Belanda masuk ke Aceh dengan sangat susah payah, setelah berpuluh-puluh tahun pertarungan, baru mereka bisa membangun bangunan di Aceh. Sebelum membangun kereta api, Belanda membangun benteng pertahanan, Benteng dibangun di sekitar pantai kota sigli ini, tahan terhadap cuaca, meriam dan terpaan ombak bagai gugusan karang.
Benteng Laut di Pantai Kota Sigli, Merupakan Bangunan Tua Di Aceh yang asih masih bisa dilihat sampai sekarang, hanya saja meriam didalamnya saja yang sudah hilang, mungkin diambil maling karena berbahan besi padat yang sangat berat. mungkin dijual perkilo sama malingnya, sekilo besi berapa ya? Pokoknya sudah dijual semua yang berbahan besi di Benteng itu. Bangunan bundar ini tidak lapuk dimakan usia, walaupun kurang perawatan, Benteng ini masih menjadi daya tarik warga yang ingin melihat Bangunan kuno Di Aceh.
Sebagai warga Pidie, kami tidak pernah kesulitan Air bersih, sejak lama kami punya sumur dan punya pompa air yang manual, dan menimba. Warga tinggal menggali sumur sekitar lima cincin, langsung dapat air. Sumur klasik digal dengan malah mengunakan urat-urat kayu dan pelepah daun pohon pinang sebagai timba. Lalu negara belanda datang dan mencoba membuat pompa air raksasa. Diletakkan di pusat kota untuk mengalirkan air melalui pipa. Ke semua rumah warga Belanda di kota dan kepada warga.
Water Riding Di Kramat luar ini mempunyai kisah menarik, Saat Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, Masyarakat pidie belum tahu hal itu, baru pada tanggal 26 agustus 1945, berita kemerdekaan masuk ke Aceh melalui radio, maka dikibarkanlah untuk pertama kali di Aceh, bendera merah putih, di sini di atas menara air Belanda.
Bangunan Tua Di Aceh di kota Sigli rata-rata dimiliki oleh Belanda, dari Rel, Bekas Bengkel Kereta Api Terbesar di Aceh juga Ada di Pidie. Bengkel ini bermaterial besi baja yang masih kokoh sampai sekarang, kokoh seperti cinta kita. #eaa Bengkel kereta Api Terbesar ini Mendominasi Bangunan Tua di Aceh Pidie. Dari rumah dinas pekerja PT. Kereta Api Aceh (KAI), Rumah Para mekanik, gudang spare part. Selain rumah dengan arsitektur kolonial, mereka juga membuat bangku yang fenomena. Yang disebut bangku marsose. Bangku sepanjang lima meter ini merupakan tanda bahwa serdadu Belanda pernah menduduki Tangse, Basis militer Aceh di masa penjajahan.
Jembatan Rel Kereta Api, Padang Tiji. Selain rumah para pekerja dan mekanik kereta Api. Rel nya juga ada yang masih tinggal. Dulu Kereta api aceh terbentang dari Medan Sampai Banda Aceh, mungkin itu salah satu alasan kenapa nama jalannya. Jalan Banda Aceh-Medan. Yang amazingnya guys.. rel ini bisa meliuk-liuk di Gunung Seulawah tanpa sedikit pun tanjakan! Luar biasa kan guys?
Bangunan Tua Di Aceh, bisa masih dilihat di seputaran kota Sigli, dari depan Masjid Al-Falah, sampai laut kota, didominasi oleh Bangunan Tua di Aceh Pidie, Bangunan khas kolonial ini menggunakan kayu yang bagus dan dengan perawatan khusus, mungkin direndam dan dirawat seperti malika, anak mereka sendiri, jadi tahan lama sudah Dari tahun 1873.
Lalu yang masih bertahan sebagai bangunan tua di Aceh adalah terminal Penumpang KA yang ada di Padang Tiji.
Menurut penuturan warga disana. Sebelum kereta api Berhenti di terminal terakhir di Padang tiji. Padang tiji menjadi terminal terakhir karena setelah padang Tiji, para penumpang kereta hanya akan melihat monyet dan binatang lain, di pengungunag selawah sebelum sampai di kuta raja nanti baru ada manusia lagi.
Ada 9 jembatan yang harus dilalui kereta api aceh sebelum mangkal di Kota raja. Jembatan ini masih ada sampai sekarang. Tapi saya baru berhasil menjelajah ke 4 jembatan saja. Jembatan ke empat atau biasa disebut masyarakat disini Kali peuet adalah jembatan terakhir yang banyak dilewati warga untuk berkebun di kaki gunung seulawah.
Kalau kita kembali ke masa lalu, Kereta Api merupakan transportasi utama perjalanan jauh warga Aceh. kereta api dengan tenaga uap ini menghabiskan waktu seminggu untuk perjalanan dari Banda Aceh ke Medan.
Lucunya lagi, kadang-kadang saat bahan bakar kayu habis, dan kereta api berhenti, para penumpang harus turun kereta mencari bahan bakar, maka batok kelapa, ranting-ranting pohon yang jatuh, kayu bakar masyarakat sekitar pun pernah jadi korban untuk menghidupkan kembali kereta Api yang mogok.
'Sigli, Pusat Bangunan Tua Bekas Kereta Api Di Aceh' have no comments
Be the first to comment this post!