Masjid Al Makmur: Beribadah di Banda Aceh Serasa di Negeri Oman

Vote Us

Kalau ditanya kepada saya, masjid apa yang paling nyaman untuk beribadah di Banda Aceh. Saya akan menjawab; Masjid Oman! Bagi saya, masjid ini memberikan kenyaman dan kekhusyukan tersendiri selama beribadah. Bukan berarti masjid-masjid lain tidak ‘menawarkan’ hal ini. Mungkin alasan ini lebih tepatnya, karena pengurus Masjid Oman mengelola masjid yang berdiri megah di perempatan Lampriek, Banda Aceh, dengan sangat baik.

Pengurus masjid Oman seakan sadar, meramaikan sebuah masjid juga butuh marketing. Butuh cara agar orang-orang tertarik menghabiskan waktunya di dalam masjid sambil beribadah. Setidaknya itu yang saya lihat. Dari banyak aspek, Masjid Oman lebih unggul. Masjid ini menyediakan fasilitas yang nyaman bagi para jamaah, seperti lahan parkir yang luas, sound system yang bagus, kamar mandi yang bersih, ruang ibadah yang sejuk, lantai masjid beralas karpet tebal, CCTV dimana-mana menambah keamanan, serta ornamen pelengkap lainnya. Bahkan arsitektur masjid ini sangat indah seperti terukirnya ayat-ayat Alquran di dinding dan kubah masjid.

Sudut Masjid Oman

Selaku warga yang tinggal di daerah Lampriek, sedikit banyak saya tahun bagaimana masjid ini bermetamorfosis menjadi kebanggaan warga Banda Aceh seperti sekarang ini. Saya teringat, dulu, masjid ini masih berhalaman sempit. Kubahnya bersiku-siku menyerupai Masjid Negara di Kuala Lumpur, Malaysia. Dinding masjid tersekat jeruji-jeruji besi sehingga angin mudah masuk ke dalam area shalat yang luas. Masjid ini berlantai dua yang sebagian lantai duanya digunakan untuk sekretariat remaja masjid dan kantor pengurus.

Dulunya, Masjid Oman bernama Masjid Al Makmur yang berdiri pada tahun 1979. Dana pembangunan masjid ini berasal dari swadaya masyarakat sekitar. Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan oleh Prof. A Madjid Ibrahim yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Aceh. Pada awal pembangunannya, Teuku H. Abdullah Ujong Timba yang saat itu menjabat sebagai Imam Besar memberi nama masjid ini dengan Masjid Baitul Makmur. Namun, di tahun 1980 saat masjid telah selesai dibangun, namanya diganti menjadi Masjid Al Makmur.

Suasana ruang shalat di Masjid Oman

Namun, kemegahan Masjid Al Makmur runtuh saat tsunami menghantam Aceh 26 Desember 2004 silam. Saya teringat, saat gempa usai (sebelum tsunami datang), orang-orang saling bertukar kabar tentang keadaan kota yang porak-poranda, tak terkecuali Masjid Al Makmur.

“Kubah masjidnya runtuh!” ujar tetangga depan rumah. Saya pun langsung terbayang kubah masjid bersiku-siku yang ambruk ke dalam tanah.

Ternyata benar, setelah kepulangan saya dari pengungsian setelah gempa-tsunami melanda Aceh, saya melihat Masjid Al Makmur mengalami kerusakan parah. Kubahnya yang khas bersiku-siku ambruk, dinding masjid retak-retak di beberapa bagiannya, dan menara masjid yang baru dibangun hancur berantakan. Tapi, kerusakan parah ini tidak lantas membuat masjid menjadi bisu. Aktifitas keagamaan tetap terus lanjut. Shalat berjamaah tetap berdiri di tengah kubah yang hancur dan dinding retak-retak.

Kaligrafi yang terukir di kubah masjid

Masa kritis ini hanya berlangsung dua tahun. Sebab di tahun 2006, Kesultanan Oman memberikan bantuan dengan membangun masjid baru. Proses pembangunan masjid ini berlangsung hingga tahun 2008. Selama masjid di bangun, para pengurus membangun balee (balai) kecil di sudut halaman agar tetap menegakkan shalat berjamaah.

Pembangunan ini membuat arsitektur masjid berubah total. Kubah yang dulunya bersiku-siku kini dibangun bergaya Timur Tengah. Di sudut masjid juga dibangun dua menara yang menjulang tinggi. Untuk menambah kekhusyukan beribadah, lantai masjid dilapisi karpet tebal. Masjid ini pun berubah nama. Awalnya sempat bernama Masjid Sultan Qaboos yang merujuk ke nama Sultan Oman yang memberikan bantuan. Namun, Sultan Oman kurang berkenan namanya disematkan, sehingga nama masjid kembali menjadi semula: Masjid Al Makmur. Tapi masyarakat sudah terlanjur menyebutnya Masjid Oman. Ini didasari karena masjid bergaya Timur Tengah serta dibangun dari bantuan negara Oman.

Salah satu rombongan wisatawan yang berkunjung ke Masjid Oman

Saat ini, Masjid Oman menjadi salah satu masjid yang paling diincar di Banda Aceh. Bukan hanya warga lokal, tapi juga wisatawan mulai sering berkunjung ke sini. Saya beberapa kali melihat bus wisata yang umumnya disesaki wisatawan Malaysia datang berkunjung dan beribadah. Terlebih lagi, di sekitar masjid berdiri tiga hotel besar yang memudahkan tamu luar untuk berkunjung. Sepertinya, Masjid Oman sudah masuk list yang wajib dikunjungi saat menikmati wisata religi di Banda Aceh.

Mimbar khatib dan ruang Imam

Bagi siapapun yang ingin menambah ilmu keislaman, Masjid Oman wajib untuk didatangi. Di masjid ini aktifitas keagamaan terbilang sangat aktif. Ada banyak pengajian yang berlangsung selepas shalat maghrib hingga menjelang isya. Agenda tahunan masjid ini yang paling mencolok adalah penyelenggaraan shalat tahajud berjamaah di bulan Ramadhan. Shalat tahajud menghadirkan imam dari Timur Tengah sehingga suasana terasa lebih khusyuk dan syahdu. Dan luar biasanya lagi, jamaah yang hadir sangat ramai hingga meluber ke luar masjid. Bukan cuma itu, pengurus masjid juga menyediakan sahur gratis bagi para jamaah.

Maka, dari Masjid Oman kita belajar, bagaimana ‘marketing’ sebuah masjid dikelola sehingga membuat betah berlama-lama untuk beribadah. ***

 

(Visited 176 times, 1 visits today)


About

Hobi menulis. Tukang koleksi buku. Penulis serial "Teller Sampai Teler" (Elexmedia 2014). Suka ngeblog di www.ferhatt.com. Follow twitter @ferhatmuchtar email; [email protected]


'Masjid Al Makmur: Beribadah di Banda Aceh Serasa di Negeri Oman' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool