Setiap daerah di Aceh pasti memiliki mesjid yang menjadi ikon tempat tersebut. Biasanya mesjid yang menjadi landmark kabupaten/kota yang ada di Aceh itu ukurannya lebih besar dibandingkan dengan mesjid-mesjid yang lain, desain arsitekturnya juga menggambarkan kekhasan yang dimiliki oleh kabupaten atau kota, dan sering dinamai dengan mesjid jami dan mesjid raya. Begitu juga dengan Aceh Barat Daya (Abdya), di kabupaten hasil pemekaran Aceh Selatan ini juga terapat sebuah mesjid yang diberi nama Mesjid Jami Baitul Adhim atau Mesjid Jami Blangpidie.
Mesjid Jami Blangpidie ini terletak tepat di pusat kota Blangpidie, ibukota Abdya dan posisinya langsung berbatasan dengan Kompleks Asrama Komando Distrik Militer (Kodim) 0110. Selain menjadi pusat peribadatan masyarakat Blangpidie, Mesjid Jami Baitul Adhim ini juga memiliki sejarah yang yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Jika Eazytravelers berkunjung ke Mesjid Jami Baitul Adhim Blangpidie, di sudut kanan mesjid, kalian akan menemukan sebuah makam yang dipugar. Pada makam tersebut tertuliskan nama Teungku Peukan. Pasti penasaran bukan? Siapa sebenarnya Teungku Peukan sampai-sampai ia dimakamkan di kompleks mesjid kebanggaan warga Abdya? Rasa penasaran saya akan Teungku Peukan semakin membuncah karena tidak hanya makamnya yang terletak begitu spesial tetapi satu-satunya rumah sakit daerah di Abya juga bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Teungku Peukan.
Teungku Peukan, Pahlawan dari Abdya
Siang itu, langit Abdya yang biasanya mendung dan berawan terlihat sangat cerah. Guratan awan putih melayang dibawah langit yang biru. Inilah saat yang tepat, batin saya. Saya memutuskan untuk memasuki Mesjid Jami Blangpidie Abdya dan berziarah ke makam Teungku Peukan yang terletak di dalam kompleksnya.
Pelan saya membaca tulisan di atas pusara Teungku Peukan yang terdapat di kompleks masjid jami tersebut. Makam Pahlawan Teungku Peukan, 1896 – 1926, Kab. Abdya. Begitu tertera di sana.
Ternyata, Teungku Peukan adalah salah seorang pahlawan dari Abdya. Sayangnya, ia tidak seterkenal pahlawan-pahlawan yang ada di Aceh lainnya. Bahkan ketika saya bertanya kepada seorang yang merupakan penduduk asli Abdya, ia sama sekali tidak mengetahui bagaimana sejarah Teungku Peukan tersebut dan mengapa beliau dimakamkan di kompleks Mesjid Jami Abdya.
Akhirnya, Google juga yang menjadi juara. Rasa penasaran saya terjawab setelah saya mengetikkan keta kunci Teungku Peukan Abdya dan Mesjid Jami Blangpidie Abdya. Ada sejarah perjuangan yang sangat heroik dibalik pertanyaan-pertanyaan saya tentang Teungku Peukan ini. Ternyata, Teungku Peukan, seorang ulama kharismatik yang berasal dari Kecamatan Manggeng, syahid di kompleks masjid ini saat berjuang melawan penjajah Belanda.
Tragedi itu terjadi pada hari Jumat tanggal 11 September 2024. Malam hari sebelumnya, Teungku Peukan bersama pasukannya berangkat dari Manggeng menuju Blangpidie untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda. Tangsi atau banteng pertahanan Belanda terletak di Kota Blangpidie yang kini telah menjadi Asrama Kodim 0110. Penyerangan ini dilakukan karena Belanda telah bertindak keterlaluan. Penjajah itu tidak hanya melarang Teungku Peukan berdakwah tetapi juga menagih pajak tanah kepada masyarakat yang sudah 3 tahun dibebaskan oleh Ulee Balang Manggeng. Teungku Peukan tidak setuju atas keputusan tersebut dan Belanda menggapnya sebagai sebuah pelanggaran sehingga Teungku Peukan berhak untuk ditangkap. Sebelum Belanda menangkap Teungku Peukan, beliau bersama pengikutnya telah menyiapkan siasat untuk menyerang tangsi Belanda.
Malam hari sebelum penyerangan berlangsung, Teungku Peukan dan pasukannya melaksanakan zikir dan wirid di Meunasah Ayah Gadeng Manggeng untuk membersihkan diri. Lalu, dengan pakaian serba hitam, mereka melakukan longmarch dari Manggeng ke Blangpidie sejauh 20 km. Baru ketika fajar menyingsing mereka tiba di Blangpidie dan mereka pun berisitirahat sejenak sambil mengatur strategi di Balee Teungku di Lhoong, Geulempang Payong, Blangpidie.
Setelah berisitarah, Teungku Peukan bersama pasukannya menyerang serdadu Belanda yang saat itu masih terlelap di tangsinya. Tidak sedikit pasukan Belanda yang tumbang pada saat penyerangan berlangsung. Sebagai wujud syukur atas kemenangan yang diraih, Teungku Peukan mengumandangkan azan di kompleks yang kini menjadi Mesjid Jami Blangpidie. Namun, pada saat yang bersamaan, marsose Belanda yang berhasil selamat saat penyerangan dilakukan menembak Teungku Peukan hingga syahid dan dimakamkan di sana.
Mengetahui sejarah pahlawan Teungku Peukan dan alasan ia dimakamkan di Mesjid Jami Baitul Adhim Abdya membuat saya semakin ingin menggali sejarah-sejarah yang ada di kabupaten tempat saya berdomisili saat ini.
'Mesjid Jami Blangpidie dan Sejarah Teungku Peukan yang Terlewatkan' have no comments
Be the first to comment this post!