Mengenang Teuku Nyak Arief, Residen Pertama Aceh

Vote Us

Letak rumah ini terbilang strategis. Ia berada di ujung jembatan Lamnyong, jalan lintas utama menuju Darussalam, Banda Aceh. Bentuknya yang khas menjadi daya tarik tersendiri bagi warga yang melintas. Arsitektur bangunannya bergaya kolonial Belanda. Jendela berukuran besar menghadap taman yang rimbun. Dinding kayu bercat putih tampak kontras dengan genteng hitam. Bagian utama bangunan sedikit menjorok ke depan membentuk tangga pijakan.

Halaman rumah ini terlihat sepi saat saya berkunjung. Rimbun pohon menutupi pekarangan rumah. Walau berada di lintasan sibuk, tidak berarti rumah ini ramai dengan aktifitas. Bahkan pintu pagarnya kerap terkunci rapat.

Rumah putih ini diyakini adalah kediaman Teuku Nyak Arief, salah satu pejuang dan pahlawan perang Aceh yang juga Residen Aceh pertama di periode 1945-1946. Teuku Nyak Arief lahir di Ulee Lheue, 17 Juli 1899. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ia juga putra dari seorang uleebalang (bangsawan) Aceh, Teuku Nyak Banta.

Teuku Nyak Arief, Residen Pertama Aceh

Pahlawan perang Aceh, Teuku Nyak Arief memiliki sejarah tersendiri bagi kehidupan di Aceh. Ia pernah mengenyam pendidikan di Volksschool (sekolah Rakyat) Kutaraja. Kemudian melanjutkan pendidikan di Kweekschool, Bukit Tinggi. Lalu ia pindah ke Banten menempuh pendidikan di sekolah Pamongpraja OSVIA. Sekolah ini khusus disediakan Belanda untuk anak Raja dan Bangsawan dari seluruh Indonesia.

Ternyata kepintaran Teuku Nyak Arief berperan banyak dalam masa pendudukan Belanda, Jepang, hingga mengisi masa kemerdekaan Indonesia. Di masa pendudukan Belanda, ia menjadi wakil rakyat Aceh di Volksraad (dewan rakyat) di Jakarta dalam kurun 1927-1931.

Rumah Teuku Nyak Arief di daerah Lamnyong

Teuku Nyak Arief juga termasuk barisan pertama yang menerima kabar kemerdekaan Indonesia. Ia juga pernah diangkat menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah Aceh, sebuah Badan Pembantu Presiden yang keanggotaannya terdiri dari pemuka masyarakat dari berbagai golongan. Komite ini diakui sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia. Namun sakit parah harus mengakhiri segala perjuangannya tepat pada tanggal 4 Mei 1946.

Saya sempat berputar-putar di halaman rumah ini. Masuk kemari juga sedikit membingungkan sebab pintu pagar yang terkunci. Saya terpaksa masuk melalui celah-celah pagar di samping masjid yang berdiri agung di sebelahnya. Halaman belakang rumah ini terlihat lebih sempit. Ada bangunan serupa paviliun yang kini dijadikan sekretariatan YPI Teuku Nyak Arief. Di tengahnya ada koridor penghubung ke rumah utama. Melalui jendela depan terlihat interior sederhana di ruang utama. Lantai kayu dilapisi karpet merah dengan sofa empuk di tengah ruangan. Tidak ada aktifitas berarti di sini. Saya pun kesulitan untuk mencari informasi lebih banyak lagi tentang Teuku Nyak Arief.

Puas melihat lebih dekat rumahnya. Saya penasaran dengan makamnya di desa Lamreung, Aceh Besar. Jaraknya tidak terlalu jauh hanya berkisar 15 menit perjalanan dari rumah tempat saya berkunjung tadi.

Menuju ke sana, saya melalui jalan yang bersisian dengan eks Restoran Lamnyong. Menemui makamnya juga tidak terlalu sulit. Jalannya terbilang mulus. Keberadaannya tepat di samping jalan Desa Lamreung yang dibatasi tembok tinggi.

Bersyukur, saat saya tiba di sana, pintu pagar makam tidak terkunci. Saya leluasa masuk dan melihat lebih dekat area pemakaman yang tidak terlalu luas ini. Sebuah cerita singkat mengenai sejarah Teuku Nyak Arief terpatri dalam batu pualam yang tersemat di dinding pintu masuk makam.

Berziara ke makam Teuku Nyak Arief

Di tengah makam berdiri sebuah gazebo yang memayungi delapan makam di bawahnya. Termasuk di dalamnya makam Pahlawan Perang Aceh, Teuku Nyak Arief. Bentuk nisannya berbeda dengan makam sekitarnya, sedikit lebih tinggi. Makam semakin indah sebab lantai gazebo dilapisi marmer. Di komplek ini juga dimakamkan keluarga terdekat, termasuk Ayahnya, Teuku Nyak Banta.

“Ini komplek keluarga, ada beberapa makam keluarga terdekat juga disini,” ujar seorang pengelola yang saya temui. Ia juga mengakui, komplek makam ini tidak dikunci agar memudahkan warga yang ingin berziarah.

Makam Teuku Nyak Arief

Komplek makam Pahlawan Perang Aceh, Teuku Nyak Arief dipugar pada tahun 1991 dan diresmikan oleh Menteri Sosial, Haryati Soebadio pada tanggal 17 September 1991. Tentu pemugaran ini diharapkan agar masyarakat terus mengenang jasa Teuku Nyak Arief yang di tahun 1974 telah dianugerahi Pahlawan Nasional Indonesia. Terlebih lagi di bulan Agustus ini merupakan bulan kemerdekaan Indonesia. Waktu yang tepat untuk mengenang semua jasa-jasa pahlawan tak terkecuali Pahlawan Perang Aceh, Teuku Nyak Arief.

Mau liburan ke Aceh? Cari di sini: tiket pesawat dan hotel
(Visited 50 times, 1 visits today)


About

Hobi menulis. Tukang koleksi buku. Penulis serial "Teller Sampai Teler" (Elexmedia 2014). Suka ngeblog di www.ferhatt.com. Follow twitter @ferhatmuchtar email; [email protected]


'Mengenang Teuku Nyak Arief, Residen Pertama Aceh' have no comments

Be the first to comment this post!

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published.

©2015 HelloAcehku.com a Part of Ezytravel.co.id Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool