Belanda, pacuan kuda tradisional sudah dilakukan. Awalnya pada saat setelah panen, namun setelah Indonesia merdeka, pacuan kuda dilakukan secara rutin dua kali dalam setahun, yaitu di bulan Februari menjelang ulang tahun kota Takengon, dan di bulan Agustus, merayakan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia.

Ketika menyebutkan mengenai objek Wisata Aceh Pantai Menye, banyak yang menyebutkan keindahannya tapi lupa menjelaskan satu hal penting. Pantai Menye adalah tempat pacuan kuda tradisional dilakukan. Kuda-kuda dipacu para joki melintas adu cepat di tepian air, bahkan dalam deburan ombak di tepi pantai. Yang membedakan hanya satu hal, yaitu di tepi lautan atau di tepi danau dengan rasa seolah laut. Dan sejujurnya, sensasinya nyaris tak berbeda.

Lokasi Pantai Menye yang nyaris tepat di seberang kota Takengon, di sisi timur danau, membuat kota ini hampir tepat di tengah lintasan jalan yang mengelilingi danau Lut Tawar. Membuat pantai ini dapat ditempuh dari Kota Takengon dengan jarak tempuh kurang lebih 19 kilometer dari arah utara, dan sekitar 26 kilometer bila menempuh arah selatan. Durasi waktu tempuh sekitar 45 sampai dengan 60 menit perjalanan santai.

Di sepanjang jalan, terdapat banyak tempat menyenangkan untuk disinggahi, seperti wilayah One-One (dibaca apa adanya, ini bukan bahasa Inggris), yang banyak terdapat warung ikan bakar dan menu tradisional Dataran Tinggi Gayo. Tapi itu, akan saya ceritakan di tulisan lain.

Anda pasti sepakat. Salah satu hidangan yang paling enak dinikmati di tepian pantai adalah ikan bakar.

Yuk buruan ke Aceh, dan pesan kebutuhan traveling Kalian di sini: Tiket Pesawat Jakarta Aceh, Booking Hotel Murah dan Paket Wisata Indonesia


About

Full time stay at home father, part time blogger-writer-graphic designer, and sometime traveler wanna be.


'Debur Ombak Danau di Pantai Menye' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool