Peucicap dan Peutroen Aneuk, Tradisi Aceh untuk Bayi

Aceh kaya ragam budaya. Salah satunya adalah Peucicap dan Peutroen Aneuk yang kini semakin jarang dilakukan. Saya sering mendengar kedua upacara budaya ini, tapi belum pernah menyaksikan langsung prosesnya. Beruntung, beberapa hari lalu, saya menerima undangan dari seorang teman yang baru saja dikarunia seorang anak. Ia menggelar acara peucicap sederhana di rumahnya. (Peucicap dan Peutroen Aneuk dalam bahasa indonesia berarti Mengecapkan berbagai macam rasa makanan ke pada bayi. Peutroen Aneuk berarti budaya turun tanah anak untuk pertama kalinya)Upacara peucicap difokuskan pada bayi yang baru dilahirkan. Sederhananya, tradisi ini seperti memperkenalkan dunia baru kepada sang bayi. Tradisi budaya ini digelar pada hari ketujuh setelah bayi dilahirkan. Bayi diletakkan di kasur kecil dan seorang tetua akan mencecap bibir bayi untuk mengenal rasa. Biasanya peucicap dilakukan dengan mengoles setetes madu atau air zam-zam, bahkan ada juga yang mencecapkan kuning telur ke mulut bayi. Walaupun ritual mengecapkan rasa ini hanya sebatas simbolis semata, tapi memiliki makna yang dalam. Saat pengolesan di bibir bayi dilakukan, ada pengharapan agar si bayi tumbuh menjadi anak yang berbakti, saleh, dan berguna bagi orang lain. Maka, saat pengolesan ini, selalu diiringi dengan doa-doa.

Tradisi peucicap konon telah ada sejak dulu. Tradisi ini juga dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap tumbuh kembang bayi. Selain itu, mencecap rasa ke bibir bayi bukan sekedar membentuk sensitifitas lidah, tapi juga bermakna menciptakan akhlak dan budi pekerti yang manis pula.

salah satu bagian dari upacara Peuciecap dan Peutroen Aneuk

Saya juga baru sadar, ternyata peucicap bukan hanya difokuskan pada bayi saja, Ibu bayi juga diharuskan melewati beberapa kebiasaan selama 44 hari sejak melahirkan. Kebiasaan ini berbentuk pantangan-pantangan, seperti harus beristirahat penuh di rumah, dilarang untuk berjalan-jalan, makan nasi tanpa lauk, juga dilarang menyantap makanan pedas. Larangan ini tentu bermanfaat bagi kesehatan dan kebaikan Ibu dan bayinya. Masa larangan ini disebut dengan masa madeung. Tapi, akhir-akhir ini saya melihat mereka yang melahirkan juga jarang melakukan pantangan-pantangan ini. Bisa jadi, masa madeung bukan lagi proses yang dilakukan secara ketat.

Dari informasi yang saya peroleh, setelah proses peucicap selesai, dilanjutkan ritual budaya selanjutnya yaitu peutron aneuk. Tradisi ini berlangsung setelah 44 hari Ibu menjalani masa madeung. Untuk pertama kalinya dalam upacara peutron aneuk, bayi menginjakkan tanah. Ada banyak prosesi yang memeriahkan tradisi ini. Awalnya, bayi digendong menuju tangga rumah atau tangga khusus yang dibuat untuk upacara ini. Prosesi ini diiringi dengan doa-doa, pujian, dan ayat-ayat Alquran.

Sama seperti peucicap yang memiliki banyak makna, upacara peutron aneuk juga dianggap sebagai simbol memperkenalkan anak kepada tanah beserta lingkungan untuk memperoleh keserasian dan kecintaan kepada alam. Acara ini biasanya dikemas dalam bentuk kenduri. Di Aceh sendiri, kenduri adalah hal lazim yang dilakukan. Tujuannya bukan semata untuk menyantap makanan, tapi juga menjalin silaturahmi.

Prosesi peutroen aneuk dan peucicap berbeda-beda sesuai adat masing-masing daerah. Ini menunjukkan begitu kayanya Aceh dengan beragam budayanya. Ada sebagian yang menggelar peucicap dan peutron aneuk dalam rentang waktu 44 hari ke depan, tapi ada juga sebagian yang melakukan peutron aneuk dan peucicap secara bersamaan. Pada masyarakat Aneuk Jamee di selatan Aceh, prosesi ini berlangsung saat bayi berusia 44 hari sekaligus dibarengi dengan cukur rambut, pemberian nama, dan pemberian hadiah. Tapi ada juga beberapa adat di Aceh yang menggelar peutron aneuk saat anaknya telah menginjak usia satu atau dua tahun.

Walaupun saya belum menyaksikan upacara peutroen aneuk secara langsung, setidaknya rasa penasaran saya tentang peucicap terpenuhi dari undangan teman ini. ***



About

Hobi menulis. Tukang koleksi buku. Penulis serial “Teller Sampai Teler” (Elexmedia 2014). Follow twitter @ferhatmuchtar
email; [email protected]
Baca tulisan lainnya di www.ferhatt.com (kunjungi yaa)


'Peucicap dan Peutroen Aneuk, Tradisi Aceh untuk Bayi' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool