Subang Gadeng Makanan Khas Aceh Yang Terancam Hilang

Membicarakan liburan ke Aceh, paling tidak akan membicarakan empat hal. Pemandangan alam Aceh, kuliner Aceh, sejarah Aceh, dan ganja Aceh. Terutama mengenai ganja yang entah kenapa melekat erat dengan nama Aceh. Ganja Aceh bahkan menjadi salah satu hoax terbesar mengenai Aceh, tapi sayangnya dipercaya oleh banyak orang diluar Aceh.

Bila membicarakan pemandangan alam provinsi Aceh, yang juga merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Ceritanya jadi unik. Karena Aceh punya pesona alam yang komplit. Garis pantai nan mempesona, hingga indah dan menawannya pegunungan.

Lalu bagaimana dengan kuliner Aceh? Istimewa, itu kata yang tepat untuk mewakilinya. Membicarakan kuliner Aceh berarti menceritakan festival kuliner dunia dalam satu buku. Parade rempah-rempah ala asia, uniknya sajian berwarna jazirah arab dan afrika, serta kesederhanaan namun kokoh bernuansa eropa.

Pernah menjadi kesultanan yang dikenal dan dikunjungi berbagai bangsa dimasa lalu. Aceh mengembangkan peradaban kuliner yang dipenuhi jejak dari segala penjuru dunia.

Sayangnya, saat ini gempuran budaya makanan cepat saji dan semakin merambahnya makanan dari luar Aceh justru menjadi salah satu sebab terancamnya beberapa makanan tradisional Aceh. Keinginan generasi muda yang salah kaprah dalam memahami modernitas sebagai ‘menjadi semirip mungkin’ dengan negara-negara yang mereka anggap maju, dan semakin sedikitnya ‘chef’ tradisional yang masih menguasai cara pembuatan, menjadikan beberapa makanan tradisional terancam hilang dan punah.

Contohkan saja mie Aceh. Salah satu ikon kuliner Aceh. Yang semakin kehilangan bentuk tradisionalnya. Kreasi baru mie Aceh dengan rempah-rempah yang semakin pekat, membuat semakin sulit menemukan mie Aceh klasik, yang walaupun kuat aroma rempahnya, tapi memiliki citarasa yang ringan, dan sederhana.

Subang Gadeng , sumber gambar : www.kompasiana.com/bebyharyantidewi/

Contoh lainnya adalah Subang Gadeng, makanan khas Aceh yang terancam hilang dan punah.

Penganan manis ini menggunakan bahan dasar ubi jalar. Rasanya yang manis alami, creamy, dan gurih membuat penganan khas Aceh Timur ini juga menjadi salah satu penganan yang wajib hadir dalam berbagai jamuan di masa kesultanan Aceh Darussalam dulu. Tapi tidak lantas menjadikan Subang Gadeng sebagai makanan khusus kalangan terbatas. Subang Gadeng merupakan peunajoh-penganan/makanan-yang ditemukan dari istana hingga rumah rakyat. Saat puasa dan lebaran, penganan ini dulunya rutin muncul, berdampingan dengan timphan, dan rendang Aceh.

Sumber photo: seputaraceh.com

Konyol memang, tapi baru lebaran kemarin saya tahu nama kue manis dan enak ini adalah Subang Gadeng. Seorang teman yang mengenalkan namanya ketika saya melihat foto ini dalam album foto teman yang pecinta makanan dan suka mendokumentasikan makanan tradisonal. Katanya untuk buku yang entah kapan akan selesai ditulisnya.

Nama Subang Gadeng berasal dari dua kata, Subang dan Gadeng. Subang dalam bahasa Aceh berarti giwang, anting-anting, kerabu. Sedangkan Gadeng bermakna gading. Dan memang kue ini memiliki bentuk seperti giwang yang dulu lazim digunakan perempuan Aceh.

Subang atau Giwang Tradisional Aceh. Sumber gambar: Perhiasan Tradisional Aceh, disusun oleh H. Harun Keuchik Leumiek

Tapi hati-hati bila ingin menikmati Subang Gadeng. Pastikan dulu yang anda maksudkan dan yang dipahami orang lain sudah sama. Karena di beberapa tempat di Aceh, seperti Pulo Aceh, Subang Gadeng adalah kerang laut, yang juga sangat enak bila dimasak menjadi gulai kerang.



About

Full time stay at home father, part time blogger-writer-graphic designer, and sometime traveler wanna be.


'Subang Gadeng Makanan Khas Aceh Yang Terancam Hilang' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool