Memaknai sebuah ketinggian, tak melulu harus menjelajah pada bukit ataupun gunung belantara dan menyibak tabir dari semak belukar. Namun, di salah satu wilayah di Aceh Besar, kamu dapat menikmati keindahan beberapa titik pemandangan, hanya dengan menggunakan kendaraan umum tanpa harus lelah mendaki dengan kaki seperti mendaki ketinggian pada umumnya.
Bernama Neuheun, sebuah wilayah perbukitan di kecamatan Mesjid Raya-Aceh Besar, berjarak 17 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh, yang dulunya tak berpenghuni, kemudian diubah menjadi sebuah perkampungan pasca Tsunami, diperuntukkan bagi para nelayan yang tempat tinggalnya telah musnah pada Tsunami 2004 silam. Maka berbondong-bondonglah bantuan yang datang dari berbagai penjuru dunia saat itu, termasuk bantuan yang diberikan oleh aktor laga dunia, Jackie Chan.
Dibangunlah sebuah perkampungan di atas bukit yang terdiri dari 606 unit rumah tipe 42 di areal 22,4 hektar. Beberapa sumber percaya bahwa Jackie Chan lah yang mendanai semua pembangunan tersebut, hingga akhirnya disebut sebagai Perkampungan Jackie Chan atau Bukit Jackie Chan. Memang pada saat itu tidak dapat disangkal bahwa Jackie Chan sendiri pernah berkunjung ke Aceh pada April 2005, didampingi oleh Erick Tsang dan Miss World 2004 Julia Martilla Gracia. Namun, pada prasasti pembangunan disebutkan bahwa pembangunan perkampungan di wilayah ini didanai oleh China Charity Federation and Red Cross Society of China. Jika kamu memasuki gerbang perkampungan ini, maka akan disambut dengan pintu gerbang khas Tiongkok yang mirip dengan pintu gerbang yang ada di kompleks China Town. Di sana juga terpampang tulisan ’’Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok’’ dalam huruf besar-besar di pintu masuknya.Lantas, apa yang begitu menarik dari Bukit Jackie Chan untuk dibahas? Sepertinya saat pembangunan dimulaipun, lokasi yang digunakan untuk pembangunan perkampungan ini begitu strategis. Sesekali berkunjunglah ke sini, apalagi setelah rentetan perumahan dengan atap genteng berwarna merah bata ini telah selesai dikerjakan dan menghiasi langit Aceh Besar-Banda Aceh jika dilihat dari ketinggian pesawat terbang.
Jalur yang ditempuh untuk bisa sampai ke sini pun tergolong mudah, apalagi setelah akses jalan menuju perbukitan ini telah selesai dikerjakan. Hanya dengan mengendarai sepeda motor ataupun mobil dan mengikuti jalur perbukitan, kamu akan disuguhi pemandangan ketinggian yang terlihat cantik dari segi manapun mata memandang. Semakin tinggi menuju puncak perbukitan, semakin jelas keindahan alam yang tampak.
Dari sisi kanan akan tampak Pulau Weh yang dikelilingi oleh lautan dan luasnya Samudera Hindia. Namun kepulauan Nicobar masih malu-malu bersembuyi di belakangnya, hanya sesekali akan tampak ketika cuaca di sekitar Neuhen ini sangat cerah. Begitupun awan akan sangat bersahabat hingga membentuk tematik-tematik yang berselaras dengan warna lautan, memantulkan cahaya milik sang surya.
Bayangkan jika dapat tinggal di salah satu rumah di perkampungan ini, bahkan setiap bangun pagi matahari selalu menyapa.
Saat fajar tiba, tepatnya di sisi kiri perbukitan, kamu akan disuguhi pemandangan terbitnya matahari dari ufuk timur yang semakin memberikan kehangatan bagi siapapun yang menyapanya. Saya masih membayangkan betapa indahnya bisa memiliki satu unit rumah saja di sini, dan berlokasi langsung menghadap alam yang memancarkan sinar mentari setiap harinya. Belum lagi, ketika matahari beranjak meninggi, seiring dengan bertambah terangnya mentari hingga membentuk alam, pegunungan dan lautan semakin nyata. Sangat indah bukan? Percayalah, udara di sini sangat jauh dari polusi dan masih sangat segar untuk dinikmati. Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?
