Walau Aceh menerapkan syariat Islam yang ketat, bukan berarti kaum minoritas dibatasi ruang geraknya atau disingkirkan. Aceh memiliki sejarah panjang dengan beragam etnis dan bangsa. Jadi, nilai toleransi telah ada sejak beratus tahun lalu. Bukti toleransi umat beragama ini terasa sekali jika Anda berkunjung ke Peunayong, Banda Aceh.
Peunayong adalah sebuah desa di pinggiran krueng Aceh (sungai Aceh) yang terbentang di tengah kota. Banyak literasi mengatakan, Peunayong berasal dari kata pedayong yang artinya mendayung. Mungkin ini merujuk ke lokasi desa yang bersebelahan dengan sungai. Tapi ada juga yang berpendapat jika Peunayong berasal dari kata peumayong yang artinya dipayungi. Ini merujuk, sebab dulunya, Kerajaan Aceh mengawasi ketat kawasan ini karena didiami etnis luar agar adat kebiasaan Aceh tidak tercemari.
Peunayong termasuk kota tua di Banda Aceh. Namun mirisnya, jika berkeliling di kawasan ini hanya sedikit sekali bangunan peninggalan yang masih tersisa. Salah satunya adalah bangunan khas etnis China dengan atap runcing dan jendela kayu bersisir. Bangunan ini tepat berada di depan jembatan Peunayong yang kini digunakan sebagai tempat berjualan. Di kawasan ini juga, terdapat beragam rumah ibadah yang berdiri berdampingan seperti Gereja Hati Kudus, Gereja HKBP, vihara, klenteng, dan tentu saja masjid. Sebab ramai dihuni oleh warga keturunan China, Peunayong kerap disebut China Town-nya Banda Aceh.
Kehadiran etnis China di Banda Aceh konon telah dimulai sejak abad kesembilan. Letak Banda Aceh yang strategis berhadapan dengan Selat Melaka menjadikan kota ini berada di jalur sibuk. Banyak pedagang dunia dari berbagai etnis melintas dan singgah. Dan Peunayong menjadi salah satu tempat persinggahan, tak terkecuali oleh etnis China. Mungkin ini juga didasari, sebab Peunayong bersebelahan dengan krueng Aceh. Sebab bagi masyarakat China, hidup berdampingan dengan air diyakini mampu mendatangkan kebaikan dan kemurahan.
Persinggahan etnis China di Aceh saat itu untuk transaksi dagang dengan komoditas andalan mereka seperti keramik, sutera, kertas, dan mesiu. Komoditas ini lalu ditukar dengan hasil alam Aceh seperti rempah-rempah. Umumnya, etnis China yang datang ke Aceh berasal dari suku Hakka, Teo-Chiu yang berasal dari provinsi Kwangtung, Hokkian, dan Kanton. Selain transaksi dagang, menurut literasi sejarah, kedatangan etnis China saat itu juga disebabkan beberapa faktor seperti pergolakan politik di China, serangan bangsa Mongol, pembangunan tembok besar China, hingga bencana alam dan kelaparan.
Ternyata, kedatangan etnis China ke Aceh kembali terulang saat masa penjajahan Belanda. Saat itu, W.P Groeneveld selaku komisaris Pemerintah Hindia Belanda membawa 4.000 orang dari pelabuhan Singapura dan Penang untuk dipekerjakan mengingat upah mereka cenderung lebih murah. Sejarah panjang ini terus bergulir hingga kini. Jika Anda berkunjung ke Peunayong sangat mudah menemui etnis China. Bahkan sebagian dari mereka mampu berbicara bahasa Aceh dengan lancar dan sebagian telah memeluk agama Islam.
Letak Peunayong yang strategis menjadikan kawasan ini terus berdenyut hingga 24 jam. Wisata kuliner adalah magnet tersendiri yang menarik banyak wisatawan untuk bertandang kemari. Terlebih lagi di lokasi ini bertebaran beragam hotel dengan budget variatif mulai berbintang hingga tarif backpacker. Perusahaan asing dan nasional juga banyak membuka cabang kantornya di kawasan Banda Aceh China Town ini. Beragam souvenir dan cinderamata juga sangat mudah ditemui di tempat ini. Kemudahan fasilitas menjadikan Peunayong sebagai tempat berkumpul wisatawan teramai di Banda Aceh.
Selain dikenal sebagai China Town-nya Banda Aceh. Peunayong juga dikenal dengan wisata kuliner yang lezat. Di sini banyak tersedia tempat nongkrong yang menawarkan beragam menu. Jika Anda ke Peunayong sempatkan diri untuk singgah di beberapa lokasi kuliner ternama salah satunya adalah REX.
REX merupakan lokasi kuliner yang berdenyut hingga larut malam. Ia telah berdiri lama sejak masa penjajahan Belanda. Letaknya pun sangat strategis, tepat di tengah Peunayong yang dikeliling beragam hotel. Menu andalan di sini adalah sate dan kerang rebus saos nenas. Selain REX, Anda yang menyukai mie tidak salahnya menikmati Mie Razali dengan beragam varian mulai mie campur telur, kepiting, cumi, udang, daging, hingga seafood. Selain itu, tidak salahnya juga menikmati nasi goreng Aceh di DAUS dengan menu andalan Nasi Goreng Kambing Muda. Kedua tempat ini berdiri bersebelahan dan tepat di depan Vihara Dharma Bakti Peunayong.
Bagi Anda pencinta kuliner, Peunayong tempat terbaik untuk menikmati beragam menu. Di sini juga tempat terbaik untuk belajar dan melihat toleransi antar umat beragama yang hidup rukun di negeri syariat, Aceh.
'Sejarah Singkat Peunayong, China Town-nya Banda Aceh' have no comments
Be the first to comment this post!