Empat Kebiasaan Menarik Selama Ramadan di Banda Aceh

Empat Kebiasaan Menarik Selama Ramadan di Banda Aceh
3 (60%) 2 votes

Merasakan Ramadan di Banda Aceh sangat menyenangkan bagi saya. Banda Aceh, kota kecil di ujung Sumatera ini, menawarkan begitu banyak tradisi yang menambah kemeriahan serta kekusyukan selama beribadah puasa. Kehidupan religi semakin kentara selama Ramadan berlangsung. Maka tak heran, banyak perantau memilih pulang ke Banda Aceh atau wisatawan yang berkunjung ke sini untuk merasakan langsung atmosfer berpuasa.
Ada beberapa kebiasaan menarik di Banda Aceh selama Ramadan berlangsung, seperti;

1. Meriahnya Hari Meugang

Meugang merupakan salah satu tradisi menyambut bulan suci Ramadan. Di Banda Aceh, tradisi ini berjalan sangat meriah. Biasanya meugang berlangsung 1-2 hari sebelum bulan Ramadan tiba. Di saat meugang, setiap orang akan berbelanja daging sapi untuk dimasak dan disantap bersama keluarga. Lalu memasak banyak menu seperti sie ruboh, rendang, dan menu lainnya. Mereka di perantauan umumnya memilih pulang lebih awal untuk merayakan tradisi ini di rumah masing-masing. Tak bisa dihalau, hari meugang kerap dijadikan hari libur dadakan. Hampir semua orang memusatkan perhatiannya pada tradisi ini. Bahkan kerap juga, pegawai kantoran/perusahaan mendapatkan uang “THR” meugang agar dapat digunakan untuk membeli daging.

Tradisi meugang sebenarnya telah ada sejak zaman Kerajaan Aceh di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Saat itu, Sultan menyembelih daging hewan dalam jumlah besar lalu membagi gratis ke seluruh rakyatnya. Tradisi yang telah berlangsung sejak ratusan tahun ini terus bertahan hingga kini.

Suasana Meugang di Banda Aceh (sumber; www[dot]merdeka[dot]com)

2. Semua Warung Makan Tutup

Selama bulan Ramadan, seluruh warung makan ditutup sejak pagi hingga sore hari. Aktivitas kembali berdenyut selepas salat Asar untuk melayani masyarakat mencari penganan berbuka puasa. Di Banda Aceh sendiri, kebiasaan ini telah berlangsung jauh sebelum Aceh menerapkan Syariat Islam di awal tahun 2000-an. Kebiasaan ini telah menjadi kearifan lokal masyarakat dalam menghargai dan menghidupkan syiar Ramadan. Bukan cuma berlangsung di Banda Aceh, tapi hampir seluruh daerah di Aceh juga menerapkan hal ini. Bahkan restoran cepat saji dan restoran di mall juga melakukan hal yang sama. Walau ada yang tetap berjualan, biasanya diperuntukkan bagi mereka yang non muslim.

Warung yang ditutup selama Ramadan dan dibuka khusus untuk non muslim (sumber: www [dot]serambinews [dot]com)

3. Sirene Tanda Berbuka Puasa

Keunikan Ramadan di Banda Aceh juga terasa saat waktu berbuka tiba. Berbeda dengan daerah lain yang umumnya ditandai pukulan beduk masjid, di Banda Aceh waktu berbuka ditandai dengan bunyi sirene yang meraung-raung kencang. Bunyi sirene ini berasal dari sebuah mesin yang diletakkan di lantai atas kubah Masjid Raya Baiturrahman. Konon katanya, mesin sirene ini telah ada sejak zaman Belanda dulu. Untuk memudahkan warga kota, bunyi sirene juga di-relay oleh beberapa radio lokal sehingga radius suaranya terdengar ke pelosok daerah. Selain sebagai tanda berbuka puasa, sirene juga berbunyi ketika subuh sebagai tanda tibanya waktu imsak.

Sirene tanda berbuka puasa yang terletak di Masjid Raya Baiturrahman (sumber: www[dot] medanbisnisdaily[dot]com)

4. Kota Sepi Saat Taraweh Berlangsung

Pelaksanaan salat tarawih di Banda Aceh juga terbilang khusyuk. Pertokoan, warung makan, restoran, mall, hingga warung kopi menghentikan aktifitasnya. Konsentrasi massa berpindah ke masjid-masjid seputaran kota Banda Aceh. Biasanya aktivitas kembali berdenyut selepas salat tarawih usai sekitar jam 22.00 WIB dan terus berdenyut hingga sahur tiba.

Ada tiga masjid yang menjadi idola warga Banda Aceh yang selalu disesaki jamaah. Yang pertama Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di tengah kota. Suasana teduh dengan suara Imam yang merdu menjadi incaran para jamaah. Di minggu pertama Ramadan, jamaah penuh sesak hingga meluber ke halaman masjid. Yang kedua Masjid Al Makmur atau lebih dikenal dengan Masjid Oman. Masjid ini terbilang sangat nyaman di Banda Aceh. Desainnya menarik bergaya timur tengah dengan karpet tebal terbentang di dalam masjid. Masjid ini juga melaksanakan salat qiyamul lail secara berjamaah, itikaf, dan sahur bersama. Dan lokasi terakhir yang menjadi favorit warga kota Banda Aceh adalah mushalla As Shahidin atau lebih dikenal dengan sebutan masjid Bulog sebab terletak di lingkungan kantor Bulog Aceh. Kapasitas mushalla ini kecil, panitia terpaksa mendirikan tenda di halamannya. Bacaan Imam yang tidak panjang dengan ceramah yang singkat, menjadikan masjid ini salah satu tempat pelaksanaan salat tarawih paling cepat di Banda Aceh. Maka tak heran, hingga malam terakhir Ramadan, mushala ini tetap ramai dipenuhi jamaah.

Suasana salat tarawih di Masjid Raya Baiturrahman (sumber: serambinews[dot]com)

Tertarik merasakan suasana Ramadan seperti ini?
Yuk, segera ke Banda Aceh!

(Visited 638 times, 1 visits today)


About

Hobi menulis. Tukang koleksi buku. Penulis serial "Teller Sampai Teler" (Elexmedia 2014). Suka ngeblog di www.ferhatt.com. Follow twitter @ferhatmuchtar email; [email protected]


'Empat Kebiasaan Menarik Selama Ramadan di Banda Aceh' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool