Sebagai kota pusaka, Banda Aceh memiliki banyak bangunan tua yang patut untuk dijelajahi, salah satunya adalah mesjid kuno yang bertebaran di pusat kota. Nah, bagi kamu yang hobi berburu bangunan tua, tidak salahnya untuk menyambangi beberapa mesjid kuno di Banda Aceh. Letaknya saling berjauhan dan beberapa di antaranya terletak di tengah pemukiman penduduk. Agar memudahkan kamu untuk menjelajahinya, berikut panduan perjalanan agar rute perjalanan kamu lebih sistematis.
1. MESJID TEUNGKU DI ANJONG
Jika kamu menginap dan stay di hotel sekitaran Peunayong, mungkin mesjid kuno pertama kali yang dapat kamu kunjungi adalah Mesjid Teungku Di Anjong. Usahakan pergi ketika pagi hari saat cuaca lebih bersahabat. Letak mesjid ini lumayan dekat dengan Peunayong. Menuju ke sini, kamu dapat menggunakan becak atau sepeda motor sewaan. Kemudian melintasi Jalan Ahmad Yani, menaiki jembatan Peunayong, dan berbelok kanan saat turunan jembatan.
Menemukan Mesjid Teungku Di Anjong sangat gampang, sebab ia berdekatan dengan gapura Desa Peulanggahan yang berdiri melintang tepat di tengah jalan. Selain itu, bentuk kubahnya yang unik menjadikan kamu lebih mudah menemukan mesjid kuno ini.
Mesjid Teungku Di Anjong memiliki sejarah panjang. Masjid ini dulunya di bangun oleh Tgk Di Anjong yang bernama asli Sayyid Abubakar pada tahun 1769 M. Beliau merupakan ulama pengembara dari Hadramaut, Yaman yang ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di kawasan Asia Tenggara.
Mesjid kuno ini memiliki tiga lantai yang menggambarkan nilai dasar Islam; hakikat, tarekat, dan makrifat. Awalnya, mesjid ini dibangun berkonstruksi kayu, tetapi tsunami tahun 2004 menghancurkan mesjid ini. Mesjid pun dibangun ulang dengan konstruksi beton. Teungku Di Anjong juga dikenal sebagai ulama kharismatik. Beliau juga mendirikan dayah (pesantren) yang menjadi pusat manasik haji bagi jemaah dari berbagai daerah. Konon katanya, sebelum jemaah haji berangkat ke Mekkah, terlebih dulu singgah ke kampung ini untuk mengikuti manasik haji. Setelah manasik usai, pelayaran ke Mekkah pun dilanjutkan. Kisah inilah yang diyakini sebagai cikal bakal Aceh disebut Serambi Mekkah.
Nah, jika kamu berkunjung ke sini jangan lupa untuk berdoa di makam Tgk. Di Anjong yang terletak di sebelah mesjid. Selain itu, kamu juga dapat mengunjungi monumen tsunami yang di bangun tepat di depan mesjid.
2. MESJID RAYA BAITURAHMAN
Merasa cukup berkeliling di mesjid kuno Teungku Di Anjong, kamu bisa langsung menuju ke Mesjid Raya Baiturahman. Menuju ke sana kamu bisa balik arah ke luar dari kampung Peulanggahan, lalu berjalan lurus melewati kantor Bank Indonesia hingga ke ujung jalan. Jarak antara Mesjid Raya Baiturrahman dengan Mesjid Teungku Di Anjong lumayan dekat berkisar 15 menit perjalanan.
Sebagai icon-nya Aceh, Mesjid Raya Baiturahman sepertinya tidak bisa dilewati sepintas saja. Ada banyak spot yang menarik untuk dilihat. Terlebih lagi saat ini pembangunan mesjid sedang heboh-hebohnya. Ada 12 payung eletrik besar yang dibangun di tengah halaman yang berlantaikan marmer Italia. Diharapkan mesjid ini dapat menyerupai Masjid Nabawi di Madinah hingga menampung 25 ribu jemaah.
Berhubung kamu telah di sini, tidak salahnya untuk melaksanakan shalat Dhuha atau berkeliling mesjid yang areanya lumayan luas. Kamu bisa lebih seksama memerhatikan arsitekturnya yang bergaya Eropa atau berfoto manja di pelataran mesjid dengan payung-payung elektriknya. Merasa puas, tidak salahnya melepas dahaga di pusat jajanan rujak Garuda yang berada di belakang Mesjid Raya Baiturrahman. Di sini kamu bisa menikmati rujak khas Aceh sambil beristirahat sebelum menuju mesjid berikutnya.
