Setiap kali membicarakan Aceh dan wisatanya, salah satu yang tak pernah tidak dibicarakan adalah pesona Wisata Pantai di Aceh. Dan jujur saja, jangankan pendatang ataupun wisatawan (lokal ataupun manca negara) yang berkunjung ke provinsi paling barat Indonesia ini, orang Aceh sendiri masih sangat terpesona dengan keindahan pantainya. Konyol kedengerannya sih, tapi itu kenyataan.
Sebabnya karena luas provinsi ini dan pesisirnya yang luas, membuat Aceh memiliki banyak pantai yang menawan. Dan banyak diantaranya bahkan baru diketahui keberadaannya, seperti juga banyak yang masih tersembunyi, dan menjadi ‘harta karun’ segelintir orang saja. Mungkin Ezytraveler masih ingat hebohnya ketika keberadaan pantai tersembunyi atau istilah orang barat itu hidden beach bernama Teluk Jantang terekspos ke dunia luar.
Pantai yang menjadi salah satu tujuan Wisata Pantai di Aceh ini semula hanya dikenal penduduk lokal Lhong, Kabupaten Aceh Besar, tempat pantai ini berada. Lebih sering di datangi hanya oleh nelayan yang hendak atau pulang melaut, serta kerbau sebagai pengunjung rutin yang merumput di padang rumput menjelang hamparan pantai, mendadak terkenal. Foto hasil karya seorang fotografer muda dari Aceh, yang menampilkan lengkungan teluk berwarna biru dengan gradasi indah, riak pelan yang menghiasi permukaan air, dan lanskap berhias pohon kelapa, padang rumput serta pantai pasir kekuningan dengan karang, sukses membuat banyak orang bersusah payah datang. Melintasi bukit, dan berjalan kaki, demi mencapai pantai yang belum memiliki akses jalan ini.
Masih banyak pantai lainnya yang ditemukan atau menjadi terkenal kembali sejak Wisata Pantai di Aceh mulai terkenal. Selain pantai Teluk Jantang, ada juga Pasie Saka yang ternyata yang mulai terkenal sejak tahun 2015. Berjarak sekitar 40 km dari kota Calang, ibu kota kabupaten Aceh Jaya, atau sekitar 120an km dari Banda Aceh. Meskipun untuk mengunjungi Pasie Saka pengunjung harus menempuh perjalanan merambah hutan pesisir sekitar 1 km dari Desa/Gampong Jeumpheuk, Kecamatan Sampoiniet, yang merupakan desa terdekat dari pantai, Pasie Saka sekarang mulai masuk dalam daftar Wisata Pantai di Aceh yang harus dikunjungi terutama oleh para pecinta alam.
Tapi menyebutkan pantai tidak selalu merujuk pada air laut yang asin bergaram dan ombak samudera.
Jauh dari pasir bergaram, air asin, batu karang, dan deburan ombak dari samudera. Naik meninggalkan pesisir. Ezytraveler masih bisa menemukan beberapa pantai lain yang tidak kalah mempesona. Di ketinggian puncak pegunungan Dataran Tinggi Gayo, sebutan pantai merujuk pada tepian Danau Lut Tawar. Begitu luasnya danau ini, sehingga para leluhur dimasa lalu menamai danau luas ini dengan Lut Tawar. Secara harafiah bermakna lautan yang airnya tawar.
Di tulisan sebelumnya, saya ada menuliskan mengenai salah satu Wisata Pantai di Aceh, tepatnya di Aceh Tengah, Pantai Menye, pantai di tepian danau Lut Tawar, yang memiliki deburan ombak dan membuat kita lupa bahwa saat itu kita di puncak gunung, bukan di pesisir. Sekarang saya ingin mengajak Ezytraveler untuk mengunjungi pantai lain. Namanya Ujung Paking.
Dengan luas mencapai 7 hektar, Ujung Paking layak disebut sebagai salah satu area rekreasi tepian Danau Lut Tawar yang paling luas. Bahkan menurut pengurusnya, gunung yang menjulang di depan gerbang Ujung Paking juga milik mereka dan sedang dalam tahap perencanaan untuk dikembangkan menjadi hotel yang juga menyediakan paket tur lintas alam. Hal yang membuat tempat menawan ini semakin layak masuk dalam daftar Wisata Pantai di Aceh.
