Hidden Paradise di Aceh dari Sudut Pandang Anak Desa

Vote Us

“Kita selalu melihat kebahagiaan pada tempat yang kita tak ada di sana.” Sepatah kalimat yang diucapkan oleh guru saya tersebut begitu membekas di ingatan saya. Benar sekali. Dalam peribahasa juga disebutkan, “Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau”. Kenapa bisa demikian? Sebab kita selalu fokus untuk mencari keindahan, bukan menikmati keindahan yang telah kita dapati. Dalam hal ini, saya ingin mengutarakan keindahan Aceh. Hidden Paradise di Aceh yang barangkali tidak banyak dinikmati oleh orang lain, sebagaimana halnya anak desa seperti saya.

Baca juga artikel menarik lainnya: Seru-seruan berwisata di Pantai Aceh Besar

Adalah Gampong Lambaed, Kuta Baro, tempat kelahiran saya. Di sini saya tumbuh besar seiring dengan pergantian masa. Menikmati timbul-selamnya matahari, pergantian gelap-terang, suka cita bersama keluarga. Banyak sekali keindahan yang tak habis saya nikmati di sini. Hanya dengan keluar rumah, mengayun beberapa langkah, saya dapati potongan-potongan keindahan alam yang patut diucapkan “Masya-Allah!”

Pemandangan sunrise dari pematang sawah Lambaed

Pagi hari disambut dengan seburat sinar yang menembus dedaunan, perlahan sinar tersebut menanjak dengan kekuatan pancarnya yang kian bertambah. Ezytraveler biasa menyebutnya sunrise. Di sini, untuk menikmati sunrise, saya hanya perlu membuka jendela dan membuka mata. Sinar lembut dari matahari pagi dapat dinikmati bersamaan dengan sejuknya udara dari pematang sawah. Indah sekali.

Suasananya hening, tanpa hingar-bingar kendaraan. Saya kerap datang sendirian ke sini, untuk menghindari obrolan yang dapat membuyarkan kenikmatan saya menghirup udara pagi nan segar di sini. Di spot yang berbeda, akan kita dapati potongan keindahan berbeda dari sunrise yang sama. Itulah kenapa saya berani mengategorikan ini sebagai Hidden Paradise di Aceh. Keindahan Aceh yang tak banyak diketahui oleh orang.

Sunrise yang sama dari spot yang berbeda

Bagi kami di desa, menyaksikan pemandangan semacam ini sudah menjadi habitual. Meskipun demikian, tetap juga tidak timbul rasa bosan. Saya yakin, Ezytraveler yang kesehariannya bergiat di kota, atau pekerja indoor, pastinya akan sangat rindu pada suasana syahdu semacam ini. Bagaimana tidak? Bahkan beberapa teman saya dari kota yang pernah saya ajak kemari mengaku demikian.

Sesekali, jika telah memasuki musim tanam, akan ada pemandangan menarik lainnya. Kita dapat menyaksikan gadis-gadis desa yang cantik nan jelita beramai-ramai turun ke sawah. Mereka sengaja meluangkan satu hari untuk membantu menanami padi guru ngajinya. Ini budaya yang sangat lumrah bagi kami anak desa.

Gadis desa sedang mencabut bibit padi

Cikta, seorang wisatawan asal Malaysia yang kebetulan pernah menyaksikan momen ini, tak henti-henti mengucapkan “Seronoknyeee!” dalam artian, dia sangat menyukai pemandangan semacam ini. Beberapa kali ia mengambil foto, untuk mengabadikan pemandangan ini. Bahkan foto yang saya lampirkan ini, merupakan salah satu dari sekian banyak gambar yang tertangkap kameranya, Bukankah ini sah kita sebut sebagai Hidden Paradise di Aceh?

Selain itu, sambil olahraga pagi, dari jalan pematang sawah kita juga dapat menyaksikan berbagai keindahan lainnya. Seperti aliran irigasi yang mengular panjang yang tak kita dapat kita temui pangkal-ujungnya. Dari sisi paling jauh, kita dapati gundukan gunung menghadang, seakan mengunci arah pandang. Berkali-kali saya tersenyum dengan sepotong pemadangan ini, seperti di buku-buku gambar saya sewaktu kecil dulu.

Saluran Irigasi

Saat lelah dengan segala rutinitas kerja, sejenak memanjakan pandangan di sini adalah pilihan yang tepat. Menyaksikan ilalang diterpa angin, satu-satu burung terbang lalu hinggap di dahan daun kering. Maka nikmat mana lagi yang didustakan. Keindahan yang dapat saya saksikan secara cuma-cuma. Tentu saja tidak akan saya siakan.

Pohon kering di tengah sawah

Sekali lagi, kita tidak hanya mencari keindahan, namun juga menikmati keindahan itu sendiri. Keindahan itu adakalanya terkandung pada hal-hal sederhana. Pada hamparan sejauh pandangan ini, ada banyak sekali keindahan yang berganti-ganti tiap harinya. Bahkan bentuk arakan awannya saja, jika kita perhatikan, per menitnya berganti-ganti, itupun keindahan yang tak kalah menarik. Saya kerap mentafakuri hal itu di sini.

Sunset

Di sisi lain, tidak hanya matahari terbit yang menawan, bahkan matahari tenggelam juga demikian. Tinggal berbalik badan dari posisi menikmati matahari terbit ke posisi matahari tenggelam, dengan tetap berdiri pada tempat yang sama, kita akan melihat sajian alam yang indah lainnya. Dari tepian celah antara dedaun pohon kelapa yang menjuntai, semburat senja terpancar lemah, redup-redup lalu tenggelam. Sekali lagi, ini patut disebut Hidden Paradise di Aceh, kan?

Sepotong senja yang paling saya sukai di sini

Mau jalan-jalan? Temukan berbagai pilihannya di sini: Hotel di Aceh, Tour Murah, dan Tiket Pesawat ke Aceh

Tidak salah jika disebutkan bahwa tanah kita tanah surga. Analogi untuk menunjukan bahwa banyak sekali keindahan di tanah kita yang tak habis untuk dinikmati, dalam hal ini di Aceh. Masih banyak sekali Hidden Paradise di Aceh yang belum terekspose. Baikkah itu pantai cantiknya, pulau cantiknya, gua, air terjun, serta keberagaman flora-fauna yang ada di sana. Sebagaimana halnya kekayaan hutan Leuser. Penasaran, bukan? Ayo ke Aceh!

(Visited 24 times, 1 visits today)

About

Muslimah. Gemar membaca dan menulis. Pegiat di Forum Lingkar Pena dan Gaminong Blogger. Kontributor beberapa media. Berkicau di @ainiazizbm, IG @ainiazizbeumeutuwah. Kunjungi saya di https://www.ainiaziz.com/


'Hidden Paradise di Aceh dari Sudut Pandang Anak Desa' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool