Wisata Halal Aceh, Empat Agama Dalam Satu Meja

Tapi ke Aceh kan harus pakai Jilbab. Pernyataan singkat padat dan jelas salah, tapi masih menjadi hal rutin yang diucapkan teman-teman ketika ditanya kapan mau ke Aceh. Ke Aceh Harus Pakai Jilbab. Kalimat singkat yang seolah sudah dibold, stabilo warna kuning terang, caps lock pula, dalam benak mereka yang ingin berkunjung ke Aceh. Terutama dari teman-teman non muslim yang sering mendengar kabar jelek tentang daerah indah ini.

Entah sejak kapan, jauh sebelum penerapan syariat Islam di Aceh ditetapkan. Provinsi paling barat di negeri indah bernama Indonesia ini sudah menjadi korban hoax. Orang Aceh itu kejam, arogan, benci pendatang, anti dengan agama lain dan suka perang. Setelah berlaku penerapan syariat Islam, hoaxnya bertambah dengan ‘kalau ke Aceh harus pakai jilbab’. Jangan lupakan juga, hoax abadi tentang Aceh dan Ganja. Yang bahkan seorang ustadz besar pernah ‘termakan’ hoax ini. (silahkan baca : hoax tentang Aceh)

Aceh tidak begitu.

Yup. Aceh tidak begitu. Kalau saja bisa, kalimat ini maunya saya cetak tebal, caps lock, dan diperbesar. Ke Aceh tidak harus pakai jilbab. Bahkan kenyataannya ada yang datang ke Aceh dilarang pakai jilbab. Semua laki-laki yang datang ke Aceh dilarang pakai jilbab. Karena jilbab itu hanya bagi muslimah, perempuan muslim, dan itu bukan karena ke Aceh, tapi perintah agama. Sedangkan bagi non muslim, laki-laki ataupun perempuan, hanya diminta berbusana sopan sesuai adat budaya lokal. Dan ini sebenarnya aturan yang berlaku diseluruh dunia kan, menghormati budaya tempat yang kita kunjungi. Bukan hanya di Aceh atau Indonesia. Dari Jepang, Malaysia, Denmark, sampai Islandia.Intinya dimana-mana.

Ruas jalan di Aceh Jaya, yang sering menjadi tempat berfoto. Jalan dengan tebing di kedua sisi, dan pantai di belakangnya.

 

Indahnya pesona pantai di pesisir Aceh Besar.

Banyak yang datang berkunjung ke Aceh mengakui bahwa ternyata kabar buruk yang selama ini mereka temukan itu salah. Tidak ada intimidasi bagi non muslim. Perempuan yang bukan beragama Islam, bisa berjalan bebas, nyaman, aman dan terjaga. Masyarakatnya ramah dan terbuka. Dan ternyata mencari ganja di Aceh itu susah serta melanggar hukum.

Empat agama satu meja di Aceh. Itu judul tulisan ini. Dua hal, yang pertama secara tersirat saya ingin menggambarkan realita di Aceh. Masyarakat yang berbeda agama bisa hidup rukun dan damai. Gereja, kuil, vihara, berdiri aman di tengah pemukiman yang dominan masyarakatnya beragama Islam. Bukan hanya itu, sejarah mencatat, ketika kerusuhan etnis dan umat beragama pecah pasca reformasi’98, masyarakat muslim di Aceh — bahkan pemuka agama, imam, ulama — berdiri berjaga melindungi tempat ibadah dan warga non muslim. Begitu juga ditengah kecamuk perang, banyak ditemukan kisah warga yang memberikan perlindungan kepada masyarakat beda agama dan suku.

Gereja Hati Kudus, gereja pertama di Aceh, berusia ratusan tahun, dan berlokasi tepat di pusat kota Banda Aceh, tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman

Mereka yang tak paham, menunjuk kota seperti Banda Aceh sebagai intoleran, misalnya karena jumlah gereja yang hanya empat. Mereka tidak menyebutkan Gereja Hati Kudus itu hanya sejengkal dari Masjid Raya Baiturrahman, kuil Hindu Palani Adhawa yang berada ditengah perkampungan muslim bahkan hampir berhadapan dengan masjid, Atau empat vihara Budha di Banda Aceh yang rata-rata tak jauh dari masjid. Mereka juga lupa menyebutkan bahwa angka yang sedikit itu berimbang dengan jumlah penganut agamanya. Seperti ketika mereka juga lupa (lagi) menyebutkan jumlah gereja di beberapa kabupaten di Aceh itu sangat banyak, karena warganya yang banyak beragama Kristen.

Warga keturunan Tionghoa, sedang melakukan ritual ibadah di salah satu Vihara Budha di Banda Aceh

Yang kedua. Secara harafiah, nyata, tersurat. Bukan hal aneh bagi orang berbeda Agama duduk semeja, bertemen akrab, saling bercanda, bahkan berbisnis. Salah satu tempat makan mie kocok kesukaan saya adalah sebuah warung di wilayah Setui, pemiliknya warga keturunan Cina dan bukan muslim. Masakan yang disajikannya halal, seperti rata-rata tempat lainnya di Aceh. Apakah paksaan? Saya pernah bertanya langsung, dan jawabannya membuat saya tersenyum.

“Kami berdagang, pelanggan kami rata-rata muslim, menyajikan makanan halal itu wajib. Pelanggan tidak akan benci kalau kami menyajikan makanan bukan halal. Tapi mereka pasti akan pindah warung, kenapa? Karena itu kebutuhan mereka. Dan pedagang yang tidak menyediakan kebutuhan pelanggannya itu kan aneh.”

Logis, sederhana. Sangat masuk akal. Bahkan banyak warung makan yang bukan sekedar menjaikan makanan halal, tapi juga mensertifikasi bahkan mempelajari bagaimana membuat dan mengolah makanan halal.

Aceh sebenarnya sangat ramah, sangat toleran. Tapi sayangnya banyak yang belum tahu dan masih terpengaruh dengan berbagai hoax tentang Aceh.

Jadi begini saja. Liburan nanti berkunjunglah ke Aceh. Provinsi yang pada Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016 memenangkan tiga kategori; Destinasi Budaya Ramah Wisatawan Muslim Terbaik, Bandara SIM sebagai Bandara Ramah Wisatawan Muslim Terbaik, dan Masjid Raya Baiturrahman sebagai Daya Tarik Wisata Terbaik.

Kebun jeruk di pegunungan Dataran Tinggi Gayo, Kab. Aceh Tengah.

Mencari ikan di danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Tengah

Nikmati pesona kulinernya yang khas. Dari wilayah pesisir hingga pegunungan. Rasakan festival citarasa pada masakan dari berbagai daerah dan suku di Aceh. Jelajahi juga pesona alamnya. Dari terumbu karang mempesona di bawah laut, pantai nan menawan, pegunungan yang alami, air terjun dan kelok sungai eksotis. Buai diri anda dengan lantunan musik khas, dan tentu saja jangan lupakan kopi. Pesona Robusta atau arabica, tersaji dengan kualitas lengkap. Gaya barista internasional atau racikan tradisional.



About

Full time stay at home father, part time blogger-writer-graphic designer, and sometime traveler wanna be.


'Wisata Halal Aceh, Empat Agama Dalam Satu Meja' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool