“Gampong” dalam bahasa aceh dapat diartikan sebagai Kampung, kelurahan atau desa. Istilah ini umum digunakan di Aceh, terutama di Banda Aceh. Gampong dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih langsung oleh masyarakat. Dalam bahasa Aceh, kepala desa dikenal dengan sebutan “keuchik” yang juga berarti orang yang dituakan. Dengan masa jabatan selama 6 tahun untuk 1 periode, dalam memimpin gampong/desa keuchik didampingi oleh perangkat desa seperti “Tengku” (pemimpin keagamaan), “tuha peut” (tim penasehat), ketua pemuda (pemimpin kaum muda gampong) dan kepala dusun (pimpinan dusun).
Gampong Jawa adalah sebuah gampong yang terletak di kecamatan Kutaraja, kota Banda Aceh. Lokasi kawasan ini sangat strategis karena berada di tepi pantai. Pada jaman pemerintahan kerajaan Aceh kawasan ini menjadi pintu gerbang untuk masuk ke Banda Aceh melalui jalur laut. Saat ini gampong jawa lebih dikenal dengan fasilitas TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dari sampah-sampah yang berasal dari kota Banda Aceh.
Entah dari mana asal mula kawasan ini disebut dengan Gampong Jawa, mungkin dikarenakan ramainya warga pendatang yang berasal dari Jawa yang mendiami kawasan ini, tapi yang pasti kawasan ini memiliki pesonanya sendiri sehingga kerap dikunjungi warga. Di pesisir pantai Gampong Jawa, yang berjarak sekitar 25 menit dari Masjid Raya Baiturrahman terdapat pusat kegiatan bagi nelayan. Di pesisir ini terdapat batu-batu pemecah ombak yang di gandrungi oleh masyarakat yang punya hobby memancing.
Bergeser sedikit, terdapat pantai yang langsung berbatasan dengan Samudra Hindia. Disetiap sore hari terdapat aktifitas tarek pukat yang dilakukan oleh beberapa nelayan untuk menangkap ikan. Tarek dalam bahasa Aceh dapat diartikan sebagai “tarik” dan kata pukat dapat diartikan sebagai “jala” jadi tarek pukat dapat diartikan sebagai adalah aktifitas dimana beberapa orang nelayan yang menangkap ikan menggunakan jala yang cukup besar yang dipasang di kawasan yang tidak jauh dari pantai. Biasanya pukat/jala dipasang di pagi hari dan baru kemudian di tarik di sore hari.
Setiap sore aktifitas ini selalu ramai dikunjungi warga, dan para nelayanpun sudah tidak canggung lagi ketika beberapa fotografer mencoba mengambil gambar mereka dari dekat. Disini para pengunjung dihibur oleh atraksi kerjasama dari nelayan yang biasanya dikomandoi oleh seorang nelayan yang senior yang dikenal dengan istilah “pawang”. Suara riuh ombak ditengah derap dan tarikan pukat oleh para nelayan menjadi tontonan yang cukup menarik dan menghibur. Cuaca yang panas serta angin yang berhembus kencang tak menjadi halangan bagi para penikmat tradisi ini.
Selain dapat meningmati hiburan secara gratis, pengunjung juga dapat membeli ikan segar dari para nelayan ini. Biasanya usai mendapatkan ikan, para nelayan langsung diserbu warga yang ingin mendapatkan ikan segar/ fresh langsung dari tangan pertama dengan harga yang cukup terjangkau.
'Serunya Tarek Pukat di Gampong Jawa, Banda Aceh' have 2 comments
August 12, 2024 @ 8:21 pm zakwansyah
Selain tarik pukat. Hal lain yg menarik di kawasan adalah banyaknya pemancing pinggiran batu…
August 19, 2024 @ 3:19 pm Yuli Martunis
Betul sekali Bung Zakwansyah……Disini juga menjadi pusat kumpulnya para mancing mania Banda Aceh….he3