Ssstt… Siap-Siap! Museum Digital Pertama di Aceh Bakal Hadir di Taman Bustanul Salatin

See

Sepertinya tahun 2016 kemarin adalah tahun pembangunan gila-gilaan di Banda Aceh. Ada banyak proyek yang dibangun dalam kurun waktu bersamaan. Sebut saja, fly over Simpang Surabaya, underpass Beurawe, perluasan Masjid Raya Baiturrahman, pembangunan jembatan Lamnyong, pembangunan Tugu Simpang Lima di pusat KOta Banda Aceh, pembangunan jembatan Krueng Cut, dan revitalisasi Taman Sari. Nah, proyek terakhir ini saya suka, sebab kelihatannya sudah mulai rampung dan akan berganti wajah menjadi Taman Bustanul Salatin.

Taman Sari sedang berganti wajah. Wujudnya tidak sama seperti beberapa tahun lalu. Perubahan besar terjadi pasca tsunami 2004 silam. Taman yang terletak tepat di tengah kota ini, berbenah makin masif. Pembangunannya gila-gilaan. Penataannya pun tidak tanggung-tanggung. Saya ingat, dulu sebelum tsunami 2004, Taman Sari hanyalah taman ala kadar. Sangking ala kadarnya, hanya segelintir orang yang mau leyeh-leyeh di sana. Desainnya pun apa adanya. Cuma bangku-bangku taman yang tersusun tidak beraturan, sekaligus rumah-rumah jamur yang terbuat dari semen kasar. Areanya tidak menarik untuk disinggahi. Jarang sekali pun warga kota duduk atau melepas lelah di sana. Padahal jika dilihat lokasinya, letaknya sangat strategis tepat di tengah kota Banda Aceh.

Taman Bustanul Salatin tampak dari depan

Setelah musibah besar tsunami meluluhlantakkan Taman Sari, pembenahan pun dilakukan besar-besaran. Taman Sari dirombak ulang. Bahkan di area taman turut dibangun gedung utama sebagai tempat beristirahat, perpustakaan, ruang pamer, hingga kolam ikan. Taman Sari pun kembali berdenyut dengan nafas baru.

Rupanya, perombakan Taman Sari terus berdenyut hingga kini. Perombakan bukan sekadar memberikan keindahan dan kenyamanan, tetapi juga menggali kembali kejayaan taman serta mengenang sejarah panjangnya. Salah satunya dengan menggagas kembali Taman Bustanul Salatin di kawasan ini.

Dulunya, Taman Sari bernama Taman Ghairah yang berada di dalam kompek Taman Bustanul Salatin yang dikenal sebagai tamannya para Raja-Raja Aceh. Taman kesultanan Aceh ini dibangun pada tahun 1514 M. Tempo dulu, kawasan ini sangat luas hingga mencapai 1/3 Kota Banda Aceh. Taman Bustanul Salatin terbentang dari kawasan Gunongan, Pinto Khop, Kandang, hingga Masjid Raya Baiturahman. Keindahan taman ini semakin sempurna sebab di tengahnya mengalir Krueng Daroy yang merupakan kanal buatan.

Tangga yang tersusun di antara rerumputan di Taman Bustanul Salatin

Namun, ketika penjajahan Belanda dimulai, perlahan kawasan ini berubah. Semakin berubah saat masa kemerdekaan. Komplek Taman Bustanul Salatin pun perlahan terburai tidak lagi berada di dalam satu kawasan. Pembangunan jalan raya mengakibatkan beberapa objek, seperti Gunongan, Pinto Khop, dan Masjid Raya Baiturahman terpisah jarak.

Nah, untuk mengenang dan mengangkat kembali masa kejayaan itu, Taman Sari pun berbenah agar memiliki semangat layaknya Taman Bustanul Salatin. Kejayaan ini diwujudkan dalam bentuk bangunan baru dengan desain sangat futuristik.

Masjid Raya Baiturahman tampak dari kejauhan

Lokasi bangunan Taman Bustanul Salatin ini terletak tepat di depan Gedung DPRK Banda Aceh. Bangunannya bergaya etnik dengan ornamen Islam begitu kental. Ada dua gapura yang terletak di sisi kanan dan kiri bangunan. Di sudut bangunan terdapat tangga melingkar untuk menuju ke atas. Gedung Taman Sari atau Taman Bustanul Salatin ini dipersiapkan sebagai museum digital pertama di Aceh. Nantinya, di gedung ini akan dipamerkan narasi kuno Aceh yang ditampilkan secara modern. Sehingga menghadirkan museum yang jauh dari kesan monoton dan membosankan.

Taman Bustanul Salatin tampak dari kejauhan

Uniknya, gedung ini didesain menyerupai landscape perbukitan. Di sisi belakang gedung yang berhadapan dengan Tugu Proklamasi, terdapat ruang terbuka landai menyerupai perbukitan. Ruang terbuka ini ditanami rerumputan padat. Di sini bisa digunakan oleh pengunjung untuk leyeh-leyeh dan melepas penat. Sedangkan di bawahnya digunakan sebagai area pameran.

Gedung Taman Bustanul Salatin belum rampung 100%. Tapi, karena bentuknya unik dan mentereng, banyak warga kota yang mulai berdatangan dan berfoto-foto ria. Sepertinya tempat ini bakalan hits sebagai objek wisata baru di Banda Aceh. Saya pun mencoba menjelajahinya lebih dalam. Menaiki tangga landai menuju lantai teratas gedung. Rupanya lantai teratas terbuka layaknya balkon. Ada dua kolam ikan yang dibangun di dekat tangga. Dari atas, pemandangan lebih terlihat jelas. Saya bisa melihat lebih leluasa area taman. Di bagian berbeda saya bisa melihat dari kejauhan Masjid Raya Baiturahman dengan payung elektrik serta tapal tiang eks Hotel Atjeh.

Taman Bustanul Salatin yang berdiri megah

Rasanya tidak sabar menikmati gedung Taman Bustanul Salatin sesegera mungkin. Pastinya, gedung ini menawarkan wisata baru yang jarang ditemukan di tempat lain. Terlebih lagi, museum digital yang berada di gedung ini adalah museum digital pertama di Aceh. Jadi, bertandang ke gedung Taman Bustanul Salatin dipastikan double sensasi!!

Mau jalan-jalan ke Aceh? Temukan berbagai pilihannya di sini: hotel, buat visa online, dan tiket pesawat


About

Hobi menulis. Tukang koleksi buku. Penulis serial "Teller Sampai Teler" (Elexmedia 2014). Follow twitter @ferhatmuchtar email; [email protected] Baca tulisan lainnya di www.ferhatt.com (kunjungi yaa)


'Ssstt… Siap-Siap! Museum Digital Pertama di Aceh Bakal Hadir di Taman Bustanul Salatin' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool