Aceh Layak Memenangi Kompetisi Tujuan Wisata Halal Dunia, Kenapa?

Vote Us

Alhamdulillah. Ungkapan syukur patut saya ucapkan selaku warga Aceh, dan oleh kita semua yang pernah menikmati menjadi bagian dari Aceh. Betapa tidak, Aceh berhasil menjadi salah satu pemenang dalam Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016. Dari empat kategori yang masuk dalam kompetisi, Aceh mampu mengantongi tiga kemenangan. Tentu saja ini prestasi yang luar biasa. Aceh nyaris memeroleh kemenangan yang sempurna.

Dengan memenangi kompetisi yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata Indonesia ini, Aceh menunjukan bahwa konflik yang berkepanjangan dan bencana alam yang menimpa, tidak membuatnya terpuruk. Justru Aceh menjadi lebih baik. Bangkit dan mampu ‘bersejajar bahu’ dengan propinsi lain di Indonesia, dalam bidang industri pariwisata.

Lain dari pada itu, kemenangan ini akan mengubah pandangan luar terhadap Aceh. Terkait isu-isu negatif tentang Aceh yang lebih ditonjolkan di luar sana, sebelumnya. Tentang Aceh adalah lahan subur penghasil ganja, Aceh rawan konflik, dan wajah muram lainnya. Terlebih lagi dengan penerapan Qanun Syariat Islam yang menjadikan Aceh terkesan ekstrim. Padahal, pelaksanaannya sarat dengan nilai-nilai kemanusian. Sayang sekali, yang sering ter-ekspose adalah sisi mencekam.

Adapun tiga kategori yang dimenangkan itu ialah: Aceh sebagai Destinasi Budaya Ramah Wisatawan Muslim Terbaik 2016, Bandar Udara Sultan Iskandar Muda sebagai Bandara Ramah Wisatawan Muslim Terbaik 2016 dan Masjid Raya Baiturahman sebagai Daya Tarik Wisata Terbaik 2016, yang diumumkan pada 21 September lalu.

Menarik! Saya menggarisbawahi kata “ramah wisatawan” dari dua kemenangan yang telah saya sebut di atas. Saya telah mengujinya dan memang terbukti. Saat saya tanya pada sahabat dari negeri jiran, mengenai satu hal yang paling ia kenang dari kunjungannya ke Aceh. Ia mengutarakan bahwa, “Aceh itu ramah.”

Suasana keramahan tuan rumah menjamu tamu

Aceh mengemas potensi wisata dengan tampilan menarik dan sambutan hangat. Keramahan dari tuan rumah akan membuat pengunjung nyaman. Kita tentu mengenal semboyan mengenai istiadat Aceh; “Peumulia jame, adat geutanyo (memuliakan tamu adalah adat kita).”

Betapa tidak, bahkan keramah tamahan ini telah ditanamkan secara turun temurun, hingga budayanya divisualisasikan dalam bentuk tarian yang menarik. Sebuah tarian asal Aceh yang sangat terkenal dan fenomenal, yakni Tari Ranup Lampuan.

Setiap gerakan dari Tari Ranup Lampuan merupakan suatu simbolik bahwa warga Aceh sangat memuliakan tamunya. Suatu kehormatan, saat pertama sekali seorang tamu datang, maka akan disuguhnyan Ranup (sirih yang telah dibumbui dengan pinang muda, kapur, gambir dan gula) sebagai cemilan pembuka obrolan.

Ranup Mameh (Sirih yang te;ah dibumbui dengan pinang muda, gambir dll)

Kemenangan Aceh di Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016 tidak terlepas dari kerja keras berbagai lapisan masyarakat, keterlibatan berbagai kalangan, terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, serta Gerakan Pesona Indonesia (GenPI) Aceh yang menviralkan tentang wisata halal Aceh di berbagai akun media social. Serta seluruh masyarakat Aceh yang peka wisata, untuk mengenal dan memahami mengenai konsep wisata halal.

Team Generasi Pesona Indonesi (GenPI) Aceh

Kemenangan ini mengantarkan provinsi Aceh mewakili Indonesia sebagai World’s Best Halal Cultural Destination pada World Halal Tourism Awards (WHTA) 2016 di Abu Dhabi (UEA). Masa pemungutan suara internasional akan berlangsung pada 17 Oktober hingga 25 November mendatang, melalui jejaring surveymonkey[dot]com. Tentunya kita akan kembali giat mengajak masyarakat untuk memberikan dukungannya.

Saya optimis, Aceh patut memenangkan kategori ini. Ada banyak alasan bahwa Aceh patut menang. Pertama, keberadaan Aceh secara historis merupakan salah satu dari lima kerajaan Islam terbesar di dunia, yakni Nanggroe Aceh Darussalam, menjadikan banyak wisatawan muslim mancanegara ingin menjejaki Aceh. Mengenal budaya Aceh yang masih kental dengan nilai-nilai Islam.

Banyak situs peninggalan Islam yang patut untuk dikunjungi. Ulama-ulama Aceh yang memberi pengaruh besar bagi dunia menjadi tujuan pewisata untuk berziarah ke makam mereka. Sebut saja Syeh Abdul Rauf As Singkili, yang kerap dikenal dengan sebutan Syiah Kuala. Saya ingat betul, saat meng-guide turis asal Malaysia, mereka bela-belain untuk menziarahi makam Syeh Abdul Rauf, padahal waktu itu sudah sangat sore, bahkan menjelang magrib.

“Rugi saya ke Aceh kalau tak ziarah kubur ulama” ucapnya.

Depan Makam Po Teumeureuhom, saat saya berziarah ke sana, Minggu lalu.

Aceh adalah model penerapan syariat Islam. Daerah yang dikenal sebagai tanah 1001 Dayah (pesantren salafiyah) ini juga menjadi destinasi wisata religi dan edukasi. Banyak wisatawan yang datang untuk mengunjungi Dayah yang tersebar di seluruh Aceh. Bahkan ulama dunia pun pernah menyambangi Aceh atas alasan itu. Sebut saja Habib Ali Zainal Abidin, ulama Aswaja asal Malaysia, jebolah Hadral Maut – Yaman baru-baru ini menyambangi Aceh. Baba Ismail, seorang ulama kharismatik asal Patani - Thailand juga berkunjung ke Aceh hingga beberapa hari, guna menyambangi beberapa Dayah Aceh. Bahkan, Prof Wahbah Zuhaili, seorang ulama dunia yang menguasai konsep fiqh 4 mazhab pernah menyambangi Aceh dalam upaya peninjauan pelaksanaan syariat Islam, beberapa tahun lalu.

Kunjungan Baba Ismail di Dayah Darul Mu’arrif Lam Ateuk

Lebih dari itu, tercatat ratusan mahasiswa asing baik itu asal Malaysia, Kamboja dan Thailand belajar di Universitas Islam Negeri Ar Ranini dan Dayah. Semisal Dayah Darul Mu’arrif Lam Ateuk. Dayah Mudi Mesra Samalanga dan lain sebagainya.

Halal dan syariat adalah sinergis. Halal identik dengan Islam. Di Aceh, para wisatawan muslim tidak perlu ragu memilih-milih makanan, sebab 99% jajanan di Aceh ini halal. Sebagai muslim asal Aceh, bahkan saya tidak pernah melihat daging babi dijual di pasar manapun di Banda Aceh. Meskipun ada warga non muslim, namun mereka tidak menjajakan makanan yang diharamkan oleh Islam. Jika di antara mereka mengonsumsinya, itu hanya transaksi tertutup.

Menikmati Sanget di Solong, Ulee Kareng - Banda Aceh

Tidak dapat dipungkiri. Aceh sudah cukup dikenal oleh dunia. Tinggal saatnya kita menyadarkan masyarakat untuk vote. Kita berperan menyampaikan pesan damai dan pesona pariwisata Aceh ke seluruh bangsa di dunia. Dengan memenangkan Aceh di WHAT 2016, kita juga menunjukan kepada dunia bahwa Islam rahmatan lil alamin benar-benar terealisasi dengan baik di Aceh, berkat penerapan Syariat Islam.

(Visited 24 times, 1 visits today)


About

Muslimah. Gemar membaca dan menulis. Pegiat di Forum Lingkar Pena dan Gaminong Blogger. Kontributor beberapa media. Berkicau di @ainiazizbm, IG @ainiazizbeumeutuwah. Kunjungi saya di https://www.ainiaziz.com/


'Aceh Layak Memenangi Kompetisi Tujuan Wisata Halal Dunia, Kenapa?' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool