Pernah ke Aceh Tamiang? Sekali waktu Ezytravelers perlu mengunjungi salah satu kabupaten di Aceh ini. Sepintas, Negeri Bumi Muda Sedia ini sama dengan kabupaten lain di Aceh. Namun, kalau Ezytravelers sudah terjun dan bergaul dengan masyarakat Tamiang. Saat itulah Ezytravelers baru menyadari, kalau Kabupaten hasil pemekaran dengan Aceh Timur ini, punya beragam keunikan yang tak akan Ezytravelers temukan di kabupaten Aceh lainnya.
Salah satu keunikan masyarakat Aceh Tamiang bisa kita temukan saat berbelanja. Nah, inilah beberapa fakta unik kalau kita berbelanja di Aceh Tamiang. Fakta yang bisa buat kita tersenyum sekaligus geleng-geleng kepala.
Awas! Belanja di Aceh Tamiang bisa di Pajak!
Memang benar? Yup. Kalau tak percaya silahkan tanya sendiri. “Bang di mana bisa beli ikan?” maka orang Tamiang dengan spontan akan menjawab, “Ya, di pajaklah!”
Karena makna pajak bagi masyarakat Aceh Tamiang adalah pasar tradisional. Malah di Ibu Kota Aceh Tamiang yaitu Kuala Simpang, banyak tempat perbelanjaan yang melekatkan namanya dengan kata pajak. Seperti Pajak Hongkong yang merupakan pusat perbelanjaan pakaian dan makanan, Pajak Pagi ataupun Pajak Bawah.
Kata Pajak untuk menyebutkan pasar tradisional juga berlaku di daerah Sumatra Utara seperti Binjai ataupun Medan. Karena secara kultur, masyarakat Tamiang memiliki hubungan yang erat pada kedua daerah ini. Karena Tamiang dan Medan berada dalam satu rumpun melayu. Sementara di daerah Aceh lain, untuk menyebutkan pasar tradisional adalah Pasar/Pasai.
Jadi, tak perlu terkejut kalau belanja di Tamiang harus di pajak.
Kalimat sugestinya bikin senyum-senyum
“Apa cari Kak?” Kalimat itu adalah cara pedagang di Aceh Tamiang untuk menarik pelanggannya. “Apa cari kak?” ucapnya jika melihat pembeli yang pontensial hahah… Kalimat itu diucapkan dengan intonasi yang telah diatur sedemikian rupa.
Di Aceh kalimat sapaan ini hanya ada di Tamiang. Sebab di Kabupaten lain kalimat yang digunakan untuk menarik pembeli adalah piyoh (mampir), maknanya sama dengan kalimat “boleh kakak” kalau kita berbelanja di Jakarta.
Pedagang ayam menarik pembeli. “Apa cari kak”
Nah, jika sang pembeli tertarik dan mendekat ke barang dagangannya. Sang pedagang pun mulai melontarkan kata-kata sugesti lain seperti “Untuk kakak murah-murah sajalah ini”, “barang baru masuk semua ini” atau “Kakak cari ke toko lain pun sama aja harganya”.
Begitulah, kalimat sugesti ini memang biasa saja. Tapi kalau diucapkan langsung oleh orang Aceh Tamiang dengan logatnya yang khas, maka kita yang mendengarnya bisa senyum-senyum sendiri.
Berapapun murahnya, yang penting nawar
Orang Aceh Tamiang kalau berbelanja gengsinya tinggi juga. Tidak percaya? Coba perhatikan kalau mereka berbelanja di Pajak Pagi. Berapapun murahnya barang yang ingin dibelinya, ia tetap akan berupaya menawar. Perkara berhasil atau gagal, itu urusan lain. Karena bagi mereka, menawar barang itu memberikan sensasi tersendiri saat berbelanja.
Dan sudah menjadi rahasia umum, yang paling agresif dalam menawar barang itu adalah ibu-ibu rumah tangga. Sampai-sampai sang pedagang tak berkutik karena sadisnya mereka menekan harga haha
“Ikan gembong ini sekilo berapa bang?
“Sama kakak dua puluh ribu ajalah”
“Alah udah pecah perut gini pun, 15 ribu aja ya,”
“Glekk!”
Semuanya bisa jadi saudara
Memang ada saja cara pedagang untuk menarik calon pembelinya. Di Aceh Tamiang, salah satu caranya adalah dengan memanggil calon pembeli seperti memanggil saudara atau kawan sendiri. “Eee.. Pakcik, kemano aje tak kelatan. Ne keleh Pakcik, ikan sembilang lagak beno, (Eee.. Pakcik, kemana saja tidak kelihatan. Ini lihat Pakcik, ikan sembilang bagus sekali” ucap sang pedagang dengan bahasa Tamiang.
Kalimat sapaan yang sok ramah itu, adalah contoh yang sering kali saya dengar kalau berbelanja di Kuala Simpang. Kalimat yang biasa diucapkan pedagang ikan kalau melihat ayah saya. Dulu saya sempat mengira, apakah pedagang ini memang benar-benar mengenal ayah saya. Sebab, cara ia memanggil tak ubahnya kaum kerabat kami yang lama tak bertemu.
“Entah apo, pande-pande dio aje (Entah siapa, pandai-pandai dia saja,” ucap ayah saya mengklarifikasi.
Begitu pula kalau yang berbelanja nenek-nenek atau kakek-kakek, para pedagang itu akan memanggil mereka penuh hormat seolah ia adalah cucunya.
“Andong, ne rambutan Binjei manih-manih benoe (Nenek, ini rambutan Binjai manis-manis kali),” sapanya penuh keramahan.
Inilah beberapa fakta unik yang bisa kita temukan kalau berbelanja di Aceh Tamiang. Sederhana tapi keunikan seperti ini adalah sebuah kearifan lokal, yang memperkaya khazanah kita sebagai masayarakat yang berbudaya.
“Apa cari kak?”Ups…
'Fakta Unik Belanja di Aceh Tamiang' have 2 comments
January 19, 2025 @ 4:40 pm Risma Armia
Iya, saya juga sempat kaget waktu awal-awal belanja di pasar aceh tamiang hahaa
January 20, 2025 @ 4:06 pm Ibnu Syahri Ramadhan
Welcome to Aceh Tamiang