Geurutee Aceh

Petualangan Lamno: Mencari Jejak Si Mata Biru yang Tertinggal

Petualangan Lamno: Mencari Jejak Si Mata Biru yang Tertinggal
5 (100%) 2 votes

Siapa yang tak mengenal ungkapan Si Mata Biru yang terkenal di Aceh? Ungkapan yang disematkan kepada keturunan Portugis-Aceh dengan bola mata berwarna kebiruan yang bermukim di Lamno, Aceh Jaya. Ketenaran keturunan Portugis ini sudah dikenal sejak lama, membuat banyak hati tertaut, hingga tak jarang mereka yang datang bertandang ke Lamno hanya untuk melihat bukti kebenaran cerita yang tersebar sangat masyhur tersebut. Bahkan ada yang sampai meminang karena sudah terlanjur terpaut akan kecantikan dan kebaikan budi si Gadis Bermata Biru.

Dara Portugis

Beberapa wajah Dara Portugis di Lamno, Aceh Jaya Foto : bang-bro[dot]blogspot[dot]com

Singkat cerita, setelah Tsunami meluluh lantakkan Aceh 2004 silam, populasi Si Mata Biru pun semakin langka. Banyak dari keturunan mereka yang menjadi korban Tsunami. Sebelum tahun 2004, ditemukan banyak lokasi di Lamno yang menjadi kawasan tempat tinggal keturunan Portugis, sebut saja di daerah Kuala Daya dan Lambeuso.

Rasa penasaran untuk menemukan kembali keturunan Portugis yang tertinggal di Lamno pasca Tsunami akhirnya membawaku dan ketiga temanku lainnya berpetualang ke Lamno untuk mencari jejak si Mata Biru yang tertinggal. Berada di bawah kaki Gunung Geurutee, membutuhkan waktu 1, 5 jam dengan jarak tempuh sekitar 81 kilometer dari Banda Aceh untuk sampai ke sana. Dengan bermodalkan kenekatan, bahasa Aceh pas-pasan yang hanya aku kuasai dan tidak oleh ketiga temanku, ditambah lagi dengan tidak adanya rekan yang kami kenal di Lamno, akhirnya kami menyusuri Lamno hanya untuk menemukan Si Mata Biru yang semakin langka keberadannya.

Menurut sejarah, ternyata Si Mata Biru adalah keturunan dari pelaut-pelaut Portugis di bawah Nahkoda Kapten Pinto yang saat itu berlayar ke Malaka (Malaysia) dan sempat berdagang di wilayah Lamno. Sejarah mencatat peristiwa ini terjadi antara tahun 1492-1511 . Kaum dari Portugis ini kemudian dikenal dengan kaum Porto yang akhirnya berbaur dengan orang Aceh, menikah, dan menetap di Lamno. Inilah yang menjadi cikal bakal sejarah adanya keturunan si Mata Biru di Lamno.

Setelah 1, 5 jam dilalui, kami sampai di Lamno dan mengisi bahan bakar di salah satu SPBU di sana. Sempat menanyakan keberadaan mereka kepada petugas SPBU, namun ia mengatakan bahwa turunan Portugis tersebut sudah semakin langka dan hanya bisa ditemukan di daerah Lamee dan salah satu pesantren dekat makam seorang pahlawan Aceh, Poteumeureuhom. Kemudian, kami melajutkan lagi perjalanan untuk mencari pesantren di dekat makam Poteumeurehom, namun hasilnya nihil. Karena keterbatasan pengetahuan kami terhadap wilayah setempat, akhirnya kami tidak menemukan pesantren yang dimaksud. Sebuah kesimpulan pun kami dapatkan ketika kami menanyakan keberadaan Si Mata Biru pada masyarakat setempat. Sebagian besar dari mereka akan menjawab tidak tahu, seperti menutupi lokasi tempat tinggal keturunan Portugis ini. Ya, kami tahu, mereka tidak akan sembarangan memberikan informasi kepada orang asing yang baru masuk ke Lamno, apalagi ketiga temanku lainnya sama sekali tidak memahami bahasa Aceh, jadi sudah sewajarnya mereka semakin tertutup kepada kami.

