Salah satu lokasi wisata di Aceh Besar adalah Mata Ie. Lokasi ini tidak terlalu jauh dari pusat kota Banda Aceh. Lintasan menuju ke tempat ini pun lumayan bagus. Jalanan teraspal licin, sehingga perjalanan terasa lebih lancar. Beberapa waktu lalu saya sempat ke tempat ini. Rencana awalnya menuju ke lokasi kondangan seorang teman di daerah Ketapang yang letaknya hanya selemparan batu dari Mata Ie. Sialnya, kedatangan saya terlalu cepat. Prosesi penyambutan pengantin masih berlangsung saat saya tiba di lokasi kondangan. Alih-alih menunggu prosesi penyambutan selesai, saya berbalik arah. Ingin pulang kepalang tanggung, kepingin singgah ke warung kopi juga malas. Akhirnya sepeda motor saya balik arah menuju Mata Ie. Niatnya membunuh waktu hingga prosesi penyambutan itu selesai.
Jalanan menuju ke Mata Ie lumayan mulus. Walau agak sedikit padat kendaraan siang itu. Mata Ie bisa dibilang lokasi wisata di Aceh Besar yang lumayan berbeda dibandingkan lokasi lain yang cenderung mengandalkan lautan. Sesuai namanya, dalam bahasa Aceh Mata Ie berarti sumber mata air. Jadi di lokasi ini terdapat sumber mata air yang menjadi denyut kehidupan masyarakat setempat.
Menuju Mata Ie saya harus melewati komplek TNI yang berdiri di sekitar lokasi. Kebetulan saya perginya di hari kerja, otomatis suasana sepi, jauh dari hiruk pikuk. Suasana sepi semakin terasa saat memasuki kawasan wisata di Aceh Besar ini. Sebuah gapura berdiri melingkar di pintu masuk. Di sisinya terdapat gardu tiket, setiap pengunjung yang masuk dikenai tiket Rp. 2.000.
Suasana dingin dan hijau langsung terasa di kawasan Mata Ie. Pohon-pohon besar memayungi memberi kesan teduh dan adem. Terlebih lagi, kawasan ini berada di kaki bukit. Sesekali, gerombolan monyet turun dari bukit dan mengais-ngais daun kering. Sebuah mesjid besar berdiri megah tepat di tengah pepohonan rimbun. Belasan pijakan anak tangga menghantarkan pengunjung ke area ibadah. Saya pernah sekali shalat di masjid ini. Suasananya terasa syahdu sekali. Terlebih airnya terasa sangat dingit saat berwudhu.
Berjalan beberapa meter ke depan, saya mulai mendengar gemuruh air. Gemuruh ini berasal dari arus sungai yang mengalir deras. Tepat di belakangnya, terdapat genangan air tenang yang dilingkari pagar besi. Di sanalah konon sumber mata air itu berasal. Selain dingin, airnya juga jernih bersih.
Kawasan Mata Ie terbilang luas. Selain terdapat sungai yang mengalir, di tempat ini juga terdapat kolam besar dijadikan tempat pemandian umum. Ketika saya datang, suasana kolam terlihat sepi. Hanya ada dua bocah yang jumpalitan dan berenang di area ini. Melepas penat,di sekitar kolam juga berdiri pondok-pondok kecil yang menjajakan dagangan.
Sebuah jembatan terbentang di tepi kolam. Jembatan ini serupa pintu air irigasi. Saya berjalan di atasnya dan melihat lebih seksama kawasan Mata Ie. Ternyata, sumber mata air ini juga digunakan untuk mengairi persawahan warga yang berada di depan komplek TNI. Mungkin hal sama juga berlaku untuk sungai yang pertama kali saya jumpa tadi. Selain digunakan untuk mengairi persawahan, sumber mata air ini juga dimanfaatkan oleh warga sekitar. Ini terlihat saat saya melongok kolong jembatan yang dipenuhi ibu-ibu mencuci pakaian. Ada banyak kelompok ibu-ibu yang bejibaku dengan baju dan sabun. Sesekali terdengar senda gurau mereka di tengah gemuruh aliran air.
Saya mencoba membasuh kaki dan muka. Ternyata benar kata orang-orang, air di Mata Ie ini sungguh dingin! Rasanya seru untuk mandi atau berenang di tempat ini. Tapi apa daya, kedatangan saya tiba-tiba di lokasi wisata di Aceh Besar ini jauh dari persiapan matang. Jangankan baju ganti, saya juga masih menggunakan sepatu kantoran. Untuk membunuh waktu dan menikmati alam teduh di Mata Ie, saya berkeliling melihat area ini lebih dekat.
Kawasan wisata di Aceh Besar ini sepertinya sangat siap menyambut wisatawan. Selain mengandalkan sumber mata air sebagai objek utama, area ini juga dilengkapi fasilitas bagi pengunjung. Ada banyak wahana permainan anak-anak yang dibangun di tepi kolam dan sungai, seperti ayunan, perosotan, hingga lapangan tenis.
Lokasi wisata di Aceh Besar ini juga bersebelahan dengan perbukitan. Dulu, saat masih kuliah, saya pernah mendaki bukit kecil di belakang Mata Ie. Hanya butuh sekitar 45 menit untuk mendaki dengan medan yang tidak terlalu rumit. Dari atas bukit, saya bisa melihat kota Banda Aceh lebih luas. Tetapi, sebelum mendaki dianjurkan untuk melapor ke pos TNI untuk mengantisipasi hal terburuk.
Lelah berkeliling Mata Ie, saya bergegas kembali ke lokasi kondangan. Melihat alam dan air yang sejuk, rasanya enggan untuk beranjak dari tempat ini. Terlebih lagi cuaca Banda Aceh lumayan menyengat akhir-akhir ini, Mata Ie rasanya bisa jadi alternatif wisata di Aceh Besar untuk mencari kesejukan dan melepas penat. Ada yang mau ikut?
'Melimpir ke Mata Ie, Wisata di Aceh Besar yang Bikin Adem' have no comments
Be the first to comment this post!