Aceh dan Cerita Pohon Ganja

Membicarakan Aceh di mata orang luar hanya akan berkisar dengan pertanyaan ganja dan konflik. Setelah tahun 2004 pembicaraan mengenai Aceh akan berkembang sedikit ke arah gempa dan Tsunami. Namun tetap saja, jika permasalahan konflik, gempa dan Tsunami menjadi sesuatu yang akhirnya disebut “pasca”, berbeda dengan perihal ganja yang gaungan namanya tetap semakin besar, bahkan merujuk pada hal yang dibicarakan semakin negatif. Semisal perihal Aceh yang disebut sebagai ladang ganja terbesar se-Asia Tenggara setelah Thailand, ataupun orang-orang Aceh yang selalu dianggap sebagai konsumtif, produsen atau kontributor “yang sudah biasa” berhadapan dengan ganja.

Rasanya sebuah paradigma yang mengatas namakan “pars pro toto” (sebagian untuk semua) bukanlah hal yang bijak dan pastinya melukai hati sebagian besar masyarakat Aceh yang sama sekali tidak pernah menggunakan ganja dalam kehidupannya. Jangankan mencicipi, melihat batangnya pun tidak pernah. Lantas, siapa yang patut disalahkan? Ganja, orang Aceh atau tanah di Aceh? Bahkan Mbah Google sang mesin pencari terbaik dunia, mengklasifikasikan 50 persen dari 10 situs pada satu halaman pencarian dengan kata kunci “mengapa tanah Aceh subur?” sebagai artikel yang kesemuanya menyangkut tentang ganja di Aceh.

Bukankah lebih mudah membenci daripada mencoba memahami?

Ganja di Aceh

Ilustrasi masuknya pedagang-pedagang dunia ke Asia melalui jalur perairan. Photo by [asiawelcomedotcom]

Jika kita melihat hubungan sejarah Aceh dan asal usul keberadaan ganja di Aceh, hal ini tidak terlepas dari sejarah perlintasan perdagangan beberapa bangsa dunia di Aceh pada zaman dahulu. Ada yang menyebut bahwa bangsa yang awalnya membawa tanaman ini adalah bangsa India pada akhir abad ke 19, dan akhirnya digunakan oleh bangsa kolonial Belanda sebagai alat memberantas hama ulat pada tanaman tembakau di daerah Gayo. Namun, kita tidak dapat memastikan secara pasti bahwa ganja yang sampai di Aceh adalah melalui penghantaran bangsa India, bisa jadi melalui perlintasan dari beberapa bangsa negara lainnya. Walaupun diketahui bahwa bangsa India mulai menggunakan ganja tertulis pada kitab Atharva Veda yang ditulis sekitar tahun 2000 sampai 1400 SM. Mereka menyebut ganja dengan Bhang, yang merupakan bahasa Sanskrit. Pada perkembangannya, mereka menggunakan ganja pada ritual keagamaan dan pengobatan.

Tidak hanya di India, bahkan ganja sudah dikenal di negara Tiongkok sejak 12.000 tahun yang lalu. Menurut buku Columbia History of the World menyebutkan bahwa kain tenun paling awal yang pernah ditemukan manusia dibuat dari serat batang ganja dan berumur sekitar 8000 tahun (dibuat sekitar tahun 6.000 SM) di Provinsi Yangshao dan Shaanxi dan menjadi tanaman pertanian utama di dataran Tiongkok saat itu. Tidak hanya digunakan sebagai bahan pembuatan serat kain, tanaman ganja juga digunakan sebagai bahan pembuatan kertas pertama di dunia oleh T’sai Lun pada tahun 105 M dan sebagai literatur pengobatan ganja pertama yang tercatat pada kumpulan catatan Shen Nung pada tahun 2900 SM.

Gulungan benang tenun dari serat ganja. Photo by: Buku Hikayat Pohon Ganja

Siapakah yang awalnya mengenalkan ganja pada orang Indonesia? Orang Indonesia mengenal ganja pada saat Perang Dunia II. Saat itu Belanda melegalkan ganja kepada para pedagang Tiongkok yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang dan Belanda menyuplai ganja yang didatangkan dari Aceh untuk para pecandu ini. Akhirnya Belanda juga yang memberlakukan undang-undang untuk menghindarkan pemakaian dan akibat yang ditimbulkan oleh ganja (verdovende middelen ordonantie) pada tahun 1927 (state gazette No. 278 juncto 536).

Kemudian, apakah tanah di Aceh yang patut disalahkan karena ganja tumbuh begitu subur di daerah ini? Menurut Dhira Narayana, dkk di dalam buku Hikayat Pohon Ganja (2011) dikatakan bahwa ganja berkembang biak dari biji yang setiap bijinya bisa memunculkan dua jenis tanaman yang saling terpisah, yaitu tanaman jantan dan betina. Keduanya menghasilkan bunga, hanya saja pada tanaman betinalah yang menghasilkan biji dari bunganya, itupun bila serbuk sari tanaman jantan sampai ke bunga tanaman betina.