3. MESJID BAITURAHMI, ULEE LHEU
Menjelang siang, kamu bisa segera berangkat ke Masjid Baiturahim di Ulee Lheue. Letaknya lumayan jauh, berada di tepi pantai Ulee Lheue dan tidak jauh dari pelabuhan menuju ke Sabang. Mungkin jaraknya sekitar 30 menit dari Masjid Raya Baiturahman. Karena letaknya dekat pantai, usahakan saat bepergian menggunakan alat pelindung dari teriknya matahari siang yang lumayan ganas di Banda Aceh.
Letak mesjid ini lumayan strategis, tepat berada di jantung Ulee Lheue berdekatan dengan jembatan. Mesjid kuno ini dibangun sekitar abad ke-17 Masehi (1607-1636) pada masa Sultan Iskandar Muda. Nama Baiturahim ditabalkan setelah Mesjid Raya Baiturahman dibakar oleh Belanda pada tahun 1873 M. Segala aktifitas peribadatan pun beralih ke Mesjid Baiturahim. Mesjid ini juga menjadi basis perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajah Belanda. Terlebih lagi Belanda pertama kali mendarat di Aceh melalui pantai Ulee Lheu.
Sejarah mesjid kuno ini semakin panjang ketika tsunami menghantam Aceh tahun 2004 silam. Banyak masyarakat yang berlarian menyelamatkan diri ke mesjid ini. Konon ceritanya, hanya ada sembilan warga yang berhasil naik ke puncak mesjid, sedangkan yang lainnya terseret arus.
Ulee Lheue termasuk kawasan yang paling parah dari bencana tsunami Aceh. Banyak bangunan dan perumahan rata dengan tanah, tetapi tidak dengan mesjid ini. Mesjid Baiturahim merupakan satu-satunya bangunan yang utuh di Ulee Lheue. Padahal jaraknya dengan bibir pantai hanya beberapa meter saja.
Nah, karena kamu tiba di sini saat menjelang Zuhur, tidak salahnya melaksanakan shalat di sini. Sambil menunggu azan, di Mesjid Baiturahim dipamerkan beberapa foto saat tsunami menerjang kawasan ini. Pameran foto ini bisa kamu lihat di bawah tangga menuju lantai dua mesjid atau di gedung pamer yang berada di bawah menara mesjid.
4. MESJID TUHA, ULEE KARENG
Selepas salat zuhur di Mesjid Baiturahim, kamu bisa menggunakan waktu untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke mesjid kuno berikutnya. Kamu bisa gunakan waktu senggang ini untuk makan siang atau golek-golek manja di mesjid.
Merasa cukup, kamu bisa lanjut perjalanan ke Mesjid Tuha Ulee Kareng. Dari Ulee Lheue ke Ulee Kareng lumayan jauh sekali. Ada banyak jalur yang dapat kamu tempuh. Usul nih, jika ingin ke Mesjid Tuha Ulee Kareng, usahakan berangkat saat mendekati sore. Sebab ini merupakan lokasi terakhir yang kamu jelajahi. Kenapa harus terakhir, sebab sore harinya kamu bisa melepas penat sambil ngopi cantik di Ulee Kareng yang terkenal dengan kopi robustanya.
Buruan langsung terbang ke Aceh! Pesan hotel murah & Tiket pesawat murah. Wow! Ada Paket perjalanan wisata murah juga untuk Ezytravelers.
Terlebih lagi nih, lokasi Mesjid Tuha Ulee Kareng dengan warung kopi juga tidak terlalu jauh. Menuju ke Mesjid Tuha juga lumayan mudah. Dari Simpang Tujuh kamu bisa melewati emperan toko dan berjalan sejauh 150 meter dari muka lorong. Berbeda dengan mesjid kuno lainnya, Mesjid Tuha masih berkontruksi kayu dan berdiri kokoh. Desainnya serupa Mesjid Teungku Di Anjong. Konon mesjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh Sayyid AL Mahalli seorang ulama Arab. Ukurannya pun terbilang kecil dan tidak terlalu luas, sehingga hanya digunakan untuk aktifitas pengajian. Sedangkan peribadatan lainnya difokuskan di Mesjid Ulee Kareng yang berdiri di depan Warung Kopi Solong. Sebab kecil Mesjid Tuha tidak banyak yang dapat dieksplore sehingga kamu tidak membutuhkan waktu lama di sini. Selebihnya kamu bisa menghabiskan waktu sambil ngopi di Ulee Kareng yang terkenal sebagai pusat ngopi di Banda Aceh.
Nah, ini dia itinerary perjalanan menyusuri mesjid kuno di Banda Aceh. Semoga bisa kamu coba ya!
'Panduan Menyusuri Mesjid Kuno di Banda Aceh dalam Sehari' have no comments
Be the first to comment this post!