Banda Aceh itu bikin kangen! Entah berapa kali ungkapan ini saya dengar dari beberapa rekan yang pernah dan menetap lama di sini. Kota ini seakan begitu membekas dalam ingatan mereka dengan segala keunggulan dan kesederhanaannya. Jujur, saya juga pernah merasakan hal yang sama saat beberapa tahun lalu harus meninggalkan Banda Aceh dan pindah ke kota seberang karena tugas kerja.
Padahal dalam fasilitas, Banda Aceh masih harus bersaing kuat untuk menyamakan diri dengan ibukota provinsi lainnya di Indonesia. Namun, kesederhanaan dan kesahajaan kota, keindahan alam, keramahan warga, serta menjamurnya kuliner lezat menjadi daya tarik tak terbantahkan. Dan satu lagi, yang bikin kangen Banda Aceh adalah mau kemana aja dekat. Mau lari ke hutan dekat, belok ke pantai apa lagi, jogging di pinggiran sungai juga hayuk, nongkrong di warung kopi lebih gampang.
Kota ini sederhana. Tapi kesederhanaan inilah yang memikat begitu banyak orang. Di sini, sikap saling menolong, menghormati orang lain, toleransi antar umat beragama terbilang tinggi. Tak salah, jika Anda pendatang dan mengalami kesulitan selama perjalanan, tangan warga Banda Aceh akan selalu siap untuk membantu. Memuliakan tamu merupakan budaya yang mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari. Maka tak heran, perjamuan dalam wujud kenduri seringkali digelar dalam peringatan apa saja, seperti kenduri maulid Nabi, kenduri blang (sawah), kenduri Isra Mikraj, Asyura, Nuzulul Quran. Bahkan, juga ada kenduri yang berkaitan dengan daur hidup seseorang, seperti kelahiran, sunat, menempati rumah baru, pernikahan, hingga kematian. Jika tahu Anda pendatang, siap-siaplah untuk dijamu spesial.
Walau terbilang kecil, bukan berarti Banda Aceh minim potensi. Ibarat nasi goreng, kota ini paket lengkap. Mau lihat laut, hayuk! Cuma selemparan batu. Bahkan sebagian bisa dijelajahi dengan bersepeda atau jalan kaki. Pantai di sini pun terbilang keren-keren. Yang paling terkenal adalah pantai Ulee Lheue. Daerah ini adalah point of zero tsunami Banda Aceh. Sempat hancur parah ketika tsunami lalu. Tapi pembenahan gencar membuat kawasan ini menjadi pusat wisata baru di Banda Aceh. Terlebih lagi, di sini ada banyak spot-spot wisata yang terbilang menarik dan menjadi daya tarik unggulan. Sebut saja, PLTD Apung, kapal besar yang terdampar di pemukiman penduduk saat tsunami, Masjid Baiturrahim satu-satunya bangunan selamat saat tsunami, kuburan massal Ulee Lheue yang jauh dari kesan menyeramkan, dan tentu saja pantai Ulee Lheue.
Pantai Ulee Lheue juga menjadi pintu gerbang menuju Sabang. Paling seru ke tempat ini saat sore hari, sebab ada banyak pedagang kuliner dadakan yang muncul. Paling hits adalah jagung bakar. Emang sih cuma jagung bakar, tapi suansana yang aduhai berdekatan dengan pantai, berhadapan dengan Pulau Weh, dan bukit kecil berjejer di kejauhan, bikin siapapun tidak ingin beranjak. Terlebih lagi kalau menjelang senja. Matahari yang perlahan tenggelam memantulkan semburat jingga di permukaan air laut. Yakin, siapa aja yang melihat pasti bakal teuhah abah (menganga lebar).
Bosan dengan laut? Bisa juga melepas penat di pinggiran sungai yang membelah kota Banda Aceh. Paling hits adalah Krueng Aceh. Airnya tenang dan bersih nyaris tanpa sampah. Capek kerja, parkirkan motor di pinggir sungai, bawa cemilan, adalah hal lumrah orang-orang lakukan saat sore hari. Sebagian lagi melakukan kebiasaan ini di pinggir pantai. Kalau bosan lihat air, nggak salahnya cuci mata melihat hijaunya bukit-bukit kecil. Walau sebagian bukit ini masuk dalam kawasan Aceh Besar, tapi dari Banda Aceh sangat mudah dijangkau.
Selain keramahan warga dan keindahan alam, ada juga yang bikin kangen di Banda Aceh. Warung kopi!! Di Banda Aceh, warung kopi banyaknya minta ampun. Ada yang bilang, setiap jalan sepuluh meter di Banda Aceh pasti ketemu warung kopi. Harganya pun murah-murah. Segelas cuma Rp. 4.000. Pelayanan warung kopi di Banda Aceh pun nggak pelit. Bermodal cuma secangkir kopi, siapa aja bisa duduk dari pagi sampai malam atau dari pagi sampai pagi lagi. Nggak bakal diusir! Fasilitasnya pun nggak kalah dibanding tempat terkenal di kota besar, full wifi! Makin seru, sebab kebanyakan warung kopi buka 24 jam. Jadi, walau terbilang kota berkembang, Banda Aceh selalu hidup dan bernyala sepanjang waktu.
Jadi rugi rasanya tidak menyempatkan diri berkunjung ke kota paling barat Sumatera ini. Yang pernah datang kepingin balik lagi, masak yang belum datang nggak mau mencoba?
Atau ada yang lagi kangen berat dengan Banda Aceh?
Hayuk, tunjuk tangan!
'Banda Aceh Itu Bikin Kangen!' have no comments
Be the first to comment this post!