Desa Lamee

Desa Lamee, Lamno, Aceh Jaya

Kami pun mencari lokasi kedua, yaitu daerah Lamee yang disinyalir sebagai lokasi lainnya, tempat di mana si Mata Biru tinggal. Lelah mencari, akhirnya kami beristirahat sekaligus makan siang di sebuah warung di Lamee. Beruntunglah, ternyata si pemilik warung berasal dari Aceh Besar dan memudahkan saya untuk mengobrol panjang lebar dengan beliau, sesama orang Aceh Besar. Setelah beberapa lama, akhirnya si pemilik warung memberi tahu kepada kami mengenai lokasi tempat salah seorang anak perempuan keturunan Portugis yang biasanya mengaji di balai desa. Balai desa tersebut terletak tepat berada di belakang warung tersebut. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB. Itu artinya kami masih diberikan kesempatan untuk pergi ke balai desa, menemui seseorang yang telah membawa kami berani pergi hingga sejauh ini.
Memasuki jalan kecil berkerikil, kami memilih menepikan mobil dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki saat memasuki perkampungan warga. Sekitar 100 meter setelahnya, sayup-sayup terdengar suara anak-anak mengaji yang berasal dari balai desa yang terletak di sebelah kiri jalan. Setibanya di sana, kami disambut dengan puluhan tatapan anak-anak yang melihat kami layaknya orang asing yang baru masuk kampung. Setelah berkenalan dan menyampaikan maksud kedatangan kami kepada guru mengaji di sana, kami diperkenalkan dengan salah seorang anak perempuan keturunan Portugis yang duduk sambil tertunduk malu, seolah mengetahui bahwa tujuan kedatangan kami tak lain untuk bertemu dengannya. Menurut pengakuan sang guru, sudah banyak tamu yang datang dari luar Lamno yang bermaksud sama seperti kami, bahkan ada yang sampai sangat ingin melihat rambut anak ini yang berwarna keemasan seperti Bule. Namun ia begitu risih karena enggan melepas jilbabnya. Ia malu jika harus menampakkan rambutnya lagi, dan faktor inilah yang membuat dirinya semakin enggan untuk bertemu dengan orang asing. Namun kami memilih untuk menghormati apa yang dia inginkan. Sudah diberi kesempatan untuk dapat bertemu dengannya saja adalah sebuah hal yang sangat luar biasa yang harus kami syukuri.
Gadis Bermata Biru

Berfoto bersama si Gadis Bermata Biru

Ya, keturunan Portugis ini memang umumnya sangat pemalu. Sifat pemalu mereka inilah yang membuat mereka lebih terlihat ekslusif. Jika sudah beranjak dewasa, mereka cenderung lebih suka jika menikah dengan sesama mereka daripada dengan seseorang yang berasal dari luar komunitas mereka. Tapi belakangan ini, sudah ada di antara mereka yang mau dipersunting oleh pria luar.

Gadis Bermata Biru

Saat memberikan tausyiah pun, gadis keturunan Portugis ini pun tertunduk malu tanpa melihat ke arah teman-temannya yang lain.

Sebut saja namanya Aida (nama sebenarnya harus disamarkan), gadis kecil berusia 9 tahun dengan perawakan kecil, putih dan memiliki warna mata coklat ke abu-abuan. Selain dirinya, kakaknya yang berumur sekitar 14 tahun juga memiliki kesamaan rupa seperti dirinya. Namun saat ini, kakaknya sedang mondok di Pesantren yang letaknya berdekatan dengan makam Poteumeureuhom. Sejenak terlintas di pikiranku, bisa jadi yang seharusnya kami temui (jika kami tidak tersesat tadi) adalah kakak dari Aida. Anehnya, kedua orang tua mereka tidak sedikitpun berwajah sama seperti mereka, dan terlihat seperti keturunan Aceh lainnya yang berkulit sawo matang. Namun akhirnya diketahui bahwa nenek mereka mempunyai rupa yang sama seperti mereka dan mirip dengan wajah bangsa Eropa.

anak-anak Lamno di Balai Desa

Beberapa kegiatan mengaji anak-anak Lamno di Balai Desa

anak-anak Lamno di Balai Desa

Foto bersama dengan anak-anak dan pengajar

Setelah mengikuti kegiatan anak-anak mengaji dan bertemu dengan Aida di balai desa, kami pun meminta izin untuk berfoto bersama, dan pamit untuk pulang. Sebuah perjalanan yang tidak sia-sia untuk mencari jejak si Mata Biru yang tertinggal. Aceh dengan beragam etnis yang tinggal di dalamnya, sejenak membuatku terpaku betapa bangganya aku bisa menjadi bagian dari negeri ini. Ah, si Mata Biru, betapa eklusifnya dirimu. Sanger terakhir di warung kecil Gunung Geurutee, menjadi saksi terakhir saat kami meninggalkan Lamno.

Sanger di Geurutee

Menikmati sanger di Geurutee, sebelum kembali ke Banda Aceh

(Visited 22,832 times, 17 visits today)


About

Pengejar Senja, Langit dan Laut.


'Petualangan Lamno: Mencari Jejak Si Mata Biru yang Tertinggal' have 27 comments

  1. June 27, 2024 @ 1:48 am Au'

    Wah kalau di Sumatera Selatan ada satu daerah juga yang banyak keturunan Belandanya, daerah Tebing Tinggi. Tapi saat ini sudah agak sulit ditemui, entah karena mulai keluar dari daerah tersebut ataupun karena sebab lainnya.

