Menyeruput Secangkir Kopi Abdya Ra Luar Kota di Espresso Cafe

Bisa dibilang, selama dua tahun lebih tinggal di Aceh Barat Daya, saya jarang sekali nongkrong di warung kopi. Sebulan belum tentu sekali saya duduk di kedai kopi Aceh tersebut. Maklum, kebanyakan warung kopi disana masih berkonsep tradisional yang hanya menawarkan kopi hitam seperti kopi Arabica atau Robusta. Selain itu, pengunjungnya juga hampir semua laki-laki. Hal itu menambah keengganan saya duduk-duduk santai di sana. Namun, sejak dibuka Espresso Café yang mengusung konsep warung kopi yang lebih modern, tidak sedikit kaum hawa yang memilih nongkrong di sana termasuk saya.

Kedai kopi Aceh Espresso Café ini terletak di Keude Paya, Kecamatan Blang Pidie Aceh Barat Daya. Posisinya sangat strategis, tepat di pinggir jalan nasional dan tidak jauh dari kompleks perkantoran Aceh Barat Daya. Sesuai dengan namanya, menu utama kedai kopi ini adalah kopi espresso. Selain itu, di sana juga terdapat fasilitas wi-fi yang bisa dipakai secara gratis oleh pengunjungnya.

Sore itu, sambil menghabiskan libur akhir pekan, saya, putri saya Naqiya, dan teman saya Naiza memilih untuk duduk-duduk di sana. Ketika pelayan kedai kopi Aceh Barat Daya tersebut membawakan daftar menu, saya pun penasaran dengan kopi espresso yang ada di sana. Untuk menglangkan keingintahuan tersebut, saya pun memesan espresso seharga Rp 6000.

Melihat cangkirnya yang imut dengan kopi berwarna kecoklatan di dalamnya, tentu saya tidak melewatkan untuk mengambil gambar kopi espresso tersebut. Baru setelah puas berfoto, kopi tersebut saya minum. Rasanya lebih gurih dibanding kopi biasa, tapi kok asam ya? Setelah menceritakan pengalaman saya meneguk espresso yang asam ini kepada seorang teman yang lebih mengerti tentang kopi, ternyata cara minum kopi espresso saya salah.

“Espresso itu enaknya diminum secara one shot alias sekali teguk sebelum 20 detik. Rasanya enak dan gurih banget. Pahit dan asamnya hampir tidak terasa. Biasanya espresso seperti itu dibuat oleh barista yang terampil. Kalau baristanya kurang terampil, bisa-bisa espressonya dibuat terlalu panas dan enggak bisa diteguk,” jelasnya.

Benar saja, espresso yang saya minum di kedai kopi Aceh tersebut sudah lebih dari 20 detik, hampir 10 menit malah. Pantas saja rasanya asam. Hahahaha. Makanya jangan suka ikut-ikutan, jeng!

Selain kopi espresso, di Espresso Café juga terdapat beragam menu lain seperti coklat, teh hijau, dan aneka juice segar. Eits, ketika membuka menu makananya, ternyata di café ini juga terdapat dimsum. Wow! Di Abdya terdapat dimsum. Rasanya sesuatu banget. Selain dimsum tidak ketinggalan juga menu khas warung kopi Aceh kebanyakan yaitu mie Aceh.

Karena kopi espresso yang saya minum tidak mampu menghapus dahaga, maka saya pun memesan coklat dingin. Coklat tersebut terbuat dari bubuk coklat socolate, itu lho coklat khas Meureudu, Pidie Jaya. Dinamakan coklat dingin karena ditambahkan es ke dalamnya. Cocoknya disebut es coklat sebenarnya, tapi begitulah orang Aceh menyebut minuman yang ditambahkan es dengan sebutan dingin seperti teh dingin, kopi dingin, dan lain-lain. Naiza, tema saya yang juga ikut waktu itu memesan green tea dingin, sedangkan putri saya memilih juice jeruk. Untuk makanan, tentunya saya memesan dimsum.

Sesuai dengan tagline kedai kopi Aceh Barat Daya ini yaitu Cafe Espresso Abdya, Rasa Luar Kota, saya memang merasakan perbedaan yang terdapat di cafe ini. Berbeda dari kedai kopi kebanyakan di Aceh Barat Daya. Ketika memasuki warung kopi ini, kita akan disuguhkan dengan beragam informasi tentang kopi espresso di wall paper. Begitu juga pada daftar menu yang diberikan oleh pelayan, sebelum membuka lembaran kertas tersebut, pada bagian depan menu terdapat penjelasan tentang kopi.

Saya yang tidak begitu paham tentang kopi jadi semakin paham dengan membaca informasi yang terdapat pada daftar menu di Espresso Cafe.

Selain menu dan desain interior gedung yang keren, pemandangan di sekeliling Espresso Cafe Abdya ini juga tidak kalah indah. Sawah yang menguning ditambah angin sepoi-sepoi khas pegunungan langsung bisa kita nikmati sambil menyeruput segelas kopi. Ya, lokasi kedai kopi Aceh ini memang dikelilingi oleh persawahan warga Blangpidie.

Setelah menyeruput secangkir espresso, menghabiskan segelas coklat dingin, dan menyantap dengan nikmat dimsum udang. Saya, Naiza, dan putri saya Naqiya pun akhirnya kembali ke rumah. Naiza yang baru pertama sekali ke cafe tersebut berencana akan kembali lagi ke sini, mengajak teman-teman sekantornya untuk nongkrong sambil menikmati menu khas cafe Abdya yang memiliki rasa luar kota.

Mau jalan-jalan? Temukan berbagai pilihannya di sini: hotel di Aceh, tour murah, dan tiket ke Aceh


About

Liza Fathiariani, blogger, traveler, and medical doctor. Author of www.liza-fathia.com and contributor of helloacehku.com


'Menyeruput Secangkir Kopi Abdya Ra Luar Kota di Espresso Cafe' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool