Sebagai orang Aceh, saya kadang-kadang kesal mendengar sebagian orang masih meragukan rasa nasionalisme saya. Pengalaman seperti ini sudah beberapa kali saya alami. Teringat, saat masih bekerja di provinsi tetangga, setiap kali memperkenalkan diri sebagai orang Aceh, sebagian orang memandang underestimate. Sebagian lebih parah lagi, memandang jika orang Aceh adalah separatis yang harus disingkirkan. Belum lagi kalau membaca komentar-komentar orang di media sosial tentang pemberitaan Aceh. Penuh caci maki dan fitnah sana sini. Jujur, terkadang sedih, kesal, bahkan nggak jarang guling-guling ketawa. Heran, ini orang benci Aceh segitunya padahal belum mengenal Aceh secara utuh.
Nggak kenal maka nggak sayang, pepatah lama yang terkesan basi ini padahal ada benarnya juga. Banyak orang yang dulunya benci Aceh malah jatuh cinta setelah merasakan keramahan, keindahan, dan keakraban dari warganya. Bahkan sebagian malah menetap lama di sini. Kisah seperti ini sering sekali terdengar. Sejak dulu keramahan, keakraban, sikap saling tolong menolong telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Aceh bahkan terasa juga di masa perjuangan.
Sejarah mencatat, ada banyak hal yang dilakukan masyarakat Aceh di saat kemerdekaan. Walaupun berada jauh di barat Indonesia dan jauh dari hiruk pikuk negara, bukan berarti nasionalisme masyarakat Aceh harus diragukan. Banyak langkah dan usaha yang telah dilakukan masyarakat Aceh untuk membangun Indonesia lebih bermartabat dan berdaulat. Berikut ini, saya coba jabarkan sekelumit usaha yang telah dilakukan dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.
1. Kumpul Dana Beli Pesawat Pertama untuk Indonesia
Sebagian kita yang hobi jalan-jalan mungkin harus sadar sejarah hadirnya pesawat pertama di Indonesia. Kehadiran pesawat ini tidak terlepas dari jerih payah masyarakat Aceh yang menghimpun dana bersama. Momen itu berlangsung saat Soekarno berkunjung ke Aceh pada tahun 1948 .
Bertempat di Hotel Atjeh, masyarakat dan saudagar berhasil mengumpulkan 20 kg emas. Dana ini digunakan membeli pesawat RI 001 Seulawah yang membantu pemerintah Indonesia dalam mengisi kemerdekaan. Bahkan dengan modal pesawat ini, Indonesia mampu mendirikan perusahaan penerbangan pertama, Indonesia Airways. Fisik pesawat saat ini masih bisa dilihat di anjungan Aceh di Taman Mini Indonesia Indah. Atau jika sedang berkunjung ke Banda Aceh, sempatkan diri melihat replikanya di lapangan Blang Padang. Tapi, Hotel Atjeh tempat ide pembelian pesawat ini lahir, tidak bisa dilihat lagi dikarena terbakar pada tahun 1990an.
2. Gaungkan Kemerdekaan dari Radio Rimba Raya
Nasionalisme masyarakat Aceh juga ditunjukkan lewat Radio Rimba Raya yang terletak di pedalaman tanah tinggi, Gayo. Peran radio ini sangat besar dalam menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia, membentuk opini dunia, dan membakar semangat perjuangan. Terlebih lagi, saat Yogyakarta dikuasai Belanda di Agresi II, radio Belanda−Hilversum¬−menyiarkan berita jika Indonesia sudah hancur dan dunia mempercayai itu.
Disinilah peran Radio Rimba Raya sangat besar. Melalui frekuensinya, Radio Rimba Raya mengabarkan kepada dunia dalam lima bahasa: Inggris, Belanda, Cina, Urdu dan Arab jika Indonesia masih ada.
“Republik Indonesia masih ada, karena pemimpin republik masih ada, tentera republik masih ada, pemerintah republik masih ada, wilayah republik masih ada dan di sini adalah Aceh”.
3. Bireuen Menjadi Ibukota Negara
Bireuen merupakan salah satu kabupaten di Aceh. Setiap kali saya ke Bireuen kota ini terasa selalu sibuk. Banyak sekali home industri berkembang di daerah ini. Namun siapa sangka, daerah yang riuh dengan transaksi dagang ini menyimpan sejarah panjang di masa kemerdekaan. Ini berawal pada tahun 1948 saat Belanda menyerang Yogyakarta yang menjadi ibukota negara. Soekarno kalang kabut melihat Yogyakarta dikuasai musuh. Ia pun mencari tempat aman untuk mengendalikan negara dan dipilihlah Bireuen sebab lebih kondusif. Kedatangan Soekarno ke Bireuen disambut semarak masyarakat Aceh. Bahkan Soekarno sempat berorasi di lapangan terbang Cot Gapu membakar semangat juang.
Selama seminggu, Soekarno berada di Bireuen menjalankan negara dalam kondisi darurat. Namun mirisnya, hingga sekarang nggak ada monumen atau prasasti yang menceritakan kisah ini di kota Bireuen. Duh!
4. Sumbang Emas untuk Monas
Yang sering mutar-mutar monas pasti tahu, puncak tugu monas dilapisi emas. Ini merupakan salah satu wujud nasionalisme masyarakat Aceh yang tergambar dari sosok Teuku Markam. Beliau merupakan salah satu saudagar kaya Aceh −bahkan terkaya di Indonesia saat itu− yang menyumbang sekitar 28 kg emas dari 35 kg yang dibutuhkan untuk puncak monas. Seperti diketahui, di tahun 1961, Soekarno mendirikan Monumen Nasional (MONAS) untuk mengenang para pahlawan. Di puncak Monas dibangun lidah api setinggi 14 meter yang dibalut emas. Namun mirisnya, peran Teuku Markam dalam membangun ekonomi Indonesia dibalas tuba pada masa Orde Baru. Ia dijebloskan di penjara pada tahun 1966 karena dituduh sebagai anggota PKI dan penganut Soekarnoisme.
5. Peran Tokoh Aceh di Misi Haji
Peran tokoh Aceh juga terasa saat musim Haji di masa kemerdekaan tahun 1948. Saat itu Ali Hasjmy dan Ayah Hamid −dua tokoh Aceh− masuk dalam delegasi misi haji Indonesia untuk mencari dukungan dan bantuan dari negara-negara di Timur Tengah. Misi haji ini juga upaya lobi di dunia Islam untuk mengakui kemerdekaan Indonesia di tengah agresi Belanda II. Langkah ini tidak sia-sia, sebab negara-negara Islam bersimpati dan mengakui kedaulatan Indonesia. Bahkan untuk pertama kalinya, bendera merah putih berkibar di wukuf, Arafah.
Nah, itu sekelumit aksi nasionalisme Rakyat Aceh dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Kalau sekarang masih ada yang meragukan nasionalisme rakyat Aceh, sekarang boleh bercermin dan bertanya: elu kemane aje?
'Lima Aksi Nyata Ini Bikin Kamu Sadar, Gimana Nasionalisme-nya Rakyat Aceh' have 1 comment
August 24, 2024 @ 10:28 pm Faraby
Keren bgt pembahasannya bang. Kisah yg membuka mata semua org terkait nasionalisme aceh. Sejarah yg tidak byk diketahui org. Makasih ya bang. Saya percaya koq sama nasionalisme abang. Hehe.. Tulisan abang bagus2 banget.. sukses selalu ya Bang Ferhat.