Ramadan adalah mementum yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, diidam-idamkan setiap kalangan. Bulan yang banyak sekali kebaikan di dalamnya. Amal kita diganjal dengan pahala berlipat ganda. Hela dan hembus nafas yang tak jeda pun terhitung sebagai Ibadah. Alhamdulillah sekarang kita tengah berada di dalamnya. Disamping ibadah fardhu dan sunat selayak puasa, tawarih dan tadarus, ada beberapa tradisi khas Ramadhan di Aceh Besar yang hingga saat ini masih lestari.
1. Ie Bu Peudah
Memasuki hari pertama Ramadan, di Aceh Besar semarak dengan swadaya menyediakan Ie bu peudah. Ie bu peudah ialah bubur yang dimasak di setiap meunasah untuk dibagi-bagikan percuma kepada seluruh warga gampong. Konon, tradisi membagikan Ie bu peudah ini sama lamanya dengan tradisi Meugang, telah ada sejak zaman kerajaan. Ie bu peudah hanya dimasak sepanjang bulan Ramadhan. Tujuan utamanya adalah agar tidak ada satu keluarga pun, bahkan satu orang pun di gampong setempat yang tak mempunyai makanan untuk berbuka puasa.
Adapun bahan-bahan dasar untuk membuat Ie bu peudah, yakni beras dan kelapa, diperoleh dari lahan sawah dan kebun wakaf milik gampong yang dikelola oleh masyarakat setempat dengan prinsip bagi hasil. Bagian yang diperoleh dari hasil garapan inilah dikumpulkan untuk dimasak sepanjang Ramadan. Ie bu peudah ini di masak dengan campuran dedaun dan rempah, seperti kunyit, daun kates, daun saga merah dan lainnya hingga puluhan macam. Mengkonsumsi Ie bu peudah diyakini dapat memperbaiki gizi dan menghilangkan penyakit.
2. Mengantar takjil untuk mertua (Bu Leukat Lhee Sago)
Tradisi sepanjang Ramadan lainnya, yang khas Aceh Besar adalah mengantar takjil ke rumah mertua. Bagi siapa pun gadis Aceh Besar yang menjadi menantu di Aceh Besar pula, pasti tak mungkin melawatkan momentum ini. Adapun takjil yang dibawa bukan sembarang jajanan biasa, melainkan menu khas, yakni Bu leukat lhee sago - kuwah peungat. Beras ketan dibungkus daun pisang berbentuk segitiga, dimasak dengan santan dan ditambahkan pisang, ketela serta nangka masak. Bu leukat lhee sago ini menu utama, pendampingnya boleh berupa srikaya, cake, Timphan maupun kue lapis, dan lainnya. Ada hal penting yang harus digaris bawahi, bahwa takjil ini bukan hanya untuk dinikmati sendiri, melainkan juga harus dibagi kepada tetanggga dan sanak keluarga mertua tersebut. Suatu kehormatan bagi keluarga mertua bila dihantarkan takjil ini oleh menantunya.
3. Kenduri puasa
Selanjutnya, ada tradisi Ramadan yang tak kalah menarik yakni kenduri. Warga menetapkan satu hari untuk mengadakan buka puasa bersama (ifthar jama’i) di meunasah setiap gampong. Warga yang mengadakan kenduri membawa hidangannya ke meunasah. Selain warga setempat, juga diundang perwakilan warga dari kampung tetangga se kemukiman untuk ikut buka puasa bersama. Para undangan itu disebut sago (Aceh, sago = sudut) dalam artian jiran penjuru.
Demikian halnya dengan beberapa tradisi Ramadan yang erat untuk pengantin baru, kenduri puasa ini pun ambil bagian. Linto baro (mempelai pria) yang baru menetap di gampong setempat dikenakan kewajiban membawakan hidangannya dan mengundang beberapa rekannya untuk berbuka puasa bersama. Semua ini dilakukan serta merta untuk mempererat ikatan sosial dengan warga setempat.
4. Berbuka dengan timun suri dan sirup cap patung
Satu tradisi yang saya rasa tak ada di tempat lainnya di Indonesia, bahkan di dunia, yakni berbuka puasa dengan timun suri dan sirup cap patung. Bagi warga kampung yang awam, timun suri (timon wah) lebih diingat sebagai minuman berbuka tinimbang kurma, sebegitu spesialnya. Jika anda ke Aceh Besar sepanjang Ramadan, tentu saja anda akan takjub dengan pemandangan para pedagang timun suri yang berjejar rapat, dagangannya laku semua sekalipun dalam jumlah yang relatif banyak. Adapun mengenai sirup cap patung, sebenarnya ini adalah sebutan untuk sirup Kurnia. Menjelang Ramadan, permintaan pasar untuk sirup ini meningkat drastis hingga 70%. Sekalipun telah banyak jenis sirup lainnya yang menandingi Kurnia, namun tak bisa menggantikan keunggulan sirup cap patung ini di hati masyarakat Aceh. Bagaimana, menarik? Ingin mencoba sensasi berpuasa di Aceh? Ayuk!
'4 Tradisi Spesial Ramadan di Aceh Besar' have no comments
Be the first to comment this post!