Tradisi peucicap konon telah ada sejak dulu. Tradisi ini juga dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap tumbuh kembang bayi. Selain itu, mencecap rasa ke bibir bayi bukan sekedar membentuk sensitifitas lidah, tapi juga bermakna menciptakan akhlak dan budi pekerti yang manis pula.
Saya juga baru sadar, ternyata peucicap bukan hanya difokuskan pada bayi saja, Ibu bayi juga diharuskan melewati beberapa kebiasaan selama 44 hari sejak melahirkan. Kebiasaan ini berbentuk pantangan-pantangan, seperti harus beristirahat penuh di rumah, dilarang untuk berjalan-jalan, makan nasi tanpa lauk, juga dilarang menyantap makanan pedas. Larangan ini tentu bermanfaat bagi kesehatan dan kebaikan Ibu dan bayinya. Masa larangan ini disebut dengan masa madeung. Tapi, akhir-akhir ini saya melihat mereka yang melahirkan juga jarang melakukan pantangan-pantangan ini. Bisa jadi, masa madeung bukan lagi proses yang dilakukan secara ketat.
Dari informasi yang saya peroleh, setelah proses peucicap selesai, dilanjutkan ritual budaya selanjutnya yaitu peutron aneuk. Tradisi ini berlangsung setelah 44 hari Ibu menjalani masa madeung. Untuk pertama kalinya dalam upacara peutron aneuk, bayi menginjakkan tanah. Ada banyak prosesi yang memeriahkan tradisi ini. Awalnya, bayi digendong menuju tangga rumah atau tangga khusus yang dibuat untuk upacara ini. Prosesi ini diiringi dengan doa-doa, pujian, dan ayat-ayat Alquran.
Sama seperti peucicap yang memiliki banyak makna, upacara peutron aneuk juga dianggap sebagai simbol memperkenalkan anak kepada tanah beserta lingkungan untuk memperoleh keserasian dan kecintaan kepada alam. Acara ini biasanya dikemas dalam bentuk kenduri. Di Aceh sendiri, kenduri adalah hal lazim yang dilakukan. Tujuannya bukan semata untuk menyantap makanan, tapi juga menjalin silaturahmi.
Prosesi peutroen aneuk dan peucicap berbeda-beda sesuai adat masing-masing daerah. Ini menunjukkan begitu kayanya Aceh dengan beragam budayanya. Ada sebagian yang menggelar peucicap dan peutron aneuk dalam rentang waktu 44 hari ke depan, tapi ada juga sebagian yang melakukan peutron aneuk dan peucicap secara bersamaan. Pada masyarakat Aneuk Jamee di selatan Aceh, prosesi ini berlangsung saat bayi berusia 44 hari sekaligus dibarengi dengan cukur rambut, pemberian nama, dan pemberian hadiah. Tapi ada juga beberapa adat di Aceh yang menggelar peutron aneuk saat anaknya telah menginjak usia satu atau dua tahun.
Walaupun saya belum menyaksikan upacara peutroen aneuk secara langsung, setidaknya rasa penasaran saya tentang peucicap terpenuhi dari undangan teman ini. ***
'Peucicap dan Peutroen Aneuk, Tradisi Aceh untuk Bayi' have no comments
Be the first to comment this post!