Ezytraveler tentunya tahu bahwa Aceh kaya budaya. Adatnya sangat beragam. Tidak kalah dengan wilayah lain di Indonesia, bahkan di kalangan Aceh sendiri juga terdapat perbedaan, meskipun tidak begitu signifikan.
Aceh Besar berbeda dengan Gayo, berbeda juga dengan Aceh Selatan, bahkan Subulussalam. Masing-masing memiliki nilai keunikan tersendiri. Kali ini, saya ingin berbagi sedikit tentang adat istiadat di Aceh Besar, pada pesta pernikahan. Bagi pecinta wisata budaya Aceh.
Pesta pernikahan di Aceh Besar dimulai dengan prosesi Antat Linto (antar mempelai pria ke rumah mempelai wanita). Dalam hal ini, tentunya di rumah mempelai wanita diadakan sebuah perhelatan, yaitu Tung Linto (terima kehadiran mempelai pria).
Para rombongan datang bersama Linto Baro (mempelai pria) dengan membawa beberapa barang, sebagai seserahan. Bawaan ini bersifat harus. Tak boleh tidak, atau seseorang akan menjadi buah bibir masyarakat karena tidak melestarikan adat.
Di antara bawaan itu, adalah Ranup sebagai penghulunya. Pecinta wisata budaya Aceh pastinya mengetahui, bahwa Ranup adalah nama lain dari Sirih. Ranup disusun sedemikian rupa, sekreatif mungkin, dengan tambahan bebungaan, sehingga menjadi hal yang paling menarik di antara bawaan lainnya. Ranup ini tidak boleh tak ada. Selain itu, ada satu lagi, Ranup Lam Bate. Dua-duanya sama penting.
Seserahan yang diberikan oleh Linto Baro kepada Dara Baro (mempelai wanita) berupa seperangkat alat shalat, bakal baju dari kain-kain pilihan seperti brukat, bordir, songket, sutra dan sebagainya. Perlengkapan kosmetik; bedak, lipstick, mascara, bahkan hingga sabun mandi dan sikat gigi. Sempurna. Payung dan kipas juga tidak pernah ketinggalan. Maka, pecinta wisata budaya Aceh jangan heran, saat melihat talam seserahan itu jumlahnya hingga puluhan.
Satu talam di antaranya juga berisikan dua atau tiga kaleng biscuit, gula, sirup, teh, kopi dan susu. Biskuit ini akan dibagikan kepada sanak keluarga, serta tetangga di Kampung Dara Baro. Meski hanya beberapa potong saja untuk seorang, tapi nilainya sangat besar. Sebagai tanda persaudaraan.
Setelah dijamu dengan sajian terlezat dari masakan Aceh Besar, kemudian ada sesi serah terima. Pihak tetua dari Kampung Linto Baro secara resmi menyerahkan Linto Baro kepada pihak tetua di Kampung Dara Baro. Prosesi ini berlangsung sekitar 10-15 menit. Ini dianggap penting bagi seorang yang baru saja diterima sebagai warga, untuk membangun ikatan rasa dan tanggung jawab bermasyarakat
Setelah prosesi serah terima, barulah kedua mempelai diperkenankan untuk bersanding. Pelaminan adalah suatu yang tidak boleh tak ada. Pelaminan merupakan singgahsana bagi kedua mempelai, yang dianggap bak raja dan ratu sehari.
Sebelum duduk berdampingan, terlebih dahulu melakukan salam takzim (penghormatan). Dara baro membungkukkan badannya, menyalami dengan mencium tangan suaminya. Saya merasa sangat gugup saat melakukan prosesi ini. Sungguh! 😀
Setelah salam takzim, dilanjutkan dengan Rah Jaro (ditepungtawari) oleh tetua kampung dan keluarga. Mula-mula, seorang pemuka agama dari kalangan ibu-ibu membacakan doa, untuk keselamatan dan kemakmuran kedua mempelai. Setelah itu dilanjutkan oleh ibu mertua dan diiringi keluarga besar. Semua orang yang mendoakan itu turut memberi sejumlah uang, sebagai wujud kekeluargaan. Setelah seragkaian adat ini tuntas, baru diperkenankan para undangan untuk memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai.
Setelah Antat Linto, ada satu perhelatan lainnya, yakni Antat Dara Baro (antar mempelai wanita ke rumah mempelai pria). Kalau dalam istilah melayu; ngunduh mantu. Prosesinya sama persis dengan serangkaian acara di kediaman mempelai wanita. Dara Baro beserta rombongan datang dengan membawa seserahan. Hanya saja, seserahannya sedikit berbeda. Banyak sekali prosesinya, bukan? Pecinta wisata budaya Aceh pasti dibuat “kenyang” menyaksikan ini. (Hahaha)
Lagi-lagi, Ranup sebagai bawaan paling utama. Selain itu, Dara Baro membawa satu set pakaian untuk linto baro disertai beberapa jenis kue: Dodoi, Meuseukat, Bu Leukat, Wajeb, Bhoi, Bolu, Keukarah, Bungong Kaye. Jumlahnya pun terbilang banyak. Hingga belasan.
Konon, adatnya, talam seserahan yang dibawa oleh Dara Baro harus lebih banyak dari yang dibawa oleh Linto Baro, sebelumnya. Begitulah Aceh Besar. Ezytraveler pecinta wisata budaya Aceh pasti sangat ingin menyaksikan secara langsung, bukan? Hehehe
'Wisata Budaya Aceh. Wedding Party di Aceh Besar.' have no comments
Be the first to comment this post!