Apakah Aceh memenangkan 3 nominasi wisata halal 2016 hanya karena titel Serambi Mekkah atau Syariat Islamnya sajakah?
Atau hanya karena sebatas usaha para voters untuk rajin memilih dan gencarnya ajakan untuk memilih Aceh sebagai wisata halal? Oh tidak, jawaban saya Aceh dipilih memang karena PANTAS untuk dipilih.
Walaupun Aceh kali ini memenangkan 3 nominasi terbaik wisata halal 2016 untuk pilihan Destinasi Budaya Ramah Wisatawan Muslim Terbaik, Bandara SIM sebagai Bandara Ramah Wisatawan Muslim Terbaik, dan Masjid Raya Baiturrahman sebagai Daya Tarik Wisata Terbaik, saya masih sedikit kecewa karena Aceh belum terpilih sebagai pilihan Destinasi Kuliner Halal Terbaik. Bahkan untuk mencicipi nominasi pun belum. Mengapa? Ah, bukan hanya saya maupun Anda, namun semua juga tidak dapat menyangkal bahwa kuliner di Aceh memiliki daya tarik dan cita rasa kelas atas jika diadu dengan beberapa kuliner lainnya yang berasal dari daerah di luar Aceh.
Setidaknya, untuk kesekian kalinya saya membawa teman-teman dari luar Aceh melancong, mereka pasti akan meminta untuk diajak ke tempat kuliner khas Aceh (yang menurut anggapan mereka adalah kuliner yang bisa menyaingi beberapa kuliner khas daerah lainnya di Indonesia). Namun apa yang terjadi pada kita selaku tuan rumah yang seringnya membawa tamu kita ke beberapa jenis kuliner yang sebenarnya masih kita anggap khas Aceh, padahal nyatanya jenis makanan ini sudah terlalu banyak cabangnya di kota mereka dan terkesan itu-itu saja? Ada rasa “nyess” di dada, ketika saya memperkenalkan mie Aceh di salah satu warung mie Aceh fenomenal di kota ini kepada salah satu teman yang melancong ke Aceh, namun jawabannya adalah “masih enak mie Aceh yang dibuat di kota saya“.
Padahal jika sedikit rajin dan memutar otak, Aceh sudah begitu juara bukan hanya dari segi kuliner. Aceh bisa diperjuangkan sebagai wisata halal untuk destinasi kuliner halal terbaik hanya dilihat dari jenis-jenis sarapan di Aceh, yang sebenarnya sudah sangat melegenda di Aceh namun belum maksimal untuk kita perkenalkan kepada wisatawan. Juara? Oh sudah pasti. Tanyakan pada setiap perantau ataupun pelancong yang pernah tinggal atau singgah di Aceh, mereka pasti merindukan suasana sarapan di Aceh yang tidak pernah lengang. Baik di rumah, di warung kopi samping jalanan, semua dipenuhi oleh orang-orang yang sarapan. Sarapan di Aceh selalu ramai dan tidak pernah membuatmu merasa kelaparan hanya untuk mencari menu sarapan enak di pagi hari.
Nasi Gurih, menjdi salah satu menu sarapan fenomenal di Aceh yang paling banyak dicari oleh para pelancong.
Mengapa kebiasaan mencari menu sarapan di luar rumah begitu penting dan ketersediaannya membuatmu tidak mengeluh karena lapar yang tak bisa kau alih? Bagi orang Aceh, sarapan itu penting, dan mencari sarapan di pagi hari menjadi sebuah kebiasaan yang bahkan dijadikan penyemangat untuk mengawali hari. Beberapa orang Aceh bahkan menganggap, jenis sarapan di pagi hari harus tetap nikmat walaupun menu makan siang dan makan malam menjadi seadanya.
Mengapa demikian? Karena tidak semua kota di Indonesia ini menyediakan suasana sarapan di daerahnya seperti layaknya di Aceh. Bahkan pengalaman saya berada di beberapa kota besar di Indonesia, ketersediaan makanan enak untuk sarapan akan sangat sulit dicari di pagi hari. Semuanya akan buka pada pukul tujuh atau delapan pagi, selebihnya hanya ada beberapa rentetan penjual yang menjual makanan itu-itu saja, tanpa kita mengetahui rekomendasi tempat terbaik untuk jenis menu sarapan tertentu. Sisa warung yang lain akan buka pada jam sepuluh pagi, di saat lapar sudah menyerangmu sejak pukul tujuh pagi hari tadi.
Ada beberapa menu sarapan di Aceh yang bisa dipilih oleh para pelancong di Aceh, dan membuat ini menjadi momen yang tidak terlupakan, di antaranya:
1. Nasi Gurih
Inilah jenis makanan paling dirindukan di Aceh. Nasi gurih ini menjadi pilihan sarapan terbanyak untuk masyarakat Aceh pada umumnya dan para pelancong pada khususnya. Jika dilihat dari bentuknya akan mirip dengan Nasi Kapau, namun akan lebih tercium campuran aroma serai, kapulaga, bungong kleng, cengkeh dan lain sebagainya apalagi jika dihidangkan ketika panas. Nasi ini nantinya akan dilengkapi dengan serundeng, kacang, tauco ataupun sambal yang dilengkap dengan lauk seperti telur, ikan ataupun daging, sesuai dengan selera masing-masing. Nasi Gurih dijual di banyak tempat pada pagi hari, namun yang menjadi rekomendasi Nasi Gurih terenak di Banda Aceh adalah Nasi Gurih Kak Ros yang terletak di kawasan Jalan Sudirman Banda Aceh, di samping Rumah Sakit Tgk. Fakinah, dan Nasi Gurih Pak Rasyid yang terletak di Jalan Diponegoro Banda Aceh ataupun juga tersedia di beberapa warung kopi di Banda Aceh.
