Bukan hanya ganja, Aceh kini juga di kenal sebagai daerah yang akrab dengan istilah “Tsunami”. Tepat 24 desember 2004 lalu, gempa hebat melanda Aceh, disambung dengan gulungan ombak besar yang berwarna hitam pekat. Belakangan baru diketahui kalau itulah yang namanya Tsunami.
Lalu, bila kini kamu ingin melihat jejak tsunami 10 tahun lalu, apakah kamu harus keliling Aceh? ternyata tidak perlu. Cukup layangkan tujuan wisata anda Ke Banda Aceh, maka anda akan bisa melihat situs-situs tsunami dengan jelas dan nyata menggambarkan betapa hebatnya tsunami Aceh kala itu.
- Museum Tsunami Aceh
Siapa yang kini tak kenal dengan bapak Ridwan Kamil? Walikota kota Bandung yang kini sedang naik daun. Seolah, apa yang disentuhnya menjadi sebuah mahakarya hebat. Museum Tsunami Aceh, salah satu sentuhan tangannya.
Sebuah museum yang di bangun tepat di tengah kota. Tidak jauh dari masjid Raya Baiturrahman. Bentuknya yang unik, membuat museum ini mudah ditemukan. Bila bingung, dari bandara, bilang saja kalau anda ingin ke museum tsunami. Maka, tak sampai 1 menit, para tukang becak sudah mengangguk dan meminta anda untuk naik segera.
Lalu, ngapain ke museum tsunami? Museum itu kan membosankan. Jenuh. Penuh barang-barang pajangan yang berbaur sejarah dan lain sebagainya. Selamat! Anda salah besar. Semua pandangan anda mengenai museum akan berubah seratus delapan puluh derajat ketika memasuki museum yang bukan hampir saban hari.
Museum ini bukan hanya ada barang-barang sisa peninggalan tsunami. Melainkan disini pengunjung diajak merasakan bagaimana rasanya tenggelam dan di gulung oleh air tsunami. Tuh? Bingung kan? Disini, kita juga akan diajari langkah-langkah apa saja dalam memitigasi bencana tsunami. Sekaligus anda akan di ajak merendahkan diri dihadapan Tuhan yang maha esa. Penasaran?
- Kapal PLTD Apung dan kapal KPLP Malahayati
Coba anda bayangkan bila ada kapal sebesar kapal RORO Kmp ada di darat. Ditengah kota, ditengah pemukiman penduduk. Tapi, begitulah. Kapal yang konon hanya bisa terapung bila ketinggian air minimal 10 meter ini, terhempas dengan mudahnya dari ujung kota Banda Aceh, tepatnya laut Ulee Lheue, sampai ketengah kota. Jaraknya tak kurang dari 5 km.
Kapal yang bobot matinya itu 2.600 ton, kini telah di renovasi. Walaupun konon, katanya masyarakat setempat yang selamat, kalau dibawahnya itu masih ada mayat korban tsunami yang belum berhasil ditemukan. Lagian, siapa yang mau angkat kapal seberat itu untuk menemukan mayat lagi? Sedikit mustahil rasanya.
Letaknya tak jauh dari museum tsunami. Sekitar 5-10 menit perjalanan dengan kenderaan bermotor. Saya sarankan, naiklah becak. Karena angkot di Banda Aceh masi sangat jarang. Bila telah sampai di kawasan PLTD apung, naiklah ke dek paling atas dan nikmatilah pemandangan sekitar kota Banda Aceh.
Tak jauh dari PLTP Apung ini, ada sebuah desa lagi yang menjadi salah tempat berlabuhnya kapal-kapal yang seharusnya di laut itu. Ada kapal patrol yang terbuat dari fiber yang tergeletak begitu saja. Tak terurus, dan seperti kapal hantu. Kapal patrol KPLP malahayati ini terletak hanya 400 meter dari luar kawasan kapal PLTD Apung I.
- Kapal Ikan di atas rumah
Kawasan pecinan Banda Aceh, yang lebih di kenal dengan kampong Cina Peunayong. Terletak menjorok ke arah muara sungai Aceh yang membelah kota. Di ujungnya, akan kita temui sebuah kapal penangkap ikan atau istilah Boat Naga yang termangkrak dengan manis di atas sebuah rumah warga.
