Sahabat Ezytravelers pernah mendengar tentang Dayah Darul Muta’allimin? Tepatnya di daerah Blang Bintang. Pesantren yang dikenal sebagai Dayah Turki ini terletak di Desa Meulayo, Kecamatan Blang Bintang – Kabupaten Aceh Besar. Di tengah-tengah Dayah ini terdapat sebuah Masjid tua di Aceh, atau kerap disebut Masjid Tua Meulayo.
Saya sangat tidak asing dari masjid yang satu ini. Pertama, letaknya tidak jauh dari tempat tinggal saya. Orang tua saya kerap bercerita tentang keberadaan Masjid Tua Meulayo ini, sejak saya masih kecil. Konon, Masjid Tua di Aceh ini pernah menjadi tempat sakral, bagi masyarakat sekitar. Bagaimana tidak? Jika ada dua orang yang bersengketa dan tidak dapat dilerai oleh petinggi desa, maka mereka akan dibawa ke Masjid ini. Untuk apa kira-kira? Untuk melakukan sumpah, saudara-saudara!
Nah, seram sekali, bukan? Demikianlah kenyataannya, serta diyakini secara turun-temurun. Saya sendiri memang tidak pernah menyaksikan bagaimana prosesi sumpah itu berlangsung. Saya hanya diceritakan oleh almarhum Bapak saya. Beliau diceritakan oleh ibunya, yakni nenek saya. Barangkali di generasi ke empat di atas kami, hal semacam itu terjadi. Sahabat Ezytravelers boleh percaya boleh tidak. Tapi saya sendiri tidak meragukan hal itu.
Dikabarkan pula bahwa, Al Quran yang dipakai untuk ritual sumpah itu adalah Al Quran yang ditulis tangan oleh Ulama Aceh yang mendirikan Masjid Tua Meulayo. Saya tidak ingat namanya. Sekarang Al Quran itu masih ada, disimpan di kediaman pewarisnya. Selain Al Quran yang ditulis tangan, dahulu di Masjid tua di Aceh ini juga terdapat beberapa kitab kuno. Kitab yang menjadi acuan pendidikan agama kepada masyarakat kala itu. Demikian informasi yang saya peroleh dari masyarakat sekitar.
Di salah satu sisi Masjid Tua Meulayo ini juga terdapat sebuah guci tua. Di Aceh, kami menyebutnya Peudeuna. Konon, Peudeuna tersebut datang sendiri ke Masjid tua di Aceh ini. Sebelum salah satu sisi dari mulut guci ini dibuat sompel, ia bisa berpindah-pindah sendiri tempatnya. Entah bagaimana itu terjadi, wallahu a’lam. Bahkan, terkait dengan ritual sumpah yang saya ceritakan di atas, konon, Peudeuna akan menjerit jika pelaku sumpah itu berdusta. Kambali lagi, saya terlanjur percaya dengan hal ini. Selebihnya saya serahkan kepada teman-teman; boleh percaya, boleh tidak.
Dari segi bangunannya, Masjid Tua Meulayo ini masih seperti bentuk lama. Meskipun telah beberapa kali mengalami pemugaran, namun bentuk aslinya tetap dipertahannkan. Dapat dilihat kontruksi atapnya merupakan atap tumpang. Badan Masjid tua di Aceh ini memanjang, menghadap arah kiblat dengan satu bilik untuk imam berada di posisi paling depan, tepat di tengah-tengah.
Dari dalam dapat kita saksikan bahwa atapnya tidak tinggi. Meskipun landai namun tidak akan membuat jamaah kepanasan, karena dinding Masjid hanya sepantaran pinggang, selebihnya dibiarkan terbuka begitu saja. Udara bisa bebas keluar masuk, menyejukkan seluruh isi Masjid.
Sejak dibangun Masjid baru untuk kemukiman Meulayo, Masjid ini sudah tidak pernah digunakan lagi untuk jamaah shalat Jum’at. Namun, hingga kini Masjid Tua Meulayo masih difungsikan sebagai tempat ibadah. Bahkan berperan penting, yakni sebagai Masjid tempat melangsungkan shalat lima waktu berjamaah bagi santri Dayah Darul Muta’alimin, yakni Dayah Turki. Letaknya di dalam lingkungan Dayah menyebabkan Masjid ini selalu terawat dengan baik. Tidak heran, kontruksinya terlihat awet dan baru. Saya sendiri menyukai kombinasi warnanya; atap hijau dengan dinding broken white berpadu merah bata, menghadirkan suasana sejuk dan damai, indah dipandang mata.
Dayah Darul Muta’alimin sendiri awalnya merupakan Dayah tradisional. Dengan meningkatnya antusias masyarakat serta kesediaan donatur dari Turki untuk meng-upgrade dayah ini menjadi boarding school, kini dayah Darul Muta’allimin telah menjadi salah satu pesantren modern yang diminiti oleh masyarakat Aceh. Selain pendidikan sekolah, pendidikan agama merupakan hal yang diutaman di dayah ini. Para satri dibekali pelajaran nahwu dan sharaf, serta pengkajian kitab turast.
Dari dayah yang terdapat di Gampong Meulayo ini, banyak sekali anak-anak Aceh yang diberangkatkan ke Turki, dalam rangka study ilmu. Nyaris setiap tahunnya. Saya sendiri tentu sangat ingin menjadi bagian dari mereka, sayangnya saya sudah cukup dewasa. Tidak didukung oleh faktor usia. (*senyum, jangan ketawa!)
Buruan langsung terbang ke Aceh! Pesan hotel murah & Tiket pesawat murah. Wow! Ada Paket perjalanan wisata murah juga untuk Ezytravelers.
Baiklah, bagaimana teman-teman ezytraveler, tertarik untuk berkunjung ke Masjid ini? Sekaligus melihat batapa menyenangkannya berada di tengah-tengah santri, berada dalam lingkungan Dayah, berada di masjid bersejarah, tentunya. Ayuk sesekali saya guide sahabat Ezytravelers ke Masjid Tua Meulayo, salah satu Masjid tua di Aceh!
'Masjid Meulayo. Masjid Tua di Aceh di Lingkungan Dayah Turki' have no comments
Be the first to comment this post!