Minggu lalu, saya dan keluarga belanja di Pasar Aceh, guna membeli beberapa bahan yang akan dijadikan seserahan, untuk salah satu anggota keluarga kami yang melangsungkan pernikahan. Awalnya, saya sempat menolak ketika diajak. Teringat, pasti akan menghabiskan banyak waktu dan banyak tenaga. Belanjaan untuk seserahan itu sudah pasti beragam. Mulai dari bahan pakaian, tas-sepatu, seperangkat alat shalat hingga sepaket kosmetis, lengkap. Terbayang, pasti urut-urut betis karena jalan-jalan terus seharian.
Namun, beberapa saat kemudian, saya berubah pikiran. “Kapan lagi menikmati saat-saat berbelanja paling hits kalau bukan sekarang,” besit dalam hati. Nah, saya hubungi Irwani (adik ipar saya) guna mengonfirmasi akan hadir. Kami pergi ber-enam, Saya, Irwani, Anda Zakiyah, Kak Nopi, Anda Nini, dan Ami menjadi driver dadakan yang siap antar-jemput. Ups! ada lagi, ditambah dua orang lainnya yang semula saya sempat ragu mereka akan kuat seharian bebelanja, faktor umur. Nyatanya, dugaan saya salah. Nekmu Cut dan Kak Ti lebih kuat dari saya ketika berbelanja.
Jadilah kami berangkat. Start dari rumah pukul 09.30, tiba di Pasar Aceh pukul 10.00. Waktu yang tepat untuk memulai berbelanja. Terlihat pengunjung pasar sudah ramai. Mula-mula, kami singgah terlebih dahulu di toko tekstil guna membeli bahan kain untuk baju. Kalau ingatan saya tidak keliru, nama tokonya Bina Usaha. Wow! Banyak sekali bahan pakaian berbagai ragam jenis dan corak dijajakan di sana. Renda, brukat, songket, sifon, batik, border, sutra, katun, rosela, roberto, maxmara, dan lainnya, lengkap. Kiri-kanan kita lihat, semua menggoda untuk dibeli. Saya yang dahulunya jarang hunting pasar, mulai menikmati pengalaman belanja di Pasar Aceh kali ini.
Di sini, setidaknya kami membeli empat set pakaian. Seunalen Phon (seserahan yang menjadi pakaian utama dalam seserahan nantinya) dibandrol dengan harga dua jutaan rupiah oleh Anda Zakiyah. Ini merupakan seperangkat yang utuh. Atasannya renda lux, dipadu songket dari bahan tenun yang lembut sebagai bawahan. Cocok sekali menjadi penghulu seserahan. Kemudian, Seunalen keudua, seharga enam ratusan ribu rupiah sah dibawa pulang oleh Irwani. Lanjut lagi, Nekmu Cut membeli satu set border dengan harga empat ratusan ribu rupiah dan Anda Nini membeli bakal kain berbahan sutra.
Sementara kita padai dulu berbelanja di toko ini. Kita cari tempat yang lain lagi, barangkali ada yang lebih menarik. Bagaimana, Ezytravelers tertarik untuk ikutan? Ayuk!
Mmm.. menikmati saat-saat belanja di asar Aceh seperti ini, rasanya, fantastis! Saya mulai takjub sendiri dengan semangat ibu-ibu ini berbelanja. Mereka jeli dalam memilih. Baik paduan warna, harga dan kualitas kain yang hendak dibeli pun diperhatikan seksama dan diputuskan bersama, beli atau tidaknya. Selanjutnya, setelah membeli beberapa bahan kain lainnya, lanjut ke bagian tas dan sepatu.
Belanja di Pasar Aceh, mudah. Pasar Aceh yang saya maksud adalah keseluruhan tempat berbelanja di Kota Banda Aceh. Saya menyebutnya Pasar Aceh. Artinya, bukan hanya satu bangunan pertokoan yang bertuliskan Pasar Aceh. Pasar Aceh itu luas. Jejaran tokonya tertata baik, membuat pengunjung nyaman. Apa saja ada. Bak kata orang tua dahulu; “Di pasar, yang nggak dijual hanya ibu dan ayah.” (Hehehe)
Baiklah, fokus! Setelah belanja bahan pakaian, jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Kami istirahat sejenak untuk makan dan shalat. Menikmati makan-makanan lezat citarasa rumahan di Warung Asahi. Salah satu rumah makan yang terbilang sangat diminati di Banda Aceh ini. Letaknya di Jl. KH. Ahmad Dahlan. Aduh, ini yang lupa saya abadikan momennya. Ya, begitulah, kalau jumpa makanan, lupa dokumentasi saking ngebetnya lekas menikmati. Hehehe
Seusai shalat di Masjid Gampong Baro, berbelanja dilanjutkan. Ibu-ibu yang bersemangat. Kali ini kami menuju deretan pertokoan yang menjajakan tas dan sepatu di Shoping Center, lantai dasar. Lagi-lagi, wow! Sangat beragam. Tas dan sepatunya cantik-cantik, sampai bingung mau memilih yang mana. Saat itu, sebenarnya saya sudah mulai lelah. Tapi biarlah lelah itu menjadi rahasia. Saya pura-pura tegar. Ada trik untuk mengurangi pegal kaki, yakni, saat sudah masuk ke toko, sembari ibu-ibu memilih dan melihat-lihat, saya segera mencari posisi paling aman, yakni kursi dan kipas angin. Rata-rata, semua toko di sini memiliki dua hal tersebut. Apalagi di Pasar Aceh Mall, memang dilengkapi dengan Air Cond.
Setelah belanja tas dan sepatu, lanjut lagi kosmetik. Masih ditempat yang tidak jauh beranjak. Semua jenis kosmetik yang kita butuhkan ada di sini. Setelah dipilih apa-apa saya yang akan kita beli, kemudian pihak penjual lekas membungkusnya dalam sebuah keranjang yang disusun sekreatif mungkin, hingga menjadi sebuah parcel yang menarik.
Kalau boleh mengutip jargon Asus, bisa saya katakan, belanja di Pasar Aceh nggak ada matinya. Saya yang semula tidak hobby berbenja, kali ini bikin ketagihan keliling-keliling hunting di pasar. Kita bisa lihat banyak hal, bisa tahu banyak jenis dan bisa habisin banyak uang. 😀
'Gila-gilaan Ikut Belanja di Pasar Aceh, bikin ketagihan!' have no comments
Be the first to comment this post!