Tak hanya sampai di sini, ada hal lain yang selalu ditunggu oleh banyak orang pada perkampungan ini. Bila hari sudah mulai senja, maka akan datang rombongan manusia yang rela menunggu dan menghabiskan senja di sini. Ini sudah menjadi pemandangan biasa bagi penduduk di perbukitan ini. Walaupun tidak ada sarana untuk sekedar bisa duduk santai, namun para rombongan manusia ini bersedia untuk duduk di pinggir jalan dan menikmati senja dari ketinggian. Sebagian besar dari mereka tidak akan melewatkan momen ini hanya dengan duduk bersantai, namun mereka juga mengabadikan momen ini dengan menggunakan kamera mereka.
Pasti sangat berbeda rasanya bisa menikmati fenomena matahari terbenam dari ketinggian sambil menikmati semburat cahaya yang mencipratkan dirinya pada setiap sisi pegunungan, laut hingga langit yang menyelimutinya. Sensasi yang sangat berbeda dibandingkan menikmati senja di pantai ataupun pegunungan. Di sini, semburat merah jingga menyatu dengan alam. Seperti bumi yang berada pada 360 derajat, semua perputarannya menyirat warna mega yang menyeluruh. Sungguh indah.
Kesempurnaan keindahan pun berlanjut hingga langit meredup dan bulan bintang mulai menampakkan jati dirinya. Berpindahlah ke sisi kiri perbukitan dan lihatlah dua pantulan cahaya Kota Banda Aceh yang terlihat berpadu dengan cahaya bintang di langit. Sungguh perpaduan yang indah, hingga bukit ini pun dinamakan Bukit Bintang pada malam harinya. Bukan sebuah tempat yang biasa untuk dapat menikmati keindahan seperti ini. Sebuah warung kopi ala kadarnya telah menyiapkan beberapa kursi yang dijejerkan di sekitar pinggiran jalan. Duduklah sambil menikmati segelas kopi atau teh hangat dan sepiring mie instan di sini. Ini akan menjadi momen yang indah tanpa harus membuatmu jauh-jauh ke kota lain untuk menikmati pemandangan ini.
Jika pun beruntung, tak hanya fenomena dua bintang yang dapat kamu tangkap, melainkan binaran cahaya purnama akan menambah keromantisan tempat ini. Percayalah, bukit Jackie Chan memberikan kesempatan bagi kita mengejar para pelengkap galaksi untuk dapat dinikmati keindahannya.
Namun sangat disayangkan, pesona keindahan yang ada di perbukitan ini tidak dikelola dengan baik seperti semestinya. Pembangun tinggallah pembangunan. Banyak bangunan yang telah dibangun seperti pasar kecil, beberapa rumah dibiarkan kosong tanpa penghuni hingga akhirnya rusak. Padahal jika ditilik lebih lanjut, rumah-rumah ini dapat disewakan atau dijadikan sebagai salah satu aset sarana dan prasarana wisata yang ada di perkampungan ini. Belum lagi sampah buangan rumah tangga yang semakin banyak dan lokasinya yang berdekatan dengan lokasi tempat menikmati cahaya bintang dan kota Banda Aceh pada malam hari, membuat bau busuk semakin tercium dan udara semakin tercemar. Belum ada fasilitas yang memadai yang dapat mendukung pesona wisata alam yang ada. Padahal jika ada satu warung kopi saja yang didirikan tepat menghadap pada posisi matahari terbenam, ini akan menambah keeksotisan suasana yang ada di sini.
Satu-satunya warung kopi ala kadarnya yang ada di Bukit Jackie Chan untuk menikmati pesona bulan dan bintang.
Maka, siapakah yang bertanggung jawab untuk memelihara karunia yang sudah Allah berikan ini?
Referensi:
ww
w.tionghoa.info
'Mengejar Galaksi di Bukit Jackie Chan, Aceh Besar' have no comments
Be the first to comment this post!