2. Tahu Goreng
Tahu goreng yang dijual sebagai sarapan di Aceh berbeda dengan tahu goreng bulat dijual seribu seperti yang terdengar fenomenal di daerah Jawa. Tahu goreng ini adalah jenis sarapan “agak berat namun ringan” yang juga menjadi sarapan andalan kesukaan bagi para pelancong dan warga Aceh. Tahu goreng tidak hanya melulu berisi tahu goreng saja, namun juga dilengkapi dengan tauge, selada, daun seledri, kentang, kerupuk dan telur rebus. Sekilas komposisinya juga akan mirip dengan lontong pecal. Namun yang paling membuat para penikmatnya menjadi begitu ketagihan dengan jenis sarapan ini adalah rasa kuah yang terasa asam manis pedas, mirip dengan kuah cuko pada empek-empek. Tahu goreng yang fenomenal di Banda Aceh yang dapat kamu temukan adalah Tahu Goreng Pagar Air yang terletak di sekitar jalan Pagar Air menuju Lambaro dan Tahu Goreng Bang Agam yang terletak di persimpangan Keutapang, Banda Aceh.
3. Lontong Sayur
Walaupun lontong sayur merupakan sarapan jenis nasional, karena keberadaannya yang lebih “menusantara”, namun jenis sarapan ini menjadi sarapan favorit pilihan masyarakat Aceh. Perbedaannya terletak pada bumbu dan pelengkap sajian lontong sayur yang lebih banyak dibandingkan lontong sayur yang dijual di beberapa daerah lainnya di Indonesia. Sekilas, lontong sayur ala Aceh ini lebih mirip dengan lontong sayur di Medan, dengan kompisisi kuah santan lontong yang lebih pekat. Banyak tempat penjual lontong sayur yang recommended di Banda Aceh. Namun pilihan lontong sayur kesukaan saya telah jatuh pada lontong Mak Ida, yang terletak dikawasan Jalan Mesjid Al Huda, Kampung Laksana, Banda Aceh.
4. Lontong Pecal dan Soto Aceh
Dua tipe makanan nasional ini juga biasanya dijadikan sebagai menu sarapan orang-orang Aceh. Namun, bumbu lontong pecal khas Aceh dikatakan rasa rempah dan bumbu kacangnya lebih terasa serta lebih pekat daripada bumbu pecal yang ada di daerah Jawa. Bagi kamu yang tidak begitu menyukai sayuran, kamu bisa meminta disajikan lontong pecal tanpa memakai sayur-mayur, dan digantikan dengan mie, sehingga disebut Mie Lontong Pecal. Lontong Pecal termasuk jenis sarapan yang banyak dijumpai di Banda Aceh di pagi hari.
Sedangkan untuk soto, sarapan soto di Aceh juga menyegarkan selain sebagai pilihan menu makan siang. Namun lagi-lagi komposisi kuah soto orang Sumatera selalu berasa lebih bersantan dan lebih kental dibandingkan soto yang ada di Jawa yang cenderung berkuah jernih. Tapi percayalah bahwa soto Aceh tidak akan kalah nikmatnya karena sensasi yang ditawarkan pada masakan soto dirasakan berbeda. Soto paling fenomenal yang ada di Banda Aceh adalah Soto Kantor Pos yang terletak di kawasan Kuta Alam, Banda Aceh.
5. Roti Selai Samanhani dan Timphan
Jika kamu tidak terbiasa sarapan dengan menu makanan berat, kamu bisa mencoba untuk membeli atau singgah di warung kopi sambil menikmati dua panganan khas Aceh yaitu roti selai Samanhani dan Timphan. Kedua kue ini menjadi makanan favorit pengganti sarapan, apalagi jika ditemani dengan segelas sanger atau kopi. Rasa selai yang ada pada roti Samanhani ini mirip dengan srikaya, namun lebih terasa komposisi bahannya dan terasa ringan jika dimakan. Sedangkan Timphan sendiri sebenarnya adalah balutan adonan (biasanya terbuat dari adonan labu, ubi, dan sebagainya) yang dicampurkan kelapa atau nagasari di dalam balutan adonan tersebut. Rasanya lunak, kenyal dan manis. Dua jenis kue ini biasanya akan selalu kamu temukan di warung kopi manapun yang ada di Aceh.
Selain sangat bervariasi, menu makanan untuk sarapan di Aceh pun dibuat dari bahan-bahan yang halal dan aman untuk para pelancong muslim. Apalagi dengan variasi makanan Aceh yang teradopsi dari makanan khas India dan Gujarat, membuat siapapun akan tertarik untuk mencoba. Jika penasaran, maka singgahlah ke Aceh dan nikmati suasana sarapan di Aceh. Dijamin suasana ini akan membuatmu rindu untuk kembali. Semoga di tahun-tahun berikutnya, Aceh bisa menominasikan dirinya dan terpilih sebagai salah satu daerah dengan destinasi kuliner halal terbaik di Indonesia.
'Tradisi Sarapan di Aceh sebagai Wisata Kuliner Halal Terbaik' have no comments
Be the first to comment this post!