Rahasia di Balik Sedap dan Awetnya Sie Reuboh Aceh Besar

Anda pernah ke Aceh Besar? Sempat mencicipi makanan Khas Aceh Besar yang satu ini? Ya, Sie Reuboh. Apabila Anda seorang pewisata kuliner, sayang sekali jika Sie Reuboh terlewatkan. Ayuk datang lagi untuk mencicipi. Agaknya tidak berlebihan jika saya katakan demikian. Kenapa? Sebab Sie Reuboh adalah kekhasan Aceh Besar yang telah teruji waktu. Jika Ayam Tangkap atau Ayam Sampah baru booming akhir-akhir ini, maka Sie Reuboh telah mendahuluinya sejak ratusan tahun lalu. Menu masakan Sie Reuboh ini diwariskan secara turun temurun dan hingga kini masih menjadi andalan.

Sie Reuboh (Aceh: Sie = daging, dan Reuboh = rebus) dimasak dengan bumbu yang sangat sederhana, proses yang sangat sederhana pula, namun daya tahan dan rasanya sangat istimewa. Daging sapi maupun kerbau, dipotong tebal dengan ukuran sedang, kemudian dilumuri dengan bumbu yang telah dihaluskan, terdiri dari cabe merah, cabe rawit, kunyit, bawang merah, bawang putih, dan jahe. Daging tadi juga diberi asam meuteu (sejenis jeruk nipis namun ukurannya jauh lebih besar), ditambahkan garam dan cuka untuk menguatkan rasa, serta irisan lengkuas untuk membangunkan aroma sedapnya. Setelah semua bumbu meresap ke dalam daging, barulah diangkat ke atas tungku untuk dimasak.

Pemuda Aceh nan shaleh sedang mengaduk bumbu untuk memasak Sie Reuboh

Setelah dimasak sekian lama, hingga kadar air daging benar-benar telah habis dan sudah empuk untuk dikunyah, barulah bisa disantap. Rasanya, hmmm… mantap! Sangat gurih dan lezat. Pedas dan asamnya kuat, begitu menggugah selera. Menikmatinya cukup dengan nasi putih saja. Saya rasa kekuatan rasa masakan khas Aceh memang terletak pada pedas dan asam.

Sie Reuboh Siap Dinikmati

Adapun rahasia lezatnya masakan ini terletak di teknis memasaknya, yakni menggunakan periuk dari tanah liat, dikenal dengan sebutan Beulangong tanoh. Penggunaan cuka yang tak sembarang, melainkan cuka Aceh yang terbuat dari fermentasi air nira. Garam dan asam cuka inilah yang akan berperan sebagai pengawet.

Begitu menggugah selera, bukan?

Sie Reuboh tahan disimpan berbulan-bulan, dengan syarat dipanaskan setiap hari. Apabila tidak dipanaskan maka akan tumbuh jamur dan tentu saja tak bisa dimakan lagi. Hendaknya daging yang hendak dimasak tadi ditambahkan beberapa potong lemak daging (Aceh; gapah) yang akan mencair menjadi minyak ketika dimasak. Dalam kondisi dingin, minyak ini akan mengeras seperti mentega dan saat hendak dimakan, dipanaskan kembali agar cair menjadi minyak. Satu hal yang harus benar-benar diperhatikan, supaya daging tetap utuh (tidak hancur karena berulang-ulang dipanaskan, dalam rentang waktu yang lama) adalah tidak boleh sedikit pun bercampur tulang di dalam potongan daging itu. Seujung kuku saja terselip tulang di sana, bisa dipastikan daging akan mudah hancur. Saya ingat betul hal ini, sebab pernah mengalaminya sendiri.

Dipanaskan Agar Lemak Kembali menjadi minyak, tentunya ini sangat lezat.

Semula masakan Sie Reuboh ini hanya sebagai menu andalan di hari Meugang dan dapat dinikmati sepanjang Ramadhan. Namun kini, di Aceh Besar, Sie Reuboh mudah ditemui di beberapa rumah makan. Saya rekomendasikan Anda untuk mencicipi Sie Reuboh dari rumah makan di Jl. Banda Aceh – Medan, Simpang Samahani – Kab. Aceh Besar, dijamin Anda akan ketagihan untuk mencobanya lagi. Silakan datang dan nikmati.



About

Muslimah. Gemar membaca dan menulis. Pegiat di Forum Lingkar Pena dan Gaminong Blogger. Kontributor beberapa media. Berkicau di @ainiazizbm, IG @ainiazizbeumeutuwah. Kunjungi saya di https://www.ainiaziz.com/


'Rahasia di Balik Sedap dan Awetnya Sie Reuboh Aceh Besar' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool