Bagi sebagian orang, Lhoong bukanlah daerah asing. Daerah di Aceh Besar ini adalah surganya buah durian. Hampir semua lahan perkebunan di Lhoong ditanami durian yang rasanya lebih legit ketimbang durian dari beberapa daerah lainnya.
Bukan hanya durian, Lhoong juga terkenal dengan alamnya yang indah. Pergunungan yang padat pepohonan bersanding dengan birunya lautan adalah gambaran singkat tentang Lhoong. Lhoong juga memiliki spot wisata yang menakjubkan, sebut saja Teluk Jantang yang menyajikan banyak keindahan. Di teluk ini, air laut terasa lebih menenangkan. Jauh dari ombak besar atau deburan keras, sebab ada bukit-bukit kecil yang mengelilingi membentuk cekungan.
Namun siapa sangka, di balik keindangan pegunungan yang lebat serta birunya air laut, Lhoong menyimpan dan mencatat beragam misteri. Salah satunya adalah Gua Lhoong.
Dibandingkan beberapa gua di Aceh, seperti Gua Laweung di Pidie, Gua Loyang Koro di Aceh Tengah, atau Gua Alur Bening di Aceh Tamiang, mungkin Gua Lhoong tidak begitu familiar bagi pecinta wisata ekstrem.
Ada banyak sebab, salah satunya karena letaknya lumayan ekstrem dan sulit untuk dijangkau oleh masyarakat. Namun, jika ditelisik, Gua Lhoong sebenarnya menyimpan begitu banyak catatan yang merangkum perjalanan kehidupan manusia, khususnya di Aceh. Sebab gua ini menyimpan catatan kelam tentang tsunami purba yang terjadi ribuan tahun silam di kawasan Aceh.
Letak Gua Lhoong lumayan jauh dari Kota Banda Aceh, sekitar 60 Km. Menuju ke sini dibutuhkan waktu sekitar 1,5-2 jam perjalanan darat. Gua ini terletak di Desa Meunasah Lhok, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. Bagi warga sekitar, gua ini kerap disebut Goa Ek Gleuntie. Ini merujuk sebab di dalam gua ditemukan banyak sekali kotoran kelelawar. Gua Lhoong terletak beberapa meter dari pantai.
Gua ini sedikit lebih tinggi sehingga terlindungi dari badai atau angin. Gua Lhoong akan terpericik air jika ada ombak besar yang menyembur ke dalamnya.
Gua Lhoong mulai dilirik selepas tsunami Aceh pada tahun 2004 silam. Sebagai daerah rawan bencana, Aceh seakan menjadi laboratorium bencana bagi masyarakat dunia.
Banyak peneliti dari beragam negara berkunjung dan melakukan penelitiannnya di sini. Bukan hanya di objek-objek mainstream, tetapi juga di beberapa objek yang sulit dijamah, salah satunya di Gua Lhoong.
Gua Lhoong dijadikan lokasi penelitian untuk memastikan, apakah sebelum tahun 2004 Aceh pernah mengalami tsunami juga. Dan dari dalam gua, para peneliti menemukan jika ada endapan pasir dari dasar laut yang tersapu hingga masuk ke dalam gua. Endapan ini bertumpuk rapi dengan kotoran kelelawar.
Selain pasir, juga ditemukan sisa-sia organisme yang menunjukkan jika tsunami pernah menghantam Aceh pada ribuan tahun lalu. Diprediksikan tsunami purba yang menghantam Aceh saat itu tidak kalah besarnya dibandingkan tahun 2004 silam.
Penampakan Gua Lhoong ini hampir sama dengan gua-gua pada umumnya. Namun, Gua Lhoong lebih besar. Bukan hanya pada ruang di dalamnya, tetapi juga pintu gua yang menganga lebar. Bahkan, ada yang mengatakan jika besarnya pintu Gua Lhoong hampir setara dengan gawang sepak bola.
Bukan hanya besar, pintu gua juga sangat tinggi. Siapa aja saja yang berdiri di muka pintu, akan terlihat lebih kecil. Tingginya bisa mencapai belasan meter. Karena terletak di tengah perbukitan, pintu Gua Lhoong ditutupi rerumputan padat dan pepohonan lebat. Alasan ini pula yang menjadikan Gua Lhoong sulit diakses serta jarang dikunjungi oleh wisatawan.
Gua Lhoong memiliki ruang-ruang yang sama luas serta lebar layaknya pintu gua. Tinggi gua beragam, berkisar 10 hingga 20 meter.
Semakin jauh menjelajah ke dalam gua, gua akan terasa lebih gelap sebab sinar matahari semakin sulit untuk masuk. Jadi siapapun ingin masuk ke dalam gua, harus menyiapkan diri dengan penerangan yang memadai agar tidak terperosok di antara bebatuan di dalam gua.
Terlebih lagi, di dalam Gua Lhoong banyak batu-batu cadas yang dapat mencederai pengunjung bila berjalan tidak hati-hati dan sigap. Kegelapan Gua Lhoong inilah yang dimanfaatkan oleh ribuan kelelawar sebagai tempat peristirahatan mereka. Kelelawar bergelantungan di langit-langit gua sehingga kotorannya mengotori permukaan gua. Sebab dihuni oleh ribuan kelelawar, masyarakat setempat menyebut gua ini sebagai Gua Ek Gleuntie yang berarti gua kotoran kelelelawar.
Nah, bagi Ezytravellers yang sedang berburu durian atau menikmati keindahan alam di Lhoong, tidak salah sesekali menggali info atau menyambangi Gua Lhoong. Tapi, ingat, jangan lupa libatkan warga setempat agar keselamatan lebih terjaga, serta terhindar dari hal-hal membahayakan.
'Gua Lhoong, Saksi Tsunami Purba di Aceh' have no comments
Be the first to comment this post!