    Reply

    • July 4, 2024 @ 10:02 pm Ismi laila wisudana

      Saya rasa di setiap daerah memiliki hal tersebut. namun dengan adanya akulturasi semakin mengaburkan keaslian keturunan tsb.

      Reply

  2. June 27, 2024 @ 1:13 pm Ferhat Muchtar

    sama halnya kita kelihatan keturunan India/Pakistan di Keudah

    Reply

  3. June 29, 2024 @ 8:16 am Sriyono Suke

    Belum pernah ke aceh, masih ubek ubek HelloSemarang saja, Wah artikelnya panjang ik 1000 kata :)

    Reply

    • July 4, 2024 @ 10:03 pm Ismi laila wisudana

      Hahahha.. Masih newbie sekali di bagian blogger traveller. Sik kapan2 berkunjung lah ke Aceh

      Reply

  4. September 12, 2024 @ 12:17 am Heri Topan

    Pengen punya calon istri orang aceh apalagi keturunan portugis yg pintar mengaji, dari dulu kepingin maen ke aceh tapi slalu abis buat kerjaan sama kuliahnya disini, di bandung sis. Kl di jawa barat kebanyakan Sunda-Tionghoa & Sunda-Arab. Kl di Aceh apa aja ya sis? ^-^

    Reply

    • October 1, 2024 @ 6:37 am Ismi Laila Wisudana

      Kalau di Aceh, semua keturunan sari Arab, China Eropa sampai India pun bisa ditemukan rupa wajahnya. Silahkan berkunjung ke Aceh. Banyak hal yang dpt dieksplore di sini.

      Reply

      • December 7, 2024 @ 3:12 pm faditya rosianty

        hallo kaaa artikelnya baguss kebetulaaan almarhum omaku dan ayahku dr lamno juga hehe suka baca artikelnyaa:)

        Reply

  5. September 20, 2024 @ 1:12 pm Ungkap Paras Cantik Wanita Aceh Bermata Biru

    […] Source : Helloacehku […]

    Reply

  6. September 20, 2024 @ 2:00 pm Aprilrose

    Maaf mba atas kesalapahaman ini, sebenarnya semalam itu sudah dimasukin tapi eror , dan tadi pagi saya baru melihatnya itupun krna di kasih tau sama anak anak yang lain, sekali lagi sory mba , sekarang silahkan cek sudah ada semua permintaan yang mba minta, terima kasih banyak mba, sekali lagi sory :)

    Reply

  7. September 25, 2024 @ 3:37 pm Mustika

    Jadi teringat dengan teman di meulaboh.si mata biru tman saya

    Reply

    • October 1, 2024 @ 7:03 am Ismi Laila Wisudana

      Yup keberadaan mereka sampai saat ini juga menyebar ke beberapa wilayah di aceh

      Reply

  8. September 25, 2024 @ 3:37 pm Putri RF

    Assalamualaikum mbak ismi.. Perkenalkan, saya Putri, dari jurusan Ilmu Komunikasi, Telkom University. Kalo tidak keberatan,boleh minta kontaknya mbak? Saya ingin mengobrol dengan mbak ismi mengenai perjalanannya ke Lamno. Saya sedang ingin membuat penelitian ttg keturunan Portugis di Lamno. Mksh :)

    Reply

  9. January 26, 2025 @ 4:43 pm adhep roxetter

    wah.. jadi pingin banget jalan2 ke Aceh…. -___-

    Reply

  10. February 9, 2025 @ 9:09 pm Rosemansan

    Cerita yang menarik..

    Reply

    • August 24, 2024 @ 10:22 am Ismi Laila Wisudana

      Terimakasih :)

      Reply

      • November 21, 2024 @ 4:41 pm dahru iskandar

        hallo ismi, mao tanya apa akomodasi yang saya harus naik dari bandara sultan iskandar muda sampai lamno? saya punya nenek dan ayah asli sana sampai sekarang dia belum pernah liat cucunya ini. makasih

        Reply

  11. February 11, 2025 @ 7:13 pm Isa Saida

    gadis2 aceh emang bener cantik.. akhlaq nya wahh bisa bikin hati berdebar kencang hahaha..

    Reply

  12. June 25, 2024 @ 9:33 pm devi susanti

    apakah keturunan portugis cuma ada di lamno

    Reply

  13. September 25, 2024 @ 12:14 pm Abdul Rahman

    gi mana bisa saya ke LAMNO? rencana mau bawa murid2 sekitar 40 org seumur 19-25 thn. Mungkin bisa buat acara BAKSOS atau Pendidikan Bhs English bersama anak2 LAMNO. Saya warganegara Singapura

    Reply

  14. October 30, 2024 @ 2:59 pm MEMET

    OTW ACEH….

    Reply


Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool