“Pakai bumbu apa sih ini, enak banget,” ucap Helvy Tiana Rosa saat mencicipi rujak Aceh. Ia meminta saya untuk membungkus rujaknya. Hari itu, kami membawa penulis fenomenal “Ketika Mas Gagah Pergi” itu ke Rujak Garuda. Hujan deras mengguyur di luar sana, tapi perhatiannya sedang tertuju pada piring kecil di hadapan. Yaitu satu porsi rujak Aceh yang penuh godaan.
Rujak Aceh memang dikenal nikmat. Tak seperti rujak lain, ada cita rasa yang unik dari salah satu kuliner khas Tanah Rencong ini. Mencicipinya, kita akan menemukan sensasi rasa tersendiri. Kalau memakai istilah iklan air mineral yang sedikit dimodifikasi, “serasa ada asem-asemnya” 😀
Sepintas, rujak Aceh memang mirip dengan rujak di daerah-daerah lain. Potongan buah seperti mangga, bengkuang, nenas, papaya dan jambu air. Semuanya diramu dengan bumbu kacang, yang telah terlebih dahulu ditaburi garam dan gula merah. Sementara untuk rasa pedas, pembeli bisa memesan sesuai selera. Biarlah nanti penjual yang menentukan, untuk ukuran pedas kita itu berapa cabai yang dibutuhkan.
Nah, untuk memberikan rasa segar, rujak Aceh punya rahasianya yaitu buah rumbia. Buah yang rupanya mirip salak ini, sebenarnya adalah buah palem/sagu. Pohon ini banyak ditemukan di kampung-kampung. Buah inilah yang memberikan sensasi rasa yang unik pada rujak Aceh. Akibat buah rumbia itu, rasa manis dan pedas tadi berpadu dengan rasa asam yang agak sepet.
Dalam satu porsi rujak Aceh, biasanya dimasukan 2-3 butir buah rumbia yang dicampur dengan bumbu. Oh iya mungkin kita juga akan menemukan rasa kelat pada rujak Aceh. Nah, untuk rasa kelat ini, biasanya orang Aceh memasukkan buah pisang batu yang muda. Selain rumbia dan pisang batu, bahan lain yang menjadi ciri khas rujak Aceh adalah buah batok. Fungsinya sama yaitu memberikan rasa kelat pada rujak. Tentu saja, campuran bahan yang tak biasa ini memberikan cita rasa rujak Aceh yang unik.
Konon kabarnya, rujak bagi masyarakat Aceh adalah makanan saat perang mempertahankan kedaulatan di masa lalu. Karena tentara Aceh ketika itu sering berpindah-pindah (gerilya) dari satu hutan ke hutan lain, sehingga sangat sulit mendapatkan makanan. Di hutan mereka hanya menemukan buah-buahan. Kemudian, buah-buahan itu diracik sendiri dengan bumbu seadanya.
Ternyata hasil racikan itu menghasilkan rasa yang cocok di lidah para tentara Aceh. Selain itu, racikan yang kemudian dikenal dengan rujak Aceh tersebut, juga mampu memberikan energi. Sehingga para tentara punya tambahan tenaga untuk terus bertahan. Saat itulah rujak Aceh kian dikenal.
Saat ini rujak Aceh banyak dijual di daerah-daerah lain di luar Aceh. Meskipun demikian, tentu saja menikmatinya langsung di tanah Aceh akan memberikan kesan tersendiri. Bayangkan saja, pada buah yang telah dpotong kasar dan dilumuri bumbu, lalu ditaburi kacang tanah. Pada tekstur yang demikian, kita justru menemukan sensasi rasa yang menarik. Dan rasa itu akan lebih sempurna, kalau kita mencicipinya langsung sambil menikmati pesona alam Aceh.
'Rahasia di Balik Lezatnya Rujak Aceh' have 1 comment
March 23, 2024 @ 7:59 pm Cut Mailisa Putri
Terima kasih