Siapa yang tak kenal dengan panganan khas Aceh yang satu ini? Kue yang terbuat dari campuran tepung beras dan santan, biasanya dipanggang di atas tungku dengan bara, bukan api sempurna. Bentuknya bulat dan seluruh bagian permukaannya berongga. Ya, Apam. Tentunya kita tidak asing dengan namanya, meskipun tidak semua orang pernah mencicipi makanan gurih yang satu ini. Setidaknya Anda pernah mendengar tentang Kenduri Apam.
Di Aceh, Apam lebih dari sekedar panganan biasa. Ada kesakralan dengannya. Pembuatan Apam tidak sepanjang waktu, sehingga tidak dapat kita temui dengan mudah di pasar. Apam tidak dijajakan sebagaimana kue basah lainnya, melainkan ada waktu-waktu tertentu yang menuntut untuk diadakan Kenduri Apam. Dalam Almanak Aceh, bulan Apam jatuh pada bulan ke Tujuh, yakni bulan Rajab dalam penanggalan kalender Hijriah. Sepanjang bulan Rajab, di Aceh, nyaris di semua wilayah mengadakan Kenduri Apam. Selain itu, di Aceh Besar, Kenduri Apam juga diadakan pada hari ke tiga setelah seseorang meninggal dunia.
Beberapa keluarga berkumpul, mereka berswasembada membawa bahan masing-masing untuk kemudian disatukan, dimasak bersama-sama. Sebagian menumbuk tepung, sebagian lagi mengupas, mengukur kelapa dan memeras santan. Suasana gotong royong seperti ini tentu saja menghidupkan kebahagian tersendiri. Mempererat ikatan sosial-silaturrahmi. Ada suka cita di wajah ibu-ibu yang bergiat membuat Apam. Tidak terbantahkan, bahwa orang Aceh memang gemar membuat kenduri (suka bersedekah).
Apam yang telah masak disatukan/ ditumpuk dalam sebuah talam untuk dibawa ke Meunasah, sebagai kenduri. Sebagian lagi dimakan bersama-sama keluarga masing-masing. Apam dinikmati dengan kuah Apam. Kuah Apam terbuat dari santan yang tidak seberapa kental, dimasak dengan ditambahkan pisang, ubi, ketela dan nangka yang dipotong kecil-kecil ukuran dadu. Kuah ini disiramkan ke atas Apam hingga meresap melalui rongga-rongga permukaan Apam. Apam yang semula hambar akhirnya menjadi sangat lezat dengan campuran kuah Apam yang manis. Hmm.. tentu saja Anda sangat tergiur untuk mencicipinya, bukan? Saya sendiri sampai ngiler saat berusaha mendeskripsikan ini.
Adapun latar belakang pembuatan kenduri Apam itu sendiri ada dua versi. Konon, dahulu di Aceh, apabila ada seorang laki-laki yang tidak menunaikan shalat jumat hingga tiga kali berturut-turut, maka dia dikenakan kewajiban membawa 100 Apam ke Mesjid untuk dimakan oleh jamaah lainnya. Denda sebagai efek jera. Tentu saja seorang akan malu bila sering-sering mambawa Apam ke mesjid, ketahuan bahwa dia tidak menunaikan kewajiban shalat Jumat.
Selain itu, konon juga dahulu ada seorang laki-laki yang penasaran dengan keadaan dalam kubur. Ia ingin tahu apa yang dialami mayit pada saat pertama setelah dimakamkan. Mulailah ia pura-pura meninggal, kemudian sebagaimana lazimnya ia pun dimandikan, dikafankan, dishalatkan dan dimakamkan. Hingga setelah terkubur, ia didatangi oleh malaikat untuk ditanyai, ternyata amalannya buruk dan dia dipecut. Walhal, ada sesuatu yang menghalanginya dari pukulan malaikat. Tameng itu berbentuk bulat seperti bulan, terlihat olehnya dalam remang-remang kegelapan. Dia berhasil keluar dari kubur dan kembali ke keluarganya. Ternyata, diketahuilah bahwa keluarganya baru saja mengadakan Kenduri Apam. Mereka meyakini bahwa sesuatu yang bulat seperti bulan yang menjadi tameng saat ia dipukul malaikat itu adalah Apam. Kenduri Apam dapat membantu meringankan azab bagi seorang yang telah meninggal. Hal ini telah dipercayai secara turun temurun.
Demikianlah, hingga saat ini Kenduri Apam masih sangat digalakkan di Aceh. Kenduri Apam merupakan bagian dari khazanah kebudayaan Aceh yang patut dilestarikan. Nyatanya, pada acara pembukaan Aceh Culinary Festival 2016 dan Banda Aceh Internasional Coffee Festival 2016, Tanggal 10 Mei lalu, di lapangan Blangpadang – Kota Banda Aceh, seribuan masyarakat dari berbagai kalangan terlihat antusias memasak Apam secara serentak pada 1.000 tungku yang disediakan panitia. Kemeriahan ini tercatat dalam rekor MURI dengan kategori “Membakar Apam dengan Tungku Terbanyak.” Nah, masih penasaran bagaimana rasa Apam dan meriahnya Kenduri Apam? Ayuk ke Aceh!
'Kenduri Apam dalam Khazanah Budaya Aceh' have 1 comment
May 19, 2024 @ 7:09 pm Zuheimi
Sang hawa chit keuneuk pajouh apam