Untuk mencari kapal ini juga tidak sulit. Dari kawasan pecinan, teruskan saja perjalanan anda menyusuri sisi kanan sungai Krueng Aceh ketika sampai pada ujung jalan. Tanyalah pada warga setempat. Dimana kapal ikan yang telah berhasil menyelamatkan 59 warga setempat kala tsunami datang menerjang kota Banda Aceh untuk pertama kalinya.
- Kuburan Massal Ulee Lheue
Ketika di katakan kalau tsunami Aceh menelan korban jiwa yang tak sedikit, rasa-rasanya hampir sulit untuk di percayai. Jangankan anda, saya sendiri juga berpikiran sama. Tapi tunggu sampai akhirnya anda melihat betapa luasnya kuburan tanpa nisan yang terletak pas di depan masjid raya ulee lheu ini.
Sebenarnya, masih begitu banyak kuburan-kuburan massal korban tsunami 2004 lalu yang tersebar di seluruh Aceh. sayangnya, tak banyak yang terurus dengan baik. Kuburan massal Tsunami Banda Aceh, menjadi salah satu kuburan massal yang bisa kita katakan terawat dan bersih. Sehingga nyaman untuk di kunjungi. Dari sini, kita baru bisa percaya kalau korban dari sebuah bencana alam terhebat abad ini benar-benar banyak!
- Masjid Raya Ulee Lheue
Dari kuburan massal, kini saatnya anda melangkahkan kaki anda untuk melihat sebuah masjid yang masih berdiri tegak walaupun terletak tepat dipinggir pantai. Sepintas, terlihat seperti tidak tersentuh oleh air sama sekali. Tapi memang itulah aslinya.
Bentuk asli dari masjid Baiturrahmin Ulee Lheue ini, masih terjaga dengan baik. Bahkan, desain dari masa colonial Belandanya, masih terlihat dengan jelas. Namun percayakah anda kalau saya katakan ketinggian air tsunami kala itu melewati kubah masjid yang paling atas? Tidak? Tapi itulah kenyataannya. Air tsunami yang tinggi itu melewati kubah tertinggi masjid. Menggulungnya begitu saja. Tapi, masjid tetap berdiri tegak. Tuhan, apapun caranya, pasti melindungi rumahNya dengan caranya sendiri, bukan?
- Makam Syiah Kuala
Sebuah makam seorang ulama jadul ini, terletak pas di pinggir pantai. Bahkan, saking dekatnya, pasir di sekitar area makam masih pasir pantai. Lalu, apa hubungannya makam ini dengan tsunami?
Konon, makam syeckh kuala ini tidak hancur di terjang tsunami. Bahkan, menurut cerita yang beredar, makam itu ikut mengambang diatas air tsunami. Semakin tinggi air tsunaminya, semakin tinggi makam tersebut mengambang.
Benarkah? Kenapa tidak anda jenguk kedalam makam dan lihatlah posisi nisan masih berdiri ditempatnya seperti awal di temukan kala masa belanda dulu. Bingung?
- Masjid Raya Baiturrahman
Masih bingung dengan keajaiban makam syech kuala? Maka lihatlah masjid yang sedari dulu menjadi masjid kebanggaan orang Aceh ini. Masjid raya baiturrahman menjadi salah satu bangunan yang ikut menjadi korban tsunami.
Walaupun letaknya sudah ditengah kota, dan terbilang cukup jauh dari pesisir pantai, tapi masjid ini tidak luput dari terjangan tsunami. Menurut salah satu korban yang selamat dari terjangan tsunami karena berlindung didalamnya ( dan sekarang telah saya nikahi), dia mengatakan kalau kala itu, air tsunami yang berada di luar perkarangan masjid jauh lebih deras dibandingkan didalam areal masjid. Anehnya lagi, semakin tinggi air tsunami itu, semakin tinggi pula anak tangga yang terakhir di masjid tersebut. Nah loh? Makin bingung lagi kan?
Untuk menghilangkan penasaran anda, kenapa tidak bertandang saja ke Banda Aceh dan melihat semua peninggalan tsunami 2004 lalu dari dekat?
'7 Tsunami Track Di Banda Aceh' have no comments
Be the first to comment this post!