“Gambar tidak mampu mewakilkan apa-apa tentang rasa.” Saya setuju sekali dengan frasa yang satu itu. Demikianlah faktanya. Betapa pun lekat kita perhatikan gambar setumpuk makanan, yang ada hanyalah gambar. Sebaliknya, setelah kita cicipi suatu makanan, kita tetap cacat dalam mendeskripsi-narasikan rasanya. Apalagi itu tentang makanan Aceh. Kadang yang terlihat biasa-biasa saja, malah rasanya cetar meletup di mulut. Kadang yang terbungkus sederhana, aduhai rasanya di lidah.
Makanan khas Aceh pada umumnya lebih kuat rasa dari pada bentuk. Kita terngiang-ngiang kalau sudah mencoba kali pertama. Kalau belum mencicipi, kadang urung meliriknya. Seperti Ayam Sampah, atau kerap juga disebut Ayam Tangkap. Tidak ada yang menarik. Hanya sepiring ayam kampung, disajikan dengan cacahan daun-daun yang telah digoreng hingga garing. Itu saja. Tapi bagi yang sudah mencoba, pasti ingin tambah lagi porsinya.
Berbicara tentang panganan berbahan baku ayam, ada satu lagi menu paling unik di Aceh. Anda pernah mendengar tentang Ayam Pramugari? Tentu saja nama ini sudah tidak asing lagi. Ya, menu andalah yang tidak kalah enak dari Ayam Tangkap. Menu Ayam Pramugari ini menjadi suguhan andalan rumah makan Aditya Jaya. Sebuah rumah makan yang terletak di Blang Bintang, dekat dengan Landasan Udara Sultan Iskandar Muda – Aceh.
Penyajiannya tidak jauh berbeda dengan Ayam Tangkap. Pak Sofyan, pemilik rumah makan tersebut menjelaskan, bahan baku utama Ayam Pramugari yakni ayam kampung. Selain itu, bumbu yang diperlukan hanyalah garam, kunyit, jeruk nipis, daun kari (oen teumurui), serai, daun jeruk purut, dan daun pandan. Ayam Kampung dipotong dengan ukuran sedang, kemudian diungkeb (dimasukan ke dalam air mendidih dengan campuran bumbu-bumbu tadi). Setelah matang barulah digoreng hingga garing untuk disajikan kepada pemesan.
Memasak Ayam Pramugari harus menggunakan Ayam Kampung, kalau ayam broiler kurang cocok. Kurang nikmat rasanya. Hal itu pula yang kadang menjadi kendala pengelola rumah makan ini, karena belakangan sulit mencari ayam kampung.
Semula orang setempat menyebutnya masakan Ayam Tangkap. Namun, karena yang datang untuk menikmati makan siang di sini kebanyakan dari kalangan pramugari, makanya kemudian lebih dikenal dengan sebutan Ayam Pramugari. Lebih dari itu, disebut Ayam Pramugari sebab warna kuningnya yang indah, menarik, ibarat kata, cantik ini dinisbahkan kepada kecantikan pramugari. Ada-ada saja.
Hingga kini, rumah makan yang terletak tidak jauh dari bandara ini selalu dipadati pengunjung. Tidak hanya karyawan bandara, bahkan dari kalangan para pengusaha dan pejabat pun kerap datang untuk menikmati makan siang di sini. Rumah makan ini masuk dalam salah satu incaran pemburu makanan khas Aceh. Selain Ayam Pramugari, menu utama lainnya adalah Gulai Kambing. Slurp! Mendengar namanya saja sudah bergoyang lidah kita.
Berdasarkan pengakuan Pak Sofyan, yang datang ke sini memang kebanyakan pejabat. Seperti Kapolda, Pangdam, Danlanud, Danlanal, dan pejabat negara lainnya. Tapi tidak sedikit juga wisatawan yang berkunjung. Kalau orang-orang sekitar bandara, memang sudah jadi langganan. Maka tidak heran, permintaan pun cukup tinggi. Dalam sehari kadang ia membutuhkan 200 ekor ayam kampung. Tentunya pasti sulit mencari pemasoknya.
Harganya pun sangat terjangkau. Pengunjung cukup menyediakan uang Rp. 15.000,-/ porsi. Ini salah satu tempat yang cocok untuk menyantap makan siang dengan cita rasa bumbu khas Aceh. Ayam Pramugari Blang Bintang, di Kabupaten Aceh Besar.
'Mari Makan Ayam Pramugari di Blang Bintang' have 1 comment
October 6, 2024 @ 2:12 pm aneukmuda
Tambahan, harap jangan datang di atas jam 1, alias ba’da dzuhur. Jika tidak, menu “kecewa” sudah disiapkan untuk anda 😀