Wisata sungai di aceh belum terlalu dikenal. Sedang membangun setelah lama didera perang dan konflik bersenjata, Aceh termasuk wilayah yang perlahan menata berbagai potensinya. Dari pembangunan hingga memberdayakan berbagai aset, termasuk wisatanya yang menyimpan banyak pesona menawan.
Salah satu wilayah dengan potensi wisata alam, termasuk wisata sungai di Aceh adalah kabupaten Aceh Tengah. Kabupaten yang juga merupakan satu dari tiga kabupaten penyandang nama Dataran Tinggi Gayo ini memang semakin dikenal sebagai destinasi wisata alam yang sedang menanjak namanya dalam daftar tempat wisata yang harus dikunjungi.
Semula dikenal dengan prestasi kopi Arabica Gayo-nya. Wilayah yang sejak tahun 1960’an ini sudah menjadi eksportir kopi bertaraf internasional ini, sejak beberapa tahun belakangan juga mulai dikenal dengan pesona wisata alamnya yang mulai terbuka satu per satu. Nama Dataran Tinggi Gayo juga mulai dikenal sebagai tempat dengan banyak harta karun wisata alam. Wisata air terjun, wisata gunung, wisata hutan, sampai wisata sungai di Aceh.
Mengikuti salah satu tren yang mulai berkembang, semakin banyak pecinta wisata alam, baik itu kelas profesional, ataupun kelas pemula. Ditambah pula tren sosial media yang semakin berkembang. Dan itu membuat semakin banyak kalangan umum yang menyukai wisata alam, terutama yang mudah dan tidak jauh.
Salah satu wisata sungai di Aceh Tengah yang bisa diakses dengan mudah, adalah menelusuri sungai Peusangan.
Bermula dari danau Lut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah, sungai ini merupakan salah satu sungai terpenting di Aceh. Disebut sebagai Wih Peusangan oleh suku Gayo yang mendiami hulunya, sungai ini dikenal dengan nama Krueng Peusangan dibagian hilirnya. Bahasa Gayo di hulu dan bahasa Aceh di hilir. Bukan hal aneh bila menyadari bahwa sungai ini melintasi 5 kabupaten; Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireun, Aceh Utara, dan Kota Lhokseumawe.
Dan banyak yang tidak menyadari keindahan yang tersembunyi di sungai Peusangan ini. Bukan hanya yang berada dalam aliran tersembunyi di tengah hutan belantara, tapi juga yang berada sangat dekat dengan kota dan pemukiman. Setidaknya terdapat empat titik dengan pemandangan mempesona, yang bisa dijangkau dalam hitungan 10 sampai 30 menit dari kota Takengon. Jalan aspal ataupun jalan semen curah yang cukup baik. Yang agak jauh mebawa kita melintasi wilayah pemukiman di pegunungan yang melingkari kota Takengon, sedangkan yang dekat membawa kita melihat sisi lain kota Takengon dari tepian dan aliran sungai Peusangan.
Yang paling dekat dengan kota dan bisa menjadi titik awal wisata sungai di Aceh Tengah ini adalah hulu dari sungai Peusangan. Bahkan sebenarnya berada tepat di pusat kota Takengon.
Tak jauh dari masjid Ruhama, Masjid Raya Takengon, terdapat sebuah bukit yang dikenal dengan nama Buntul Kubu. Secara harafiah berarti bukit kuburan. Dan memang, tak jauh dari bangunan di puncak bukit itu terdapat sederetan kuburan. Apakah memang kuburan itu yang menjadi alasan nama bukit, atau karena hal lainnya. Namun yang jelas, tepat dari jalan masuk ke halaman bangunan yang kini menjadi kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Polisi Wilayatul Hisbah, terhampar pemandangan menawan dari hulu sungai Peusangan.
Saat matahari terbit, tempat itu menyajikan tampilan yang sangat menawan. Aliran yang menjadi hulu sungai, dengan bangunan masjid At-Taqwa atau masjid Dedalu, berlatar danau nan luas di satu sisi, dan barisan pegunungan di sisi lain. Pemandangan indah yang layak untuk dijadikan salah satu titik dokumentasi bagi pencari wisata sungai di Aceh Tengah. Tak juah dari situ terdapat juga sebuah masjid tua, yang terkenal karena terdapat satu sumur di dalamnya. Airnya yang kaya mineral dan bersih diyakini memiliki efek penyembuhan.
Selanjutnya hanya sekitar 15 menit dari hulu sungai, menyusuri ke barat, tepat sebelum daerah yang dikenal dengan nama Simpang Uning, terdapat tepian sungai yang dangkal. Warga mempergunakannya untuk mencuci pakaian — dan kendaraan — tapi sebenarnya memiliki pemandangan yang indah. Aliran yang dangkal dengan dasar yang berbatu menciptakan pola arus yang unik. Dan ‘dangkalnya’ itu membuat bagian ini menjadi tempat berfoto yang aman.
Tak jauh di depannya, terdapat jembatan yang melintas di atas aliran yang lebih dalam, dan deras. Bagian ini juga menyajikan pemandangan yang indah, meskipun berada di area pemukiman. Beberapa tahun lalu, disini terdapat ‘jembatan’ lain yang lebih rendah. Berada sedikit di bawah permukaan air sehingga bisa digunakan sebagi tempat wudhu. Sayangnya jembatan yang dibangun tepat disamping tangga masjid itu sekarang sudah rubuh.
Titik keempat yang layak dikunjungi dalam agenda hunting photo sambil menikmati wisata sungai di Aceh Tengah ini berada di wilayah Lenga. Kurang lebih 30 menit dari kota Takengon. Jalannya lebih dikenal dengan sebutan jalan Takengon-Angkup. Di sini, aliran sungai Peusangan membentuk sungai yang berkelok-kelok membelah hamparan sawah yang bertingkat. Di sini juga banyak terdapat tanaman bunga yang bermekaran dan tumbuh liar. Banyak diantara bunga-bunga ini adalah bunga yang dijual dengan harga mahal di kota besar.
Itu saja? Tentu tidak. Ini hanya empat titik dengan pemandangan menawan yang jaraknya tak jauh dari kota Takengon. Dengan bentangan aliran sungai sepanjang 128 KM, dan sekitar 107 sungai yang mengalirkan alirannya berhilir atau berhulu pada sungai Peusangan ini, melintasi hutan, lembah, dan pegunungan pada lima kabupaten, sebenarnya sangat banyak tempat yang menarik untuk ditelusuri sebagai bagian dari
'Menelusuri Krueng Peusangan Sungai di Aceh Tengah' have no comments
Be the first to comment this post!