Siapa yang membantu menyebarkan? Di sinilah faktor iklim tropis pada daerah Aceh berpengaruh sangat tepat, seperti bantuan cahaya matahari yang memadai dari pagi hingga siang, kapasitas angin yang mencukupi, kadar hujan di Aceh yang membuat penyerbukan tersebut menjadi lebih mudah terjadi dan adanya bantuan dari serangga ataupun burung untuk melakukan penyerbukan. Ditambah lagi dengan topologi tanah Aceh yang bersifat datar, bergelombang dan berbukit serta lahan Aceh yang sangat luas, membuat tanaman ganja tumbuh begitu subur. Apalagi akar ganja berbentuk serabut dan menghujam ke tanah sampai sepersepuluh batangnya, yang membuat tanah Aceh menjadi gembur. Jadi, tanaman ganja dapat tumbuh subur sendiri tanpa adanya bantuan dari tangan manusia.

Gambar sebelah kiri adalah varietas tanaman ganja yang dibudidayakan untuk serat tekstil (kulit luarnya) dan di sebelah kanan adalah varietas yang dibudidayakan untuk zat psikoaktifnya (Small, E dan D. Marcus. 2002).

Saya yakin bahwa segala sesuatu apapun yang diciptakan oleh Tuhan pasti bermanfaat, di samping pasti memiliki efek yang berlawanan dari manfaatnya. Begitupun dengan ganja. Kabar baiknya adalah bagi tanaman ganja yang tumbuh di daerah subtropis yang batangnya tumbuh lebih panjang dari saudaranya di iklim tropis, memiliki serat kulit batang yang lebih panjang dan cocok untuk keperluan tekstil apalagi untuk pembuatan pakaian di musim dingin. Diketahui bahwa tanaman ganja jenis ini disebut hemp dan diyakini sebagai bahan tekstil yang paling bertahan lama untuk dijadikan pakaian dan tidak akan membusuk karena sifat dari kain ganja yang bersifat hidrophobik (menolak air) dan tidak menyerap 95% sinar UV ketika ditenun dengan kontruksi yang rapat. Hemp juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas, dan beberapa negara (termasuk Inggris dan Tiongkok) di zaman dahulu mewajibkan para masyarakat untuk menanam hemp sebagai komoditi utama untuk bahan baku tekstil dan kertas.

Namun sayangnya, di Aceh yang termasuk ke dalam daerah beriklim tropis, sebagian besar tanaman ganja yang tumbuh adalah jenis marijuana yang memiliki kandungan psikoaktif sangat besar. Sebenarnya baik hemp maupun golongan marijuana sama-sama memiliki kadar delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) yang tinggi yang memiliki efek sangat memabukkan. Padahal fungsi getah atau resin pada tanaman ini berfungsi untuk melindungi kekeringan dengan memerangkapkan uap air dari udara sekitar. Maka tak heran, karena faktor inilah yang membuat varietas ganja yang tumbuh di daerah tropis menghasilkan zat THC dalam jumlah yang lebih besar.

Gambar pembesaran oleh mikroskop eektron dari bagian ganja yang menyimpan zat-zat psikoaktifnya. (Small, E dan D. Marcus. 2002)

Permasalahan yang terjadi dari zaman dahulu hingga hari ini adalah karena efek dari tanaman ini yang telah disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang nantinya akan mengakibatkan malapetaka. Belum ada yang mampu mengontrol efek samping ganja, sebagaimana belum adanya orang yang mampu memanfaatkan ganja dengan cara lebih terhormat, apakah dengan cara mengembalikan manfaat ganja yang bisa digunakan untuk bahan tekstil atau kertas, ataupun mengembangkan ganja kembali sebagai salah satu yang mendukung pengobatan medis. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya Aceh yang memiliki lahan ganja terluas namun bisa mengalihkan fungsi ganja ke arah yang lebih baik. Namun apa hendak dikata, penggunaan tanaman ini serasa memakan buah simalakama, masih serba salah. Maka sewajarnya akhirnya timbul peraturan-peraturan hukum di beberapa negara yang melarang adanya tumbuhan ganja, demi untuk menyelamatkan generasi muda sebelum jatuh kepada hal-hal yang tidak diharapkan yang dapat merusak masa depan generas muda.

Sumber:

  1. Tim LGN. Hikayat Pohon Ganja. 2011. Jakarta: Gramedia
  2. napzaindonesia.com
  3. lingkunganaceh.blogspot.co.id
  4. alyasri.blogspot.co.id
Mau liburan ke Aceh? Cari di sini: tiket pesawat dan hotel


About

Pengejar Senja, Langit dan Laut.


'Aceh dan Cerita Pohon Ganja' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool