Masih di awal Ramadhan, tapi kok sudah membicarakan malam lebaran? Mungkin pengaruh Kanji, bubur khas saat Ramadhan di Aceh. Mencicipi rasa khasnya, menerbitkan kerinduan pada kampung halaman di pesisir Aceh. Kerinduan yang membuat saya teringat bukan hanya seru-seruan saat Ramadhan, tapi juga malam lebaran. Setidaknya saya teringat pada 5 Hal yang terjadi ketika malam takbiran di Aceh.
Setiap daerah pastilah punya hal-hal unik saat malam lebaran. Ada yang berupa atraksi budaya, ada yang berupa kegiatan bersejarah, dan banyak lagi. Sama seperti daerah lain, Aceh juga memiliki tradisi khas malam takbiran. Tapi 5 Hal yang terjadi ketika malam takbiran di Aceh yang saya sebutkan ini bukan hal-hal seperti itu. Ini adalah catatan hal-hal kecil yang menjadi kenangan berharga saat malam takbiran, ada yang masih sering dilakukan ada yang sudah terlupakan.
- Takbir Kelililing Kampung.
Pada masanya dulu, takbir keliling kampung adalah salah satu dari 5 Hal yang terjadi ketika malam takbiran di Aceh. Sekarang? Di kota-kota mulai tidak terlihat lagi. Dulu hampir setiap kampung punya yang namanya Balé, sebutan untuk balai pengajian. Sebelum maghrib, anak-anak sudah bergegas ke ke balai pengajian itu. Biasanya berlanjut sampai selepas Isya. Mengaji, mempelajari kitab, belajar ilmu agama, dan banyak lagi. Saat malam takbiran, anak-anak laki-laki akan bertakbir keliling kampung. Ada semacam nilai kebanggaan saat melakukannya. Sekarang? Semakin sedikit Balé yang tersisa.
Kehadiran pondok pesantren modern, dan gaya hidup akademis yang semakin menuntut siswa membuat banyak orang tua mulai lebih terfokus pada pendidikan ‘modern’ dan meninggalkan balai pengajian yang sebenarnya bukan hanya mengajarkan mengaji, tapi juga kearifan lokal.
- Lentera Batok
Ini sebenarnya agak membingungkan untuk ditulis. Karena tak ada nama khusus. Hanya saja saat malam lebaran adalah saatnya bebas bermain-main. Belum ada petasan atau kembang api yang melesat ke angkasa, alu meledak dengan dentuman keras dan membentuk pola indah di langit. Kembang api adalah sebatang kawat yang dibungkus semacam bahan. Kalau dibakar akan membentuk percikan api. Pola unik? Paling-paling diputar-putar, dan dalam waktu singkat benda tadi padam.
Tapi yang menyenangkan dan menjadi bagaian dari 5 Hal yang terjadi ketika malam takbiran di Aceh yang bahkan terkesan harus dilakukan adalah berkunjung ke rumah-rumah tetangga yang juga sedang bermain-main. Yang unik adalah semacam lentera yang terbuat dari batok kelapa. Biasanya sejak sore sebelum malam lebaran, bahkan ada yang seminggu sebelumnya, anak-anak sudah berburu batok yang berukuran besar. Dikikis serabutnya, dibersihkan sisa kelapanya, yang tidak sepeuhnya bisa bersih. Lalu lilin direkatkan dibagian dalamnya. Membuat cahaya memancar dari lubang. Uniknya aroma khas batok (dan sedikit kelapa) yang terbakar menjadi salah satu hal yang membawa kenangan, tak terlupakan meski sudah dewasa.
- Meriam
Mungkin tidak ada hubungan dengan konflik yang mendera Aceh dalam waktu lama. Tapi salah satu dari 5 Hal yang terjadi ketika malam takbiran di Aceh ini banyak diyakini terkait dengan kenyataan bahwa bangsa Aceh adalah salah satu bangsa dengan sejarah peperangan yang kental.
Sekarang sudah jarang dilakukan. Membuat meriam untuk ‘ditembakkan’ saat malam lebaran. Awalnya sederhana, minyak dan bambu. Meriam Bambu namanya. Tapi kemudian perkembangan zaman menghadirkan meriam lainnya, Meriam Karbit. Keduanya bukan senjata, hanya menghasilkan suara dentuman. Tapi pada masanya, membuat dan mengadu suara ledakan meriam antar kampung adalah kewajiban. Tua muda berkumpul ditempat ‘meriam kampung’ berada. Cerek berisi kopi dan teh dibawa, makanan dihidangkan. Suara dentuman jadi latar belakang saat warga berkumpul.
- Membuat Timphan.
Selain Mi Aceh, kuliner khas terkenal dari Aceh lainnya adalah Timphan. Kue manis yang legendaris dan selalu dirindukan. Menjadi salah satu dari 5 Hal yang terjadi ketika malam takbiran di Aceh. Saat anak-anak dan para lelaki berkumpul di lapangan, para ibu dan gadis-gadis berkumpul membuat Timphan. Seorang paman pernah menceritakan, bahwa suatu ketika, kemampuan membuat Timphan ini menjadi salah satu nilai lebih yang menjadi penambah kecantikan seorang wanita.
- Rendang Untuk Besok.
Berbeda dengan rendang Padang. Yang disebut Rendang Aceh lebih berkuah. Sudah tradisi, sehari dua sebelum lebaran adalah hari meugang, hari membeli daging untuk disajikan saat hari raya. Malam lebaran, di balik kemeriahan anak-anak takbir keliling, dan keriuhan dentuman meriam bambu atau karbit, ada rendang yang sedang dimasak, butuh waktu lama, membuat kegiatan wajib ini dikerjakan sambil menyiapkan Timphan sebagai salah satu dari 5 Hal yang terjadi ketika malam takbiran di Aceh.
'5 Hal yang Terjadi Ketika Malam Takbiran di Aceh' have no comments
Be the first to comment this post!