Beberapa kali melintas di depan Ujung Paking saya selalu merasa segan untuk masuk. Penampilan gapura dan penataannya yang terkesan mewah membuat saya merasa tempat ini terlalu ‘mahal’ untuk ukuran kantong saya. Apalagi karena Ujung Paking sering menjadi tempat kegiatan yang melibatkan instansi pemerintah, seperti beberapa waktu sebelumnya ketika menteri datang untuk meresmikan program kerja pembangunan jalan nasional dengan donatur asing. Dan ternyata saya salah.
Ongkos masuk ke Ujung Paking hanya IDR. 15.000.- (lima belas ribu). Dengan rincian, sepuluh ribu untuk parkir motor dan lima ribu untuk satu orang pengunjung. Selain itu tidak ada biaya apapun lagi. Ezytraveler tahu dong, sering tempat wisata memecah biaya agar tidak kelihatan mahal. Ongkos masuk per orang itu sekian, lalu ada biaya parkir, biaya kamar mandi, biaya ini itu. Di Ujung Paking cuma itu biayanya. Kecuali kalau beli jajanan di kantinnya, ya. Tapi kalau bawa bekal sendiri kan tidak perlu beli.
Melewati gerbang, ada barisan tanaman dengan bunga yang indah, kembang kertas, alamanda, dan banyak bunga lainnya, warna-warni yang saya tidak tahu namanya. Ditopang rangka penyangga, tumbuh tinggi seperti payung. Jalan dari paving block mengarah menuju bangunan bertingkat yang ternyata Aula dengan kapasitas 250 orang. Tidak ada penginapan, tapi aula itu punya tiga kamar yang cukup luas. Saya langsung membayangkan ini sebagai tempat ideal untuk kegiatan writter camp yang sedang saya dan teman-teman dari satu komunitas kepenulisan sedang rencanakan untuk tahun depan.
Pemandangan dari aula itu, luar biasa. Posisi Ujung Paking yang berada di bukit yang menjorok jauh ke arah danau membuat area pandang lebih luas dibanding tempat lainnya. Nyaris berada di titik tengah antara dua sisi danau Lut Tawar membuat kita bisa melihat hampir keseluruh area danau. Dari segi pemandangan saja, sudah menjadi satu nilai lebih.
Tak jauh dari aula ada jalan yang menurun. Jalan yang cukup panjang dan berliku ini (haduuh, serasa gimana rasanya hehehe), tapi saya tidak mendramatisir lho, jalannya memang panjang dan berliku, menuruni lereng bukit menuju ke pantai. Pada bagian jalan yang ditumbuhi rumpun-rumpun bambu kuning, kalau melongok ke bawah, kita bisa melihat desa wisata Kelitu. Mengenai desa ini, akan saya tuliskan minggu depan.
Mushala yang sangat bagus, di latar belakang terlihat tempat pembibitan tanaman dan sebuah pondok kecil.
Setelah beberapa saat, saya menemukan satu mushala atau mersah dalam bahasa Gayo. Dibelakang mersah ini ada rumah pembibitan, dan kalau kita perhatikan sepanjang jalan tadi, memang ada beberapa kebun di lereng bukit. Saya mencari-cari pohon apel yang katanya ada di Ujung Paking tapi tidak dapat menemukannya. Masih ada jalan yang terus ke depan sana, ujungnya ke sisi lain pantai yang masih masuk dalam wilayah Ujung Paking, tapi saya memilih memarkirkan motor di dekat mushala, lalu turun ke arah pantai yang lebih dekat.
Katanya di balik tikungan itu ada pondok yang dibangun menjorok ke laut, dan gua di tebing. Sayangnya, ibu Titin, pengurus Ujung Paking baru memberitahukan saat sudah mau pulang. Capek untuk turun lagi.
Semula saya tidak menyadari pondok-pondok yang dibangun untuk tempat bersantai pengunjung. Karena pemandangannya luar biasa. Hamparan danau yang luas, terbentang di hadapan. Cahaya matahari memantul di riak-riak kecil seperti berlian yang mengapung di permukaan air. Bukan hanya itu, setelah beberapa saat saya sadar area berenang terbagi menjadi bagian dangkal yang cocok untuk anak-anak, dan perlahan semakin jauh menjadi lebih dalam yang pas untuk orang dewasa. Dan yang paling penting, bersih.
Saya menghitung. Sekitar lima belas menit dari kota untuk mencapai Ujung Paking, ditambah perjalanan yang sedikit mendaki — kalau dari pantai — ke tempat parkir motor di dekat mushala tadi. Tapi pemandangan dan suasananya impas dengan sedikit usaha itu. Indah, menenangkan.
'Ujung Paking Salah Satu Pesona Wisata Pantai di Aceh' have no comments
Be the